Catatan Popular

Isnin, 28 September 2020

BAHAGIAN 7 MURSYID SYEIKH KABIR E HELMINSKI TOKOH TAREKAT MAULAWIYAH

KEMANUSIAAN telah menanggung penderitaan dan ketidakadilan selama beradab-abad. Itulah keprihatinan Syeikh Kabir E Helminski (70).

Dia mengajak kita semua menyembuhkan luka-luka kemanusiaan yang menimbulkan kemarahan dan kekerasan.  Perang melawan teror seperti di Afganistan dan Irak, gagal total. Wang sebanyak apa pun tak dapat menyelesaikan masalah. Kini Imperium (kekuatan adidaya) itu tak lagi perkasa. Kekerasan menimbulkan lebih banyak kekerasan. Mari kita mulai menyembuhkan luka-luka kemanusiaan. 

Syeikh Kabir adalah pemuka tarekat Sufi yang sebagian besar ajarannya berdasarkan ajaran Mevlana, lebih dikenal sebagai Jalaluddin Rumi.

Salah satu guru utamanya Suleyman Hayati dari Konya, Turki.

Kabir dikukuhkan sebagai syeikh tahun 1990 oleh Calalettin Celebi, pemimpin Tarekat Mevlevi, dan tercatat sebagai tokoh Muslim pertama yang memberi ceramah prestijius Harold M Wit Lectures, di Harvard Divinity School, mengenai Spiritualitas Dalam Kehidupan Kontemporer, tahun 2001.

 

Satu di antara 20 pakar Islam yang menyerukan perdamaian dan kesalingpengertian kepada pemimpin Kristiani dengan menandatangani surat terbuka, ”A Common Word Between Us and You” (13/10/07)  itu berada di Indonesia, beberapa waktu lalu. Dia memenuhi undangan Halaqah Internasional bertema ”Menuju Rekonstekstualisasi Islam demi Perdamaian Dunia dan Harmoni Peradaban” yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, akhir Mei 2017. Pembicara lain yang diundang berasal dari AS, Maroko, Jerman, Perancis, Mesir, Swedia, dan Malaysia.

Esensi Islam Bersama Threshold Society—didirikan bersama istrinya, Camille Helminski—selama lebih 30 tahun, dia mengembangkan dan membagi pendekatan kontemporer tentang praktik dan konsep-konsep Islam. Di Jakarta, dia memenuhi undangan kelompok Pusaka Hati, suatu lingkaran pengkaji sufisme dan ajaran-ajaran esoterik.

Pada tahun 2009, Kabir disebut sebagai satu dari 500 Muslim paling berpengaruh di dunia oleh Royal Islamic Strategic Studies Center yang bekerja sama dengan Georgetown University. Bagaimana Anda memandang acara di Jombang? Mereka sedang berupaya merekontekstualisasikan aspek-aspek tertentu dari Hukum Islam (Fiqh) yang penting dalam pertarungan gagasan dan memperjuangkan roh Islam. Ini adalah awal suatu gerakan yang diharapkan akan diadaptasi di negara-negara lain. Islam Nusantara (Islam Indonesia) dapat menjadi model bagaimana esensi ajaran Islam dapat mencerahkan dan memunculkan yang terbaik di dalam budaya lain. Islam yang hidup dan dipraktikkan di Eropa atau Amerika akan indah jika didasarkan pada nilai-nilai terbaik pada peradaban Barat.

Wahyu akan selalu menjadi kritik atas kemasyarakatan manusia dan kegagalannya. Namun, wahyu yang hadir melalui Al Quran juga mengakui bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali kosong dari kearifan spiritual dan tuntunan Ilahi. Baca juga: Islam Nusantara, Islam Damai untuk Dunia Islam Nusantara, Islam Kaffah Bagaimana Anda melihat situasi saat ini? Muslim di seluruh dunia sangat menderita menyaksikan agama mereka terdegradasi dan digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah.

Kita tahu, itu bukan Islam, tetapi tidak semua orang memahami hal itu. Sejak tragedi 11 September, secara sadar maupun tidak, dunia telah mengatakan, ”Tunjukkan, agar kami tidak harus takut pada Anda.” Kita belum berhasil membuktikan kepada dunia bahwa kita adalah sekutu dalam kerja bersama untuk mencapai keadilan yang welas asih dan menjunjung martabat manusia. Kita harus mencapainya dalam persahabatan dan penghormatan kepada komunitas iman lainnya, bahkan kepada dunia sekuler, mengakui yang baik dan tidak berkompromi pada yang negatif. Lihat Foto Syeikh Kabir E Helminski (70), pendiri Threshold Society.(Rifky Jusuf) Dekonstruksi Dalam makalahnya, Syeikh Kabir antara lain mengemukakan, penekanan Islam awal pada ketulusan hati dan pengalaman langsung dari Yang Ilahi semakin diwarnai pendekatan dogmatis terhadap kehidupan spiritual. ”Hukum Ilahi yang tidak pernah berubah” tak lagi dipahami sebagai hukum spiritual yang mengatur jiwa manusia dan alam semesta, tetapi sebagai peraturan, perintah, dan hukuman.

 

Pemahaman legalistik seperti itu telah mengubah Islam dari agama iman dan cinta menjadi agama rasa takut dan penghakiman. Akibatnya, menurut Syeikh Kabir, tujuan hidup keliru dipahami, juga kemungkinan terdalam bagi pembangunan manusia serta kesempurnaan moral. Pandangan dominan Islam saat ini sering kali mencakup keyakinan yang justru berlawanan dengan Quran, referensi pokok Islam. Kontradiksi internal itu membuat orang melupakan prinsip paling jelas dan penting, yaitu bahwa segala sesuatu yang menyakiti manusia tidak dapat menjadi tujuan Allah, oleh karenanya, tidak bisa dianggap Islami.

 

Di antara contohnya termasuk: menganiaya orang karena kepercayaan mereka, merampas hak asasi manusia, dan tentu saja, tindakan apa pun yang melanggar kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Mereka yang tertarik pada bentuk keyakinan Islam yang dogmatis, tidak toleran, dan agresif telah dicekoki seperangkat gagasan sempit yang mengkhianati esensi Islam dan mengabaikan contoh Nabi Muhammad SAW yang fleksibel dan welas asih serta dimensi spiritual Al Quran. Mereka terpenjara oleh ketakutan sehingga sering kali membenci segala sesuatu di luar Islam.

 

Kemiskinan gagasan itu telah memunculkan Islam yang menyempitkan hati dan jiwa. Menurut Syeikh Kabir, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab umat Islam saat ini. Di antaranya, bisakah agama rasa takut didekonstruksi menjadi agama cinta? Bisakah mengembangkan komunitas dan bentuk-bentuk hubungan yang memanusiakan Islam dan memberi konteks di mana adab, akhlak, dan kesadaran sejati bisa berkembang? Bisakah umat Islam mengomunikasikan rasa hormat mereka terhadap agama lain untuk menemukan kesamaan yang disepakati dan memberi manfaat bagi kemanusiaan? Bisakah umat Islam mendukung sumber daya artistik dan kultural yang dapat memberi inspirasi bagi kaum muda, termasuk musik, film, dan sastra?   Apakah tantangan terbesar yang dihadapi manusia saat ini?  Di antaranya, termasuk hancurnya biosfer, senjata nuklir, dan tirani kapitalisme finansial.

Selama ini, terorisme (serangan-serangan terkoordinasi terhadap warga sipil) telah menyita perhatian secara tidak proporsional. Untuk itu, media harus bertanggung jawab. Terorisme mengincar titik lemah kita. Tidak ada tempat yang aman dari terorisme. Teror mengancam masyarakat di mana pun mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, kondisi yang menyebabkan meningkatnya terorisme jarang diakui. Yang lebih banyak ditunjukkan adalah wajah tidak berdosa para korban pembunuhan oleh teroris, tetapi kekerasan lebih besar oleh yang berkuasa, hanya ditunjukkan oleh statistik, bahkan sering kali tidak terekam. Jihad kebaikan Menurut Syeikh Helminski, terorisme kadang dilakukan oleh sel independen, kecil, terinspirasi oleh propaganda internet.

Ekstremis direkrut oleh propaganda yang licin dan tokoh karismatik meskipun alasan mereka lemah dan tidak ada pembenaran dari agama. Namun, serangan terbesar dan paling mengejutkan, seperti pengeboman di Afganistan baru-baru ini, menunjukkan adanya dukungan dari suatu operasi profesional yang terorganisasi. Bisa dijelaskan? Banyak teror diatur dan dibiayai oleh kekuatan yang memiliki agendanya sendiri, yang mendapatkan keuntungan dari kekacauan itu dan menggunakan kebohongan idealistik sebagai umpan untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya. Saat ini, Amerika Tengah telah menjadi wilayah yang tidak nyaman dihuni karena permusuhan antar-geng pemuda. Mereka berusaha menemukan makna hidup melalui keinginan memiliki meskipun dilakukan dengan keji.

Sebenarnya, hal itu tidak terlalu berbeda dengan yang terjadi di Timur Tengah, tetapi tidak memakai justifikasi agama. Secara ringkas, fenomena meluas dari kekerasan asimetris tidak khas Islam, tetapi akibat dari perebutan kekuasaan internasional, terutama di wilayah-wilayah strategis kaya sumber daya, yang mayoritas berada di negara-negara Islam. Para jihadis gadungan akan sangat kecewa ketika mimpi-mimpi mereka hancur menjadi abu. Mari kita sadari bahwa sebagian besar ini adalah akibat dari energi alfa laki-laki yang disalurkan secara buruk, bentuk dari amarah petarung yang mencari pelampiasan. Apa yang bisa dilakukan? Mari kita menggunakan energi kreatif dari warga terbaik untuk menciptakan upaya-upaya menarik orang guna menjalin persahabatan dan cinta, memberikan penghormatan kepada perempuan dan yang lemah, jihad terhadap kerusakan lingkungan, jihad untuk melindungi hak asasi manusia dan perdamaian dunia.

 

BIODATA: Nama : Syeikh Kabir Elmund Helminski Lahir : 1 Juli 1947 Pendidikan: Institute of Transpersonal Studies (M.A); PhD Kehormatan di bidang Sastra dari Universitas Selçuk, Konya, Turki.

Tahun 1994-2000 melakukan perjalanan keliling bersama para penari Sufi dari Turki dan memperkenalkan budaya spiritual Tarekat Mevlevi. Buku, di antaranya: The Book of Language: Exploring the Spiritual Vocabulary of Islam dan The Book of Revelations: A Sourcebook of Selection from the Qur’an. Karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. 

BAHGIAN 6 MURSYID MAULAWIYYAH HAZRAT CHELEBI ATAU MAQAM I CHELEBI PEMIMPIN KETURUNAN MEVLEVI ATAU MALAUWIYYAH

Selama lebih dari 700 tahun, otoritas tertinggi untuk semua pusat Mevlevi adalah keturunan langsung dari Mawlânâ Jalâluddîn Rûmî, yang disebut "Hazrat-i Chelebi" ("Yang Mulia Chelebi") atau "Maqâm-i Chelebi" ("Peringkat Yang Maha Tinggi the Chelebi ") atau" Chelebi Efendi. "

Ini juga keturunan cucu Mawlan. Kuasa terpusat ini, yang berpusat di Turki, tetap utuh selama berabad-abad dan jarak jauh - sama ada tekke Mevlevi berada di Turki, Mesir, Bosnia, Yunani, atau Arabia. Perkataan "chelebi" adalah perkataan Turki yang telah lama digunakan untuk bermaksud seorang lelaki yang baik, terpelajar, dan halus. Kerana itu juga merujuk kepada keluarga Chelebi (dieja dalam bahasa Turki sebagai "Çelebi") yang merupakan keturunan langsung dari Mawlânâ; itu juga bermaksud "pemimpin Mevlevis."

Secara tradisinya, Maqâm-i Chelebi [Makam-I Çelebi atau Makam-Çelebi dalam bahasa Turki moden] mewarisi hak untuk menjadi ketua syekh dan pôstneshîn [Turki: postneshin] (pemimpin Majlis Doa Samâ` / Sema, atau Whirling) di pusat Mevlevi [tekke] di Konya], di mana Mawlânâ Rûmî dikebumikan. Setiap pengganti Maqâm-i Chelebi diberi latihan darwis Mevlevi di pusat Mevlevi lain sebelum menjadi syekh dan postneshin di pusat Konya. Penggantian adalah patrilineal: keutamaan diberikan kepada anak lelaki tertua dari Maqâm-i Chelebi sebelumnya, anak lelaki lain (jika anak sulung tidak rela atau tidak dapat menunaikan tanggungjawab, atau tidak mendapat sokongan untuk dipilih), anak lelaki Chelebi yang mendahului sebelumnya Maqâm-i Chelebi, saudara lelaki Maqâm-i Chelebi sebelumnya, cucu Chelebi lain yang mendahului Maqâm-i Chelebi sebelumnya, dan sebagainya. Semasa akhir zaman Kerajaan Uthmaniyyah, Perintah Mevlevi begitu terperangkap dengan pemerintah sehingga Sultan Empayar terlibat dalam persetujuan penggantian. Semasa era moden, Maqâm-i Chelebi seterusnya dipilih oleh anggota keluarga Chelebi.

Tidaklah perlu bahawa Maqâm-i Chelebi dikurniakan kemajuan rohani dan kebijaksanaan rohani yang luar biasa. Itu diperlukan untuk pemimpin nombor dua Mevlevis: Pengarah Kerohanian Mevlevi Tariqat, pemimpin spiritual spiritual [murshid] dari semua syekh dan pengikut Mevlevi yang disebut Sar-i Tarîq ["Sertarik," dalam bahasa Turki moden] , yang dilantik oleh Maqâm-i Chelebi. Sebaliknya, Maqâm-i Chelebi mempunyai kewenangan pentadbiran untuk membuat keputusan penting untuk melindungi kesejahteraan organisasi Mevlevi dan tradisi Mevlevi dan untuk meneruskan pertumbuhannya - keputusan yang juga melibatkan petunjuk Ilahi.

 

Walaupun para syekh memutuskan bagaimana dan apa ajaran dan tradisi Mevlevi yang mereka ajarkan (biasanya di bawah otoritas Ser-i Tarik, atau Ketua Syekh), Makam-i Chelebi berhak untuk diberitahu tentang kandungan apa yang diajarkan oleh para syeikh (yang merupakan sebahagian dari tugasnya untuk memastikan tradisi Mevlevi dijaga).

Pemimpin keturunan dari semua Mevlevis, Maqâm-i Chelebi adalah Faruk Hemdem Çelebi [Ejaan Arabo-Parsi: Fârûq Hamdam Chalabî], anak lelaki dan pengganti ayahnya (Jelaluddin M. Bâqir Chelebi, yang meninggal pada tahun 1996 - lihat "Laman Web Keluarga Chelebi" di www.mevlana.net); dia adalah Hazrat-i Chelebi, cucu Mawlânâ Jalâluddîn Rûmî generasi ke-22, dan Chelebi Maqâm-i ke-33 (dengan Mawlânâ Rûmî dikira sebagai yang pertama).

Kakek buyut Chelebi Efendi, Abdul-Halim Chelebi (wafat, 1925), adalah Grand Chelebi terakhir dari Perintah Mevlevi semasa Empayar Uthmaniyyah sehingga pembubaran kerajaan setelah Perang Dunia I dan undang-undang tahun 1925 (Tekke ve Zaviye Kanun) yang menjadikan semua organisasi sufi tidak sah (undang-undang yang berlanjutan hingga sekarang). Kakeknya, Maqâm-i Chelebi ke-31 adalah Mehmet Bâqir Chelebi (lahir 1901 di Manisa Mevlevihane, meninggal, 1944); dia tinggal di Aleppo, Syria dan merupakan pemimpin antarabangsa semua pondok Mevlevi di luar Turki dari 1925 hingga 1937, ketika dia diusir dari Syria. Kakek buyut Celebi Efendi (bawah, kiri) dan datuk (bawah, kanan) dikebumikan di sebelah YenikapI Mevlevihanesi di Istanbul.

Bapa Chelebi Efendi (di bawah, kiri), Maqâm-i Chelebi ke-32, adalah Jelaluddin M. Bâqir Chelebi yang dilahirkan di Aleppo, Syria, dianugerahkan doktor kehormatan, meninggal di Istanbul pada tahun 1996, dan dikebumikan di Konya. Faruk Hemdem Çelebi Efendi (di bawah, kanan) juga dilahirkan di Aleppo, Syria pada tahun 1950.

 

Ini adalah tradisi Mevlevi bahawa tidak ada yang boleh memiliki gelar "Syekh Mevlevi" (diberi izin untuk memakai "selendang sorban syeikh" [dastâr]) melainkan jika ini disahkan oleh Chelebi Efendi saat ini: dalam hal seorang syeikh baru, dengan izin bertulis [ijâzat] yang ditandatangani oleh Maqâm-i Chelebi untuk pangkat dan tanggungjawab menjadi seorang syeikh; dalam hal seseorang yang diberi izin [ijâzat] untuk menjadi syeikh oleh Maqâm-i Chelebi sebelumnya, penerimaan janji baru [bay`at, bey'a] kesetiaan kepada otoritas Chelebi Efendi yang baru.

Ini bererti bahawa seseorang yang telah dipilih oleh seorang syeikh Mevlevi untuk menjadi "wakil" atau "wakil" [khalîfa, halife] (dan kebenaran untuk ini juga mesti disetujui oleh Maqâm-i Chelebi), peringkat yang melibatkan beberapa orang wewenang mengajar sebagaimana yang didelegasikan oleh syekhnya, secara otomatis tidak dapat menjadi syekh Mevlevi setelah kematian syekh Mevlevi-nya. Dia mesti mendapat kebenaran Maqâm-i Chelebi untuk menjadi seorang syeikh. Dan seseorang yang telah diberi gelaran "halife" oleh seorang Syekh Mevlevi harus berhati-hati untuk tidak menyimpulkan bahawa ini adalah hal yang sama dengan "menjadi seorang syeikh" (dengan cara yang sama mungkin ada sedikit perbezaan antara menjadi " halife "dan" shaykh "dalam beberapa pesanan sufi Turki yang lain). Begitu juga, tajuk "shaykh" atau "shaykha" atau "pôstneshîn" dalam organisasi Mevlevi yang bebas juga tidak sah dalam tradisi Mevlevi.

Oleh kerana semua syekh Mevlevi tetap seperti itu dengan terus diterima oleh Chelebi Efendi saat ini, ini berarti pangkat syekh mereka dapat diambil jika mereka kehilangan penerimaan oleh Chelebi Efendi saat ini, seperti oleh pelanggaran atau inovasi yang tidak dapat diterima terhadap tradisi Mevlevi atau kegagalan etika yang sangat serius. Individu seperti itu mungkin diminta untuk mengembalikan selendang serban Mevlevi [destar] dan ijâzat (izin bertandatangan) mereka ke Maqâm-i Chelebi. Ini juga bermaksud bahawa jika pemegang pangkat Makam-i Çelebi mati, maka semua syekh Mevlevi yang diterima sebelumnya harus membuat janji setia yang baru [bay`at, bey'a] kepada penggantinya dari keluarga Mevlana, Chelebi yang baru Efendi - janji yang mesti diterima - agar tetap disetujui sebagai Syekh Mevlevi.

Permit semasa untuk menjadi Syekh Mevlevi disebut sederhana, "izin dokumen" [nama icaz] dengan itu mengelakkan perkataan "syekh," salah satu judul yang digunakan dalam organisasi sufi yang dibuat haram menurut undang-undang 1925. Nama yang betul yang digunakan pada zaman Uthmaniyyah adalah "dokumen shaykhhood" [meshihatname, mashîkhat-nâma]. Kebenaran ini ditulis dalam bahasa Parsi pada masa-masa sebelumnya; kemudiannya ditulis dalam bahasa Turki Uthmaniyyah .. Dalam beberapa dekad kebelakangan ini, izin telah diberikan untuk menjadi guru Mesnevi, bukan seorang syeikh; namun, keizinan yang diberikan kepada guru Mesnevi adalah "dokumen izin" umum [icazetname] yang sama yang diberikan kepada syekh yang baru diberi kuasa, yang telah dilatih dalam Upacara Solat Berputar (Sema).

Guru Masnavi [Mesnevihan] juga diizinkan memakai selendang serban [destar] yang sama dengan seorang syeikh; hal ini juga diizinkan untuk wakil syeikh [halife], dengan izin dari Maqâm-i Chelebi. Pada zaman Uthmaniyyah, seorang darwis Mevlevi yang merupakan keturunan langsung dari putra puteri Nabi Muhammad [disebut: sayyid] atau yang merupakan keturunan patrilineal langsung dari Mawlânâ Rumi juga diizinkan memakai selempang serban. Mevlevis yang memakai selempang serban diberi penghormatan tinggi sesuai dengan peringkat mereka. Namun, orang penting yang memiliki pangkat syeikh adalah orang yang diberi kuasa untuk memimpin tekke.

Semasa kepimpinan Mehmet Bâqir Chelebi (yang tinggal di Aleppo, Syria dari sekitar tahun 1925 hingga 1937 ketika dia dideportasi ke Turki, dan yang meninggal pada tahun 1944), sejumlah individu yang tidak diketahui mungkin telah dilantik sebagai syekh Mevlevi di pondok-pondok di luar Turki , seperti yang diperlukan.

 

Berikut ini dianggap sebagai syekh Mevlevi dan guru Mesnevi; maklumat mengenai bagaimana mereka diberi kebenaran tidak tersedia pada masa ini

1) Midhat Bahâri Beytur Efendi dari Istanbul (1879-1971, Masnavi reciter [Mesnevi-han, Masnavî-khwân] di KasImpasha Mevlevihane, pelajar Hüseyin Fahreddin Dede (wafat tahun 1911, diberi kuasa sebagai syaikh pada tahun 1924, shaykh terakhir dari Bahariye Mevyye di Eyup, berhampiran Istanbul), syekh Mevlevi pertama yang diizinkan memimpin Sema dalam tempoh "Sema kebangkitan"

2) Tâhir Olgun Efendi (Tâhir'ül Mevlevî) Istanbul (1887-1951), kebenaran [ijâzat] kerana menjadi guru Mesnevi [Mesnevi-hân, Masnavî-khwân]

3) Abdülbâkî GolpInarlI Efendi (1900-1982, seorang sarjana penting Mevlevi, pelajar Hüseyin Fahreddin Dede)

Semasa kepimpinan Jelaluddin Bâqir Chelebi (yang tinggal di Istanbul, dan meninggal pada tahun 1996), sejumlah individu diberi kuasa dan diberi izin bertulis [icazet, ijâzat] untuk menjadi syekh Mevlevi atau guru Mesnevi. (Süleyman Loras Dede dilaporkan telah menggambarkan pertemuan rahsia pada masa yang sangat menindas ketika undang-undang anti-sufi diberlakukan dengan keras, ketika dia dilantik bersama dengan Selman Tüzün dan Hüsrev Çelebi)

4) Ahmed Gavsi Baykara Efendi dari Istanbul (1902-1967, putera syekh terakhir YenikapI Mevlevihane, Abdülbâkî Dede)

5) Hüsrev Enver (Hüsrev Çelebi) Efendi, dilahirkan dalam cabang keluarga Konya Çelebi yang ditubuhkan di Afyonkarahisar

6) Münir Öztorun (Münir Çelebi) Efendi (meninggal 1972), dilahirkan dalam cabang keluarga Konya Çelebi yang ditubuhkan di Afyonkarahisar, kebenaran [ijâzat] untuk menjadi guru Mesnevi [Mesnevi-hân, Masnavî-khwân]

7) Süleyman Hayati Loras Dede Efendi (1904-1985, digambarkan dalam Friedlander "The Whirling Dervishes," 1975)

8) O. S. Resûhi Baykara Efendi dari Istanbul (1913-1989, putera syekh terakhir dari YenikapI Mevlevihane, Abdülbâkî Dede)

9) Selman Tüzün Efendi dari Istanbul (1905-1995, cucu Hüseyin Fahreddin Dede, syeikh terakhir dari Behariye Mevlevihane; juga pemimpin Sema, atau pôstneshîn, yang digambarkan dalam buku Friedlander, "The Whirling Dervishes," 1975)

10) Andaç Arbash Efendi dari Ankara (1932-2003, yang gurunya adalah Abdülbâkî GolpInarlI)

11) Abô 'l-Qâsem Tafazzolî Efendi dari Tehrân (meninggal, 2004, kebenaran [ijâzat] kerana menjadi guru Mesnevi [Mesnevihan, Masnavî-khwân])

12) Shefik Can Efendi dari Istanbul (1910-2005, seorang guru Mesnevi, atau Mesnavihan [Masnavî-khwân], yang mendedikasikan dekad terakhirnya menerjemahkan puisi Mawlan ke dalam bahasa Turki kontemporari dari teks-teks Parsi yang asli; gurunya adalah Tâhirü'l-Mevlevi- -Tâhir Olgun, seorang Mesnevihan (dengan siapa dia mula belajar pada tahun 1935 dan dari siapa dia mendapat kebenaran bertulis [icazet-name] untuk menjadi Mesnevihan) yang meninggal pada tahun 1951 - dan Midhat Bahâri Beytur yang meninggal pada tahun 1971

13) Hüseyin Top Efendi dari Istanbul (b. 1933, seorang Hâfizu 'l-Qur'ân yang telah memimpin Sema di Galata Mevlevihane dan yang gurunya adalah Midhat Bahâri Beytur)

14) Tughrul Inancher Efendi dari Istanbul (b. 1946, pemimpin semasa perintah sufi Helveti-Jerrahi; mulai tahun 1993, dia adalah pengarah kumpulan pemuzik Kementerian Kebudayaan Turki dan pernah menjadi pemimpin Mevlevi (postneshin) dari kumpulan Sema di Istanbul yang terdiri daripada para darwis Jerrahi yang dilatih sebagai semazen)

15) Nail Kesova Efendi dari Istanbul (sekitar tahun 1936, yang gurunya adalah Ahmet Bican Kasapoglu, dan yang selalu memimpin kumpulan Sema di Galata Mevlevihane)

16) Kabir Helminski Efendi dari AS (b. 1947)

Semasa kepimpinan Ketua Chelebi sekarang, Fâruk Hemdem Chelebi (dari Istanbul), yang berikut telah diberi kuasa dan diberi izin bertulis [icazet, ijâzat] untuk menjadi syekh Mevlevi (atau seorang guru Mesnevi, dalam dua kes):

17) Shems YIlmaz (Remzi) SusamIsh Efendi dari Sivas (b. 1939, salah satu semazen tertua di zaman kebangkitan Sema; putra Mehmet Dede, juga dikenal sebagai Sivas Dede, yang fotonya muncul dalam buku Friedlander 1975 yang menyatakan bahawa dia berumur 83 tahun dan sudah semazen sejak berumur 15 tahun)

18) Süleyman Wolf Bahn Efendi dari Jerman (b. 1944)

19) Hüseyin Peter Cunz Efendi dari Switzerland (b. 1949)

20) Mürsel Michaël Derkse Efendi dari Belanda (1953-2020)

21) Emin IshIk Efendi dari Istanbul (1936-2019; keizinan [ijâzat] untuk menjadi guru Mesnevi [Mesnevihan]; seorang guru Mesnevi di Istanbul, yang gurunya adalah Midhat Bahâri Beytur Efendi; dia juga seorang Hâfizu 'l-Qur'ân )

22) Kadri Yetish Efendi dari Istanbul (sekitar tahun 1931, yang selalu memimpin kumpulan Sema di Galata Mevlevihane, yang datuknya adalah seorang Mevlevi, dan yang gurunya adalah Midhat Bahâri Beytur)

23) Nadir KarnIbüyükler Efendi dari Konya (b. 1959, yang selalu mengetuai kumpulan Sema di Konya)

24) NâsIr Abdülbâkî Baykara Efendi dari Istanbul (b. 1948, yang dibesarkan dalam keluarga Mevlevi, yang ayahnya adalah O. S. Resûhi Baykara Efendi, dan kakeknya adalah syekh terakhir YenikapI Mevlevihane).

25) Hüseyin Erek Efendi dari Istanbul (b. 1960; seorang Hâfizu l-Qur'ân, salah seorang pemimpin masjid besar, pemimpin kumpulan Sema, dan seorang guru Mesnevi)

26) Ibrahim Gamard Efendi dari AS (tahun 1947)

27) Mohammad Bordbâr Efendi dari Tehrân (kebenaran [ijâzat] kerana menjadi guru Mesnevi [Mesnevihan], seorang sarjana dan guru Mesnevi di Iran yang telah bertahun-tahun menulis komen mengenai Masnavi, seorang pelajar Allahyarham Abô 'l- Qâsem Tafazzolî Efendi)

28) Fahri ÖzçakIl Efendi dari Konya (b. 1961, semazen dan kemudian semazenbashI untuk Kementerian Kebudayaan dan Pelancongan Republik Turki [Konya Türk Tasavvuf Müzighi Toplulughu, 1990], yang ditunjuk oleh Kementerian sebagai postneshin utama kumpulan Sema Kementerian , yang digambarkan dalam buku Friedlander, "The Whirling Dervishes," 1975)

29) Mustafa Gustavo Martinez Efendi dari Amerika Syarikat (Florida) dan Columbia

30) Bahâüddin Tâhâ Hidâyetoghlu Efendi dari Konya (b. 1975, seorang doktor yang dibesarkan dalam keluarga Mevlevi)

31) YIlmaz Kafadar Efendi dari Istanbul (pakar bedah, bekas semazen, dan penyokong lama Jelaluddin M. Bâqir Chelebi Efendi)

32) Ahmet Sami Küçük Efendi dari Konya (b. 1969, semazen dan kemudian semazenbashI untuk Kementerian Kebudayaan dan Pelancongan Republik Turki [Konya Türk Tasavvuf Müzighi Toplulughu, 1990])

33) YIldIrIm Ekin Efendi dari Amsterdam, Belanda (sekitar tahun 1970 di Eregli, Turki berhampiran Konya)

34) Abdul Aziz Malcolm Dart Efendi dari Melbourne, Australia (b. 1953, England; pemimpin Perintah Mevlevi Australia sejak 1986)

35) Mim Kemâl Öke Efendi dari Istanbul (b. 1955, profesor sains politik)

36) Nezih Chetin Efendi dari Istanbul (b. 1961, mulai tahun 1993 dia adalah semazenbashi dari kumpulan Helveti-Jerrahi Sema, kemudian dilantik pada tahun 2016 sebagai pengganti Mevlevi (halife) ketua kumpulan Sema (postneshin), Tughrul Inancher Efendi , dan kemudian dilantik pada bulan Mei 2018 sebagai pemimpin Mevlevi (postneshin) kumpulan Sema.)

Selain melantik syekh Mevlevi baru, Fâruk Hemdem Chelebi Efendi telah bekerja keras untuk mendapatkan pemahaman dan sokongan dari Kerajaan Turki untuk apa yang masih ada dalam tradisi Mevlevi di Turki. Dia sering pergi ke ibu kota, Ankara, untuk bertemu dengan pegawai Kementerian Kebudayaan dan Pelancongan (dan adiknya, Esin Chelebi Bayru telah menghadiri banyak pertemuan seperti itu ketika dia tidak hadir).

 

BAHAGIAN 5 PENYEBARAN TAREKAT MAULAWIYYAH

Tarekat ini menyebar luas ke beberapa wilayah, diantaranya Turki dan Amerika Utara. Salah satu keunikan pada praktik ajaran sufi tarekat ini adalah tata cara meditasinya, yaitu berputar-putar seperti menari-mari cukup lama.

Upaya ini merupakan bagian dari cara untuk mengingatkan seseorang bahwa segala sesuatu berawal dari sebuah putaran.

Hidup merupakan putaran dari tiada menjadi ada, kemudian tidak ada, ada, dan tiada lagi.


Tarekat Maulawiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Jalaluddin Rumi di Konya, setelah seorang darwisy yang menjadi gurunya meninggal. Karena terlalu cintanya pada sang guru kemudiam ia membuat sebuah puisi.

 

Dalam hidupnya Rumi menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain, diantaranya: MastnawiGhazal (puisi cinta) yang lebih dikenal dengan sebutan Divan-i Syams-i Tabriz (orde mistik Syams Tabriz), karya prosa yang berjudul Fihi Ma Fihi yang telah diterjemahkan menjadi Discourse of Rumi atau “percakapan Rumi”, Ruba’iyat yang berisi 1600 kuterm orisinil dan al-Maktubah, serta Manaqib al-‘Arifin (Legends of Suifis).

 

Tarekat Maulawiyah lebih banyak berkembang di Amerika, sedangkan di Indonesia tarekat ini tidak terlalu dikenal.

 

Ajarannya bersumber dari prinsip kerohanian yang termaktub dalam al-Qur’an. Dalam dunia modern ini dzikir yang sesuai dengan ajaran tarekat ini masih banyak menggunakan musik dan alunan-alunan Islam.

 

Tarekat Maulawiyah berkembang dan tumbuh di daerah timur tengah hingga eropa bahkan sampai Amerika.

 

Tarekat ini jarang dikenal di Indonesia, karena penyebarannya yang tidak sampai, hanya orang-orang yang memperdalam tentang Ilmu Tarekat yang mengetahuinya. Tarekat Maulawiyah besar dan masih eksis sampai sekarang, bahkan di Amerika tarekat ini, merupakan salah satu tarekat yang paling banyak penganutnya.

 

Perkembangan Tarekat Mawlawiyah

 

 Pada perkembangannya, aliran sufi ini justru mampu menarik perhatian para petinggi di Kesultanan Ottoman. Bahkan di masa inilah Mawlawiyah mampu menghasilan sejumlah penyair dan musisi legendaris seperti Sheikh Ghalib, Ismail Ankaravi yang berasal dari Ankara, dan Abdullah Sari.

Bahkan ada yang mengatakan masuknya nay atau seruling ke dalam peradaban Eropa adalah berkat merambahnya aliran Mawlawiyah ke daerah “jajahan” Ottoman di Eropa.

Dengan aliran inilah ajaran cinta Rumi tersebar ke seluruh dunia. Manusia diciptakan dengan cinta untuk cinta. “Semua cinta adalah jembatan menuju Sang Maha Kasih. Karenanya, yang tak pernah merasakan cinta, tak akan pernah mengetahuinya,” kata Rumi.[9]

Wajah Islam yang sejuk dan indah telah lama menyentuh Amerika. Pengenalan itu dibawa para sufi antara lain ulama dan ahli musik India, Hazrat Inayat Khan pada 1910. Sejak itu benih tasawuf bersemi di bumi Amerika. Salah satu ordo yang berkembang pesat adalah Tarekat Mawlawiyah.

 

Bermarkas di Amerika Utara, tarekat ini dipimpin Shaikh Kabir Helminski. Bersama Camille Helminski, isterinya, keduanya membentuk organisasi dalam pengajaran spiritual The Treshold Society yang menyedot perhatian ratusan ribu orang.

Kabir ditunjuk menjadi shaikh (mursyid) oleh almarhum Dr. Celaleddin Celebi dari Turki, pemimpin Tarekat Mawlawiyah dan penerus generasi ke-21 dari Jalaluddin Rumi, pendiri tarekat itu.

Kabir menulis sejumlah buku tasawuf dan menerjemahkan beberapa karya Rumi. Dia orang muslim pertama yang diminta memberikan kuliah tentang spiritualitas di Harvard Divinity School. November lalu, mestinya Kabir berkunjung ke Jakarta untuk berceramah, namun acara itu batal.

 

Akhir Ramadan lalu, wartawan TEMPO Kelik M. Nugroho mewawancarai Kabir melalui surat elektronik. Kutipannya: Apakah Threshold Society itu? The Threshold Society (Masyarakat Ambang Pintu) adalah sebuah yayasan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk pengembangan spiritual dengan tradisi tarekat Mawlawiyah. Tujuannya, dalam pengertian luas untuk mengajarkan prinsip-prinsip pencapaian pengalaman spiritual. Pelatihan ini terbuka untuk semua orang tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang dianut.

Ajarannya bersumber dari prinsip kerohanian yang termaktub dalam Alquran, khususnya seperti yang dianut para sufi besar semacam Bahauddin Naqshaband, Muhyiddin Ibn Arabi, dan yang terpenting bagi kami, Jalaluddin Rumi. Ketika kemanusiaan digerus oleh benturan berbagai kebudayaan, krisis ekologi, dan perubahan sosial yang sangat cepat, kami ingin mempromosikan kebenaran cinta dan pengetahuan Yang Mahakuasa melalui pengalaman langsung dan personal.

Untuk mencapai tujuan ini, kami mengungkapkan dan berbagi prinsip-prinsip inti dalam pengembangan spiritual, mengakui dan mengembangkan kemitraan yang sejati antara laki-laki dan perempuan, mengakui kemenyatuan dan kesalingtergantungan semua manusia dan semua makhluk hidup, dan membantu merealisasikanya dalam hidup yang harmonis sesama makhluk dan lingkungan alam. Cara lain yang juga kami tempuh, kami mengembangkan eskpresi yang kontemporer dari tradisi tasawuf yang klasik. Menciptakan format yang memungkinkan individu-individu dan kelompok-kelompok untuk menjadi matang dalam tradisi ini dan mencecap kenikmatan tasawuf, dan akhirnya, memberikan sumbangan nyata bagi kebudayaan melalui seni, musik, dan sastra.

The Threshold Society memiliki ratusan anggota aktif dan ratusan ribu orang di dunia yang pernah tersentuh oleh program dan publikasinya. Hingga tiga tahun yang lalu, penerbit Threshold adalah salah satu penerbit terkemuka di Barat untuk tema tasawuf. Namun belakangan kami memutuskan—agar lebih efektif—untuk memberikan lisensi buku-buku kami ke penerbit-penerbit besar dan memusatkan usaha kami pada pengajaran dan penulisan.

Manusia, termasuk orang Amerika, memiliki kebutuhan untuk bermasyarakat, khususnya masyarakat yang berbagi nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai sufistik sangat penting untuk memperbaiki perilaku masyarakat. Adab (akhlak, Red.) ditekankan secara khusus dalam tradisi Mawlawiyah. Bagian penting dari pendidikan spiritual adalah mengembangkan kapasitas masyarakat untuk kemitraan. Dan komunitas pecinta Tuhan (Threshold, Red.) adalah wahana untuk mengembangkan kapasitas ini.

Threshold telah mensponsori empat tur Darwis Berpusar dari Turki ke Amerika Utara (darwis adalah sebutan lain untuk sufi, Red.). Itu karena banyak orang yang membutuhkannya, dan kami menanggapinya. Tarekat Mawlawiyah mempunyai upacara yang indah, yang disebut Sama', yang terdiri dari ekspresi ibadah dan dalam waktu yang sama mencakup sebuah tradisi upacara dan musik spiritual. Ketika kami berkeliling ke kota-kota besar Amerika Utara, upacara ini menjadi salah satu peristiwa kebudayaan yang paling populer di musim itu.

 

Banyak pengamat yang memuji getaran spiritualitas yang dirasakan setelah menyaksikan upacara itu. Tentu kami juga mempunyai orang-orang Amerika yang terampil dalam menyajikan upacara Sema. Suatu kali kami diundang ke acara pertemuan antar-iman di Katedral Nasional Washington, tempat ibadat Presiden Amerika Serikat. Ada sekitar 2.000 orang non-muslim yang ikut menyenandungkan zikir dan menyimak la ilaaha illallah begitu sejumlah darwis Mawlawiyah Amerika berpusar di panggung. Salah satu uskup Washington mengatakan bahwa pandangannya tentang spiritualitas semakin kaya malam itu![10]

Rumi adalah figur manusia universal. Ia ibarat sebuah gerbang raksasa bagi kemanusiaan. Ratusan ribu orang membaca puisinya yang menyentuh. Dia memiliki obat untuk menyembuhkan luka-luka budaya Barat, dan untuk kemanusiaan itu sendiri. Inti kebenaran yang disampaikan Rumi, baik melalui tulisan atau percakapan, adalah kemaha kasih, Maha pemurah, dan kemaha indahan Tuhan.

Pendekatan spiritual dari tarekat Mawlawiyah itu lebih artistik dan kreatif daripada formalistik. Dalam kata lain, kami menyentuh masyarakat melalui Keindahan dan Kehalusan Tuhan. Ketika orang-orang jatuh cinta pada Tuhan, mereka pasti akan berkembang dari sisi intelektual dan moral. Namun kami memusatkan perhatian pada transformasi jiwa dan kondisi batin yang penuh syukur dan zikir pada Tuhan.

 

BAHAGIAN 4 (a) KARYA KARYA TAREKAT MAULAWIYYAH

Beberapa karya-karya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan popularitas terhadap perkembangan dan popularitas Tarekat Maulawiyah, baik yang ditulis oleh Rumi sendiri, mauapun para pengikutnya.

Karya utama Jalaluddin Rumi yaitu berjudul Mastnawi al-Ma’nawi atau Mastnawi Jalaluddin Rumi. Mastnawi merupakan syair panjang sekitar 25.000 untaian bait bersajak, yang terbagi ke dalam enam kitab. Karya ini menyajikan ajaran-ajaran mistik Rumi dengan indah dan kreatif melalui anekdot, hadits-hadits Nabi, dongeng-dongeng dan kutipan-kutipan dari al-Qur’an.

Rumi juga menulis Ghazal (puisi cinta) yang lebih dikenal sebagai Divan-i Syamsuddin Tabrizi dan ditulis untuk mengenangnya. Dalam karya ini Rumi mengekspresikan penghormatannya kepada Syams, yang namanya dering dikutip dan disebut di akhir bait. Karya ini berisi 2500 orde mistik. Menurut Nasr karya ini mencakup juga beberapa syair yang paling indah dan karya dalam bahasa Persia, yang membicarakan fungsi pembimbing spiritual dan hubungan antara guru dan murid.

Karya prosa yang berjudul Fihi Ma Fihi, yang telah diterjemahkan menjadi Discourse of Rumi atau “percakapan Rumi”. Karya prosa ini mencakup ucapan-ucapan Rumi yang ditulis oleh putra-putra sulungnya Sultan Walad.

Ruba’iyat, yang berisi 1600 kuatern orisinil dan al-Maktubat, yang berisikan 145 surat yang ditunjukkan kepada para keluarga raja dan bangsawan di Konya.

Manaqib al-‘Arifin (Legend of Sufis), yang dikarang oleh seorang murid cucu Rumi, yaitu Chelibi Emir ‘Arif yang bernama Syamsuddin Ahmad Aflaki. Karya ini berisi biografi dan anekdot-anekdot Rumi, dan tokoh-tokoh lain yang terkait dengan beliau dan tarekat Maulawiyah. Oleh karena itu, Manaqib al-‘Arifin sangat penting sebagai sumber informasi baik bagi kehidupan Rumi dan keluarganya, maupun bagi perkembangan Tarekat Maulawiyah itu sendiri.

BAHAGIAN 3 POKOK AJARAN TAREKAT MAULAWIYYAH

Ajaran-ajaran Rumi ini, pada dasarnya dapat dirangkum dalam trilogi metafisik, yaitu Tuhan, Alam dan Manusia.

1.      Ajaran Maulana Rumi tentang Tuhan

Pada gilirannya telah dikembangkan dari pernyataan Al-Qur’an sendiri yang menyatakan bahwa Tuhan adalah “Yang Awal, Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin”. Tuhan “Yang Awal” bagi Rumi, berarti bahwa ia adalah sumber yang dari-Nya segala sesuatu berasal. Semua manusia yang tinggal di bumi ini berasal dari Tuhan, walaupun kini ia telah melakukan perjalanan atau pengembaraannya yang jauh. Begitu jauhnya mereka mengembara, sehingga banyak diantara manusia yang melupakan Tuhannya.

Beralih kepada Tuhan sebagai “Yang Akhir”. Ini diartikan sebagai tempat kembali segala yang ada di dunia ini. Rumi juga termasuk sufi yang memandang Tuhan sebagai keindahan. Sebuah hadits mengatakan bahwa “Tuhan itu Maha Indah, dan mencintai keindahan.” Tentu saja sebagai yang Maha Indah, Tuhan adalah tujuan dari semua jiwa yang mencinta.

Tuhan sebagai “Yang Lahir”, bagi Rumi dunia yang lahir adalah fenomena yang menyimpan di dalamnya realitas yang sejati. Dengan demikian dunia lahir adalah petunjuk bagi adanya yang batin. Bagi Rumi tak mungkin ada yang lahir tanpa ada yang batin. Jadi sekalipun yang lahir, sepintas lalu berbeda dengan yang batin, tetapi yang lahir merupakan jalan menuju realitas yang tersembunyi di dalamnya.

Dengan demikian, Tuhan sebagai “Yang Batin” adalah realitas yang lebih mendasar, sekalipun untuk dapat memahaminya kita memerlukan mata lain yang lebih peka. Jadi, tidak semua orang dapat melihat kecantikan Tuhan yang tersembunyi di balik fenomena alam. Kebanyakan kita adalah pemerhati fenomena dan arena itu tidak bisa melihat keindahan batin yang tersembunyi dibalik fenomena lahiriyah alam.

 

2.      Konsep Maulana Rumi tentang alam semesta

Bahwa motif penciptaan alam oleh tuhan adalah cinta. Cintalah yang telah mendoromg Tuhan mencipta alam, sehingga cinta Tuhan merembas, sebagai nafas Rahmani, kepada seluruh pertikel alam, dan menghidupkannya, sehingga berbalik mencintai sang pencipta. Bagi Rumi alam bukanlah benda mati, tetapi hidup, dan berkembang bahkan memiliki kecerdasan, sehingga mampu mencintai dan dicintai, berkat sentuhan cinta Tuhan, maka ia menjadi makhluk yang hidup, bergerak penuh energi kearah Tuhan sebagai yang Maha Baik dan Sempurna. Dan cintailah alam, niscaya alam pun akan memebrikan yang terbaik. Bagi Maulana, alam bukanlah makhluk mati akan tetapi hidup, berkembang bahkan memiliki kecerdasan sehingga mampu mencintai dan dicintai. Dalam salah satu syairnya, Rumi pernah menggambarkan hubungan langit dan bumi seperti pasangan suami-istri.

 

3.      Konsep Maulana Rumi tentang manusia

Manusia memilik posisi yang sangat istimewa baik kaitannya dengan alam maupun dengan Tuhan. Kaitannya dengan alam, Rumi memandang manusia adalah tujuan penciptaan alam, yakni sebagai tempat beribadah bagi manusia. Sedangkan kaitannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi yang tinggi sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

Ajaran Jalaluddin Rumi lainnya yang sangat menarik tentang manusia adalah kebebasan memilih bagi manusia. Kebebasan memilih ini sangat penting bagi perkembangan dan aktualisasi diri manusia. Manusia terlahir dalam kedaan yang sempurna, melainkan lahir dengan sejuat potensi. Manusia perlu memiliki kebebasan memilih untuk mengaktualkan segala potensi yang dimilikinya itu. Denga kebebasan inilah manusia dapat mencapai titik kesempurnaannya, sebagai Insan Kamil. Tetapi akan kebebasan yang sama pula, manusia memiliki resiko yang besar untuk menjadi makhluk yang terendah, kalau ia menghianati amanatnya, misalnya dengan menyalahgunakan kebebasannya untuk menuruti hawa nafsunya.

Selain itu manusia juga memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu atau dengan kata lain mampu memiliki ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia bertingkat-tingkat sesuai dengan alat yang digunakan untuk tujuan itu. Ada pengetahuan indrawi, pengetahuan yang didasarkan penalaran akal, dan pengetahuan melalui persepsi spiritual (intuisi).

BAHAGIAN 2 (b) CIRI KHAS TAREKAT , TARIAN CIRI UTAMA TAREKAT MAULAWIYYAH

Kalangan dervish diwajibkan mengabdi kepada guru sufi, bahkan terdapat semacam pembekalan dalam penyelenggaraan pertemuan ritual mereka. Kehadiran sang pendiri, yakni Jalaluddin al-Rumi, dianggap benar-benar terjadi di dalam praktik ritual mereka, dan sejumlah dervish memiliki hubungan personal dengannya. Tarian sufi secara resmi dijadikan sebagai bagian dan metode ritual Tarekat Maulawiyah oleh Sultan Walad.

Meskipun terdapat larangan terhadap musik, bahkan hal ini berlangsung sejak masa awal Islam, dan masih berlangsung sampai sekarang, namun kalangan sufi banyak yang menggunakan musik bersama dengan syair-syair keagamaan sebagai sarana menimbulkan sikap kontemplatif dalam jiwa. Secara khusus, musik digunakan untuk menciptakan keadaan jiwa dan pikiran yang sesuai untuk pelaksanaan hadhrah atau tarian suci.

Hal ini karena aspek esoterik musik diakui kebenarannya oleh kalangan sufi, meskipun dipandang terlarang oleh kalangan eksoteris (kalangan yang berpegang pada kenyataan lahiriyah). Tarian dengan menggunakan musik dalam Tarekat Maulawiyah di kalangan sufi terkenal dengan istilah sama’ yang dijadikan sebagai sarana pencarian Tuhan atau alat bantu kontemplatif.

Selama penyelenggaraan tarian (sama’), sebuah kulit domba berwarna merah diletakkan di atas lantai sebagai simbol kehadiran Syamsuddin at-Tibrizi, seorang tokoh sufi yang mengilhami Rumi terhadap kesadaran ketuhanan. Tarian yang memperagakan empat gerakan yang dinamakan salam berlangsung selama satu jam. Pada akhir tarian tersebut, pir atau guru spiritual, muncul ke tengah-tengah dervishes.

Getaran dan instrumen ibarat nafas, atau jiwa yang memberikan kehidupan, lentingan instrumen tersebut mendatangkan sebuah nostalgia keterpisahan dan keriuhan. Hal ini berasal dari syair-syair yang dibawakan Rumi. Dan jeritan instrumen untuk kembali kepada prinsip merupakan master spiritual, yakni Rumi sendiri.

Masalah sama’ merupakan penyebab utama perbedaan antar tarekat. Ada masalah-masalah rumit, yaitu apakah “mendengarkan musik” dan “gerakan tari” merupakan ungkapan jujur keadaan-keadaan mistik ataukah merupakan usaha di luar batas untuk secara sendiri mencapai keadaan yang hanya dapat dianugerahkan oleh Tuhan.

Tak dapat disangkal bahwa sama’ merupakan ungkapan kehidupan mistik Islam yang paling terkenal. Tarian mistik ini dicatat oleh pengunjung Eropa yang mendatangi biara-biara kaum Maulawi. Tarekat Maulawiyah adalah satu-satunya tarekat yang sejak awal sampai sekarang masih menggunakan tarian gerakan berputar, bahkan sama’ menjadi ciri khas tersendiri bagi penyelenggaraan ritual Tarekat Maulawiyah.

Upacara sama’, biasanya diadakan pada Jum’at tengah hari sesudah shalat jama’ah. Para darwis terlebih dahulu memakai pakaian yang khusus; sebuah tenure baju panjang putih tanpa lengan (destegul) jaket dengan lengan panjang sebuah ikat pinggang, dan sebuah khirqah hitam, dipakai sebagai mantel tetapi dicopot sebelum tarian keagamaan dimulai.

Kepala ditutupi topi tinggi dan bulu yang dililit sekitarnya dengan kain serban. Topinya, sikkeri, menjadi tanda khusus untuk anggota Maulawi. Banyak prasasti yang berisi do’a atau restu dituliskan dalam bentuk topi darwis, dan selalu dikenakan anggota Tarekat Maulawiyah, baik ketika penyelenggaraan ritual sama’ maupun di luar sama’.

Sama’ diatur dengan peraturan ketat. Syaikh berdiri di sudut yang paling terhormat di lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan tarian, dan para darwis melewati dia tiga kali dengan cara berputar-putar, setiap kali putaran mereka saling memberi salam, sampai akhirnya gerakan berputar-putar yang semakin cepat dimulai. Gerakan ini dilakukan dengan kaki tangan, dengan kecepatan yang semakin meningkat.

Apabila seorang darwis menjadi sangat bergairah, seorang sufi lain, yang bertugas mengatur penyelenggaraan, akan menyentuh perlahan-lahan bahunya agar gerakannya terkendali. Tarian darwis-darwis adalah salah satu ciri yang paling mengesankan dalam kehidupan mistik Islâm. Dan musik yang dimulai dengan nyanyian pujian untuk menghormati nabi (na’ti-i-sarif ditulis Jalaluddin sendiri) dan berakhir dengan nyanyian pendek penuh semangat, kadang-kadang dinyanyikan dalam bahasa Turki.

Bagi Jalaluddin al-Rumi, sama’ adalah makanan ruhani (seperti zikir) dengan disertai pembacaan syair-syair dan sajak karyanya. Ungkapan tersebut merupakan bagian sajak terakhir dalam upacara Tarekat Maulawiyah di Turki. Sajak tersebut diulang berkali-kali. Di mana pun pencinta menyentuhkan kakinya di tanah sambil menari, terbitlah anti kehidupan dan kegelapan. Dan bilamana kekasih terucap, orang mati pun mulai menari dengan kain kafannya.

Rumi mengumpamakan gerak putar para darwis dengan pembuat anggur yang menginjak buah anggun sehingga tercipta anggur ruhani. Pencinta menari lebih tinggi ketimbang bintang-bintang, sebab panggilan sama’ datang dari surga; ia dapat dimisalkan sebutir debu yang terbang mengelilingi matahari.

Dengan demikian, butir debu itu mengalami penyatuan yang ganjil secara terus menerus, sebab kalau matahani tidak bergerak, ia tidak dapat bergerak. Begitu pula manusia tidak dapat hidup tanpa berputar mengitari pusat gaya berat ruhani, yaitu Tuhan. Begitu belenggu jasmani putus oleh Tarian yang berapi-api, bebaslah jiwa dan sadarlah ia bahwa segenap penciptaan ikut serta dalam-tarian itu. Angin cinta menyentuh pohon sehingga dahan, kuncup, dan bintang-bintang mulai bergerak dalam gerak mistik yang meliputi semuanya.

Cinta yang mendalam bagi musik yang diwarisi para Maulawi dan guru mereka Jalaluddin al-Rumi telah mengilhami banyak ahli musik klasik dan penggubah-penggubah di kerajaan Utsmani. Pada kenyataannya, lagu-lagu terbagus dan musik klasik Turki, seperti yang digubah ‘ltri (abad XVII), digubah oleh seniman-seniman yang menjadi anggota Tarekat Maulawiyah, atau paling tidak mempunyai hubungan dekat dengan Tarekat Maulawiyah. Demikian juga halnya dengan ahli-ahli kaligrafi dan miniaturis, banyak di antara mereka tergabung dengan para Maulawi. Tarekat itu melengkapi masyarakat Turki dengan beberapa contoh seni muslim terbaik yang pernah diciptakan.

Begitu pentingnya nyanyian dan tarian yang diperagakan Rumi dan para pengikutnya dalam Tarekat Maulawiyah, sehingga dalam suatu kesempatan ia berkata:

Hayatilah, instrumen kesedihan ini. Sebuah nafas, dan lantaran itu menetes air mata. Dari tempat tidurnya yang tidak menenangkan, sebuah ketegangan gairah cinta dan derita. Rahasia nyanyianku tak seorang pun mengenalinya dan tak seorang pun mendengarnya walau sangat dekat sekalipun. Oh, untuk seorang kawan agar mengetahui perlambang dan agar seluruh jiwa bercampur dengan jiwaku, hingga kobaran api cinta tersebut membakarku Hingga secawan anggur cinta mengilhami diriku. Seharusnyalah engkau mempelajari bagaimana para pecinta terluka berdarah. Dengarkanlah, hayatilah instrumen ini.

Tarian yang sering dilakukan oleh pengikut Tarekat Maulawiyah dinamakan muqabalah (berhadap-hadapan). Istilah ini merupakan sebuah ungkapan terhadap doktrin pengikut Maulawi dimana jiwa menghadap dan bangkit kepada Yang Maha Nyata. Tarian tersebut bersifat universal dalam instrumen. Seorang penari memandang dirinya sendiri pada wajah penari lainnya.

Ibarat sebuah cermin untuknya, meskipun bayangan wajah tersebut menjadi wajahnya sendiri namun secara berulang-ulang, pada akhirnya pribadinya sendiri menjadi tidak nyata sehingga orang lain yang menjadi dirinya sendiri. Tarian tersebut bergerak semi memutar. Ia merupakan gambaran sebuah pusat penciptaan. Sebuah proses penurunan qausun nuzul yang berasal dan Allâh Swt.

Ketika tarian bergerak ke depan, syaikh masuk dan pancaran yang terjauh dan pusat pertama membawa para penari berhadapan muka dengan sang guru spiritual. Hal ini merupakan saat pergantian malam menjadi fajar, matahari terbit, dan merupakan pusat atas (qausul uruj) mulai membawa menuju kesadaran. Kemudian penari berputar ke sisi yang lain, yaitu Tarian seseorang menggambarkan penyempurnaan seluruh ciptaan kemudian kembali menuju Yang Satu.

Seorang guru Tarekat Maulawiyah kontemporer bernama Syaikh Sulaiman Loras mengatakan: “Jika kita tidak sungguh-sungguh dalam mencapai kesempurnaan batin, maka selamanya kita akan tetap bertahan dalam keadaan kita sekarang ini, yakni sebagai “binatang yang bercakap”.

Dunia tidak akan berlangsung tanpa kehadiran guru-guru sufi. Setiap zaman memiliki guru sufi. Yesus, Buddha, Nabi Muhammad Saw. merupakan guru-guru sufi yang terbesar, bahkan selain mereka terdapat sejumlah aqthab (jamak: quthub, yakni seseorang yang menjalankan peran sepenuhnya sebagai sumbu spiritual), manusia sempurna yang sejati berada di dalam setiap diri kita.

Pada awalnya, Tarekat Maulawiyah ini mendapat dukungan kuat dan kalangan penguasa Turki Utsmani dan kalangan seniman. Disebutkan bahwa semenjak 1648 M., pemimpin Tarekat Maulawiyah mendapat hak istimewa memakaikan pedang kepada seorang sultan yang baru dilantik. Para sultan nampaknya mendekati tarekat Maulawiyah untuk menghadapi penganut Tarekat Bektasyi (aliran tarekat yang tertua yang berpengaruh di Turki) yang mendukung Janissary untuk melawan pemerintahan.

Selain itu juga untuk menghadapi `ulamâ’ yang mendukung perlakuan istimewa masyarakat muslim yang lebih dari kaum Zimmi. Sultan Abdul Aziz (1861-1876) dan sultan Muhammad Rasyad (Muhammad V, memerintah 1909-1918), keduanya sultan kekhalifahan Utsmani (Ottoman), tercatat sebagai anggota Tarekat Maulawiyah. Pada 1634 Sultan Murad 1V (1623-1640 M) memberikan kharaj (dana yang dikumpulkan dari umat Islâm untuk membiayai kegiatan Tarekat Maulawiyah) Di Konya untuk Tarekat Maulawiyah.

 

Pelarangan pada Era Kamal Attarurk

Namun, akhirnya pada 1925 M., kegiatan Tarekat Maulawiyah di Turki dilarang oleh Kamal Attaturk, demikian juga segala jenis tarekat, sejak sekularisasi diberlakukan di negeri ini pada 1928 M. Pada tahap selanjutnya, sejumlah pengikut Tarekat Maulawiyah kemudian sering menampilkan pertunjukan musik dan tari-tarian mereka di Barat.

Tetapi, sejak 1954 M. mereka diperkenankan mengadakan sama’ pada peringatan ulang tahun wafatnya Jalaluddin al-Rumi pada 17 Desember di Konya. Walaupun tidak dalam ruang utama, mereka juga mengadakan pertunjukan di luar negeri.

Tarekat Maulawiyah beserta karya-karya Rumi mempunyai pengaruh terbesar di anak benua Indo-Pakistan. Tarekat Hisytiyah Nidzamuddin Auliya, misalnya, mendapatkan pengaruh nyata, ketika Hisyti membolehkan tarian mistik dan cenderung memberikan ungkapan terhadap jiwa penuh semangat dari sajak-sajak Rumi.

Para pengikut Maulawi juga terdapat di Syria, Mesir, dan negara-negara lainnya yang menjadi bagian wilayah kekuasaan Imperium Utsmani. Namun pada zaman sekarang ini, hanya terdapat beberapa cabang yang tetap aktif yakni di Istambul, Anatolia, dan Konya, serta belakangan ini juga sudah terdapat di Amerika Utara, dan Indonesia.

BAHAGIAN 2 (a) TARIAN CIRI UTAMA TAREKAT MAULAWIYYAH

Yang membuat terkat ini beda adalah dakwah dengan cara menggunakan tarian-tarian yang disebut sama’ dalam bentuk tarian berputar, dan telah menjadi ciri khas dasar bagi tarekatnya. Akibatya, tarekat Rumi di Barat dikenal dengan sebutan The Whirling Darvish (Para Darwis yang Berputar). Tarian suci ini dimainkan oleh para Darwish (fuqara) dalam pertemuan-pertemuan (majlis) sebagai dukunga eksternal terhadap upacara-upacara (ritual mereka).

Sama’ dilembagakan oleh Rumi pertama kali setelah hilangnya gurunya yang sangat dicintain, yaitu Syamsuddin Tabrizi. Sejak saat itu Rumi menjadi sensitif terhadap musik, sehingga tempaan palu dari seorang pandai besi saja cukup untuk membuatnya menari dan berpuisi.

Bagian-bagian atau tahap-tahap dalam sama’ terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari Naat (sebuah puisi yang memuji Nabi Muhammad), Improvisasi ney (seruling) atau taksim dan “Lingkaran Sultan Walad”.

Bagian kedua terdiri dari empat salam, musik instrumental akhir, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan do’a.

Inilah rinciannya:

 

1.      Bagian Pertama

 

a.       Naat, yaitu semacam musik religius. Naat dalam musik Maulawi disusun oleh Buhuriz Musthafa ‘Itri (1640-1712 M), tetapi puisinya adalah puisi Rumi.

b.      Taksim. Merupakan sebuah improvisasi terhadap setiap makam atau mode, yaitu konsep penciptaan musik yang menentukan hubungan-hubungan nada, nada awal yang memiliki kontor dan pola-pola musik. Bagian ini merupakan bagian yang sangat keratif dari upacara Maulawi.

c.       Lingkaran atau Putaran Sultan Walad, ini disumbangsikan oleh putra sulung Maulana, yaitu Sultan Walad. Selama putaran ini para Darwish yang ikut bagian dalam putaran tari berjalan mengelilingi sang samahane (ruang upacara) tiga kali dan menyapa satu sama lain di depan pos (lokasi tempat pemimpin tekke atau pemimpin upacara berdiri). Dengan cara ini mereka menyampaikan “rahasia” dari yang satu kepada yang lain.

 

2.      Bagian kedua (empat salam), yaitu:

a.       Salam Pertama, melodi biasanya penjang dan irama yang digunakan biasanya disebut “putaran berjalan” atau Devr-i Revan. Bitnya adalah 14/8.

b.      Salam Kedua, pola irama dari salam ini disebut “Evfer” dan terdiri dari 9/8 bit.

c.       Salam Ketiga, dibagi kedalam dua bagian yang meliputi melodi dan irama. Bagian pertama disebut “putaran” atau the cyircle bitnya 28/4. Dan bagian yang kedua disebut “Yoruk semai” bitnya 6/8.

d.      Salam Keempat, pola irama ini juga “Efver” bitnya 9/8, yakni irama lambat dan panjang untuk menurunkan elastasi sehingga sang darwisy bisa konsentrasi kembali. Tiap-tiap salam dihubungkan melalui nyanyian. Pada bagian pertama dan kedua seleksi diambil dari Divan-i Syams atau Mastnawi, sedangkan pada bagian ketiga puisi mawlawi lain dinyanyikan.

 

3.      Musik Intrumental

Dengan berakhirnya salam keempat berarti bagian oral selesai “Yuruk semai” kedua dalam pola-pola 6/8 adalah akhir dari upacara. Setelah seleksi instrumental ini ada taksim seruling. Kadang-kadang musik ini dapat dimainkan melalui alat musik petik (senar).

 

4.      Membaca Al-Qur’an dan Do’a

Setelah musik selesai, seorang hafidz di antara para penyanyi membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Sama’ terus berlangsung sampai bacaan Al-Qur’an dimulai. Ketika hafidz mulai membaca Al-Qur’an kemudian para penari tiba-tiba berhenti dan mundur ke pinggir ruangan dan duduk. Setelah ia selesai, kemudian pimpinan sama’ berdiri dan mulai berdo’a di depan sang syaikh, do’a ini biasanya ditunjukkan untuk kesehatan dan hidup sang sultan atau para penguasa negara.

BAHAGIAN 1 PENGASAS DAN PENDIRI TAREKAT MAULAWIYYAH

Tarekat Maulawiyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh Maulana Jalaluddin al-Rumi (605 H/1207 M – 672 H/1273 M).

Ia adalah keturunan Persia dan Balkha salah satu wilayah Afghanistan. Namun sejak kecil ia telah meninggalkan tanah airnya bersama perpindahan ayahnya. Ayahnya bernama Muhammad, bergelar Baha’uddin Walad, tokoh ulama dan guru besar di negerinya di masa itu, yang juga bergelar sulthanul ulama.

Menurut catatan, nasabnya sampai pada Sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq R.a. Semasa hidupnya, Baha’uddin Walad banyak melancarkan kritik kepada ulama modern yang getol mempelajari dan mengajarkan berbagai ilmu logika sehingga mengakibatkan kecenderungan berpaling dari Alquran dan Hadis.

Sebagai guru berkharisma besar, baik bagi kaum awam maupun di mata kelompok tertentu (khâs), fatwa Baha’uddin senantiasa didengar orang di mana-mana. Banyak yang menaruh respek kepadanya. Namun, barangkali justru hal itulah yang membuat ulama lain menaruh rasa ini.

Mereka lalu mencoba melancarkan fitnah dan mengadukannya kepada penguasa. Itulah sebabnya penguasa waktu itu mengisyaratkan kepadanya agar meninggalkan negeri itu. Selanjutnya, Baha’uddin bersama keluarganya terpaksa hijrah. Dengan ajakan ‘Ala’uddin Kaiqibad, seorang penguasa Rum yang sangat hormat kepadanya, akhinnya ia memutuskan tinggal di Konya. Peristiwa itu tenjadi pada 626 H.

Setelah lama dalam pengembaraan, akhirnya keluarga ini dipanggil oleh Sultan Saljuq di Rum agar bersedia menempati suatu wilayah benama Iconium (kini, Konya), bagian wilayah Turki. Untuk menunjukkan penghormatan terhadap Baha’uddin, sang sultan seringkali mengajak Baha’uddin Walad bepergian ke luar kota untuk menjumpai seorang `ulamâ’ di Konya.

Ketika telah mendekati Konya, Sultan turun dari kudanya dan mempersilahkan Baha’uddin untuk menaiki kuda tersebut sampai tiba di kota. Negeri Byzantium di kalangan Turki disebut sebagai Rum maka sejak peristiwa tersebut, putra Baha’uddin yang bernama Jalaluddin disebut dengan nama Rumi (ar-Rumi), laki-laki dan Rum (Byzantium).

 

Gelar Pimpinan Maulawiyah

Pemimpin tertinggi tarekat Maulawiyah digelari dengan beberapa nama, yaitu Mulla Khunkar, Hadret-i Pir, Celebi Mulla, dan Aziz Efendi. Seorang pemimpin dibantu oleh seorang wakil. Orang yang ingin menjadi anggota Maulawiyah disyaratkan harus menjalani latihan selama 1001 hari, dibagi pada periode-periode 40 hari.

Selama latihan, calon anggota harus mempelajari al-Matsnawi dengan pembacaan yang benar, teknik tarian berputar, dan silsilah tarekat, mulai dari gurunya sampai ke generasi-generasi sebelumnya yang berakhir pada Rasulullâh Saw. Setelah latihan berakhir, pemula diberi pakaian resmi di tekye dan diperintahkan terus menjalankan praktek-praktek tarekat sampai ia yakin dirinya sanggup berhubungan dengan Tuhan melalui tarian putar, khalwat (pengasingan diri) dan musik.

 

Al-Matsnawi Karya Besar Rumi

Inti ajaran tasawuf Rumi, di samping termuat dalam Diwan Shamas-i Tibriz, paling banyak dimuat dalam sebuah karya besarnya yang terkenal, al-Matsnawi. Buku ini, yang terdiri dan enam jilid dan berisi 20.700 bait syair, berpengaruh besar terhadap perkembangan tasawuf sesudahnya. Banyak komentar terhadap buku ini yang ditulis oleh para ahli dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki dan Arab.

Al-Matsnawi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sepertiga volume pertama diterjemahkan ke bahasa Jerman tahun 1849. Tenjemahan ke bahasa Inggris (oleh Sir James Redhouse) pertama kali diterbitkan pada tahun 1881. Kemudian sebanyak 3.500 baris puisi pilihan dan al-Matsnawi diterjemahkan lagi (oleh Whinfield) ke dalam bahasa Inggris.

Terjemahan puisi pilihan ini (terbit di London tahun 1887) ternyata mendapat perhatian besar dari masyarakat sehingga tahun itu juga dicetak ulang. Volume kedua diterjemahkan (oleh Wilson) dan diterbitkan di London tahun 1910. Reynold Alleyne Nicholson bekerja selama 25 tahun untuk menerjemahkan buku ini dan melengkapinya dengan uraian dan komentar. Hasilnya diterbitkan tahun 1925-1950. A.J. Arberry; salah seorang murid Reynold Alleyne Nicholson, menerjemahkan sejumlah kisah pilihan yang diterbitkan di London tahun 1961.

Terdapat keterangan yang menyatakan bahwa selama di Damaskus pada Tahun 618 H/1221 M, Jalaluddin sering berjalan-jalan di samping ayahnya bersama Ibnu Arabi (Abu Sa’id Ahmad ibn Siyad al-Basri al-Arabi (246-340 H/860-952 M), seorang tokoh sufi besar yang kemudian banyak mengajarkan doktrin-doktrin kesufian kepada Jalaluddin al-Rumi.

Ketika itu Ibnu ‘Arabi menyampaikan perkataan; “Segala puji bagi Allâh Swt, betapa sebuah samudera sedang mengikuti sebuah danau!” Di Konya, ar-Rumi menjadi guru agama dan ia telah menjadi seorang sufi dalam usia 39 tahun, ia berkawan dengan Syamsuddin at-Tibrizi (w. 645/1247 M), seorang pribadi yang misterius dan sangat berpengaruh dalam bidang syair.

Ia telah mendorong perkembangan spiritual Rumi dan ia juga seorang pujangga yang jenius. Akhirnya pada 5 Jumadil Akhir 672 H./1273 M., Jalaluddin al-Rumi wafat menjelang magrib.

Jalaluddin al-Rumi menjadi seorang spiritualis yang berpengaruh, tidak hanya di negeri-negeri yang berbahasa Persia termasuk Afghanistan dan Asia Tengah, melainkan juga berpengaruh di Turki dan India. Makamnya dikeramatkan dan menjadi tempat perziarahan. Selama delapan abad, ia senantiasa hidup dan berada pada kehidupan tertentu untuk hadir di kalangan pengikutnya, yakni Tarekat Madawiyah (Tarekat Maulawiyah). Banyak di antara pengikutnya yang menemukan berkahnya secara langsung yang menunjukkan bahwa dirinya masih bersama mereka.

Di dunia Barat, tarekat yang didirikan Jalaluddin al-Rumi dikenal dengan sebutan “lingkaran dervishes” dan pengikut tarekat ini sering disebut whirling dervishes (warga tarekat yang berputar-putar). Hal tersebut karena tarekat ini menggunakan tari-tarian dan musik seraya membunyikan seruling dan drum dengan syair-syair ilabis lagu-lagu sufi Turki sebagai pendukung metode spiritual mereka dan dijadikan sebagai sarana penyadaran spiritual. Dalam beberapa literatur, Tarekat Maulawiyah sering ditulis dengan Mevlevi (dalam bahasa Turki).

Tarekat Maulawiyah, kemudian dilembagakan oleh Sultan Walad putra dan sekaligus yang menjadi penerus Rumi. Tarekat ini dalam ritualnya banyak menyebarkan sajak-sajak Rumi, terutama melalui Kerajaan Turki Utsmani yang baru muncul. Di kemudian hari, pemimpin Tarekat Maulawiyah begitu erat hubungannya dengan istana Turki Utsmani, sehingga ia mendapat hak istimewa untuk memakaikan pedang pada sultan. Pusat Tarekat Maulawiyah selalu berada di Konya (pemimpinnya disebut dengan sebutan kehormatan Molki Hunkar dan Celebi).

Kegiatan dervishes (anggota Tarekat Maulawiyah) meliputi sejumlah latihan tari-tarian, yaitu dua  jari kaki Tarian Sufi Tarekat Maulawiyah guru-guru dervish berada di sekitarnya.