Catatan Popular

Rabu, 19 April 2023

KITAB FATHUR WACANA 54 : KENALI DIRI MU MENGENAL TUHAN MU

(Percikan Cahaya Ilahi)


SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada hari Jumaat, 10 Rajab tahun 545 H di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

 

Anak-anak sekalian: Dua langkah saja, anda sudah sampai di hadapanNya Azza wa-Jalla.

Satu langkah melewati dunia, satu langkah melewati akhirat.

Satu langkah melewati diri anda dan satu langkah melewati makhluk.

Tinggalkan alam lahir dan anda sudah sampai di alam batin. Bermula dari alam lahir dan berakhir alam batin, lalu sempurnakan kemandirian anda hanya di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Darimu permulaan dan Allah Azza wa-Jalla akhirnya. Ambillah tali dan ikatlah. Duduklah di pintu amal, hingga ketika engkau berusaha, engkau sangat dekat dengan Sang Pemberi amal. Jangan duduk di atas ranjangmu dan di bawah selimutmu atau di balik pintu, lalu anda berusaha dan melakukan amaliah. Maka, dekatkan hatimu dengan dzikir dan ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla di hari Mahsyar. Renungkan apa yang terjadi di dalam kubur.

 

Tafakkur-lah bagaimana di hari Mahsyar nanti Allah Azza wa-Jalla menggelar semua manusia dan mengadili mereka di hadapanNya. Bila renungan ini terus berlangsung, maka kekerasan hati anda akan sirna, hati anda akan bersih. Karena bangunan yang menjulang akan kokoh dengan fondasi yang dalam. Bila tidak punya fondasi akan cepat robohnya. Bila anda membangun kondisi ruhanimu di atas aturan yang kokoh, maka tak seorangpun bisa merusaknya. Bila anda tidak membangun dengan cara demikian, kondisimu tidak akan kokoh, hingga anda tidak sampai pada suatu maqam ke maqam yang lain. Dan hati para shiddiqin pun akan marah dan berharap tidak melihatmu.

 

Hati-hati! Hai orang yang bodoh pada agama, engkau terhasut oleh permainan.  Sungguh, jangan. Tak ada sedikitpun kemuliaan bagi sosokmu. Engkau telah membiarkan dirimu bicara pada orang lain tanpa keahlian pada dirimu. Padahal wacana itu boleh disampaikan hanya oleh orang-orang yang benar-benar sholeh. Padahal mereka ini malah membisu, kalau harus bicara yang begitu langka, cukup dengan isyarat.

Diantara mereka ini ada yang memang diperintahkan bicara. Lalu ia bicara pada publik dengan rasa segan. Setelah bicara dengan jelas, persoalannya jadi terbalik jika disandarkan pada hati dan kejernihan rahasia batinmu.

 

Karena itu Sayyidina Ali Karrromallah wajhah, ra, mengatakan, “Bila tirai dibuka pun, aku tidak bertambah yaqin.” Beliau berkata juga, “Aku tidak menyembah Tuhan yang aku tidak melihat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Qalbuku melihat Tuhanku.”

Hai orang-orang bodoh, bergaullah dengan para Ulama, berbaktilah pada mereka dan belajarlah dengan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh yang bermajlis dengan para Ulama dengan sikap adab yang baik dan tidak kontra dengannya, mencari faidah dari mereka agar kalian mendapatkan pengetahuan mereka, lalu berkah-berkahnya kembali pada anda, dan anda mendapatkan faedah yang banyak.

 

Bermajlislah dengan para arif Billah dengan cara diam, dan bermajlislah dengan orang zuhud dengan rasa senang dengan mereka.

Setiap saat sang arif lebih mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding waktu sebelumnya. Setiap saat hatinya bertyambah khusyu’ pada Tuhannya Azza wa-Jalla, rasa hina-dinanya semakin tambah, Khusyu’ yang langsung dengan hati yang hadir, bukan dengan hati yang tidak tampak.  Pertambahan khusyu’nya menurut kedekatannya pada Allah Azza wa-Jalla, begitu juga bertambah bisunya menurut bertambahnya musyahadahnya kepada Allah Azza wa-Jalla. Bahasa nafsunya membisu, watak dan hawa nafsunya diam, kebiasaan dan eksistensinya membisu. Sedangkan bahasa qalbunya, batinnya, maqom dan anugerah padanya senantiasa mengekspresikan nikmat dariNya. Karena itu ketika mereka bermajlis dengan orang arifin selalu diam agar meraih manfaat dan meminum dari sumber yang memancar dari hati arifin.

 

Siapa yang lebih banyak bergaul dengan kaum airifin Billah Azza wa-Jalla, ia akan mengenal dirinya senantiasa hina di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla. Karena itu disebutkan, “Siapa yang kenal dirinya maka ia kenal Tuhannya,“ karena diri adalah hijab antara hamba dengan Tuhannya.

Siapa yang mengenal dirinya akan tawadhu’ pada Allah Azza wa-Jalla, dan ketika mengenal makhluk ia hati-hati, ia lebih sibuk bersyukur kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding sibuk mengenal makhluk. Ia tahu, bahwa tak akan mengenalkan dirinya pada makhluk melainkan demi suatu kebajikan dunia dan akhiratnya. Lahiriahnya sibuk bersyukur padaNya dan batinnya, penuh sibuk memujiNya. Lahiriyahnya berpisah tapi batinnya berpadu. Kegembiraan ada di batinnya, susah ada di lahirnya, semata untuk menutupi kondisi batinnya.

 

Orang arif itu berbeda dengan orang mukmin biasa. Jika susah di hatinya, maka wajahnya menampakkan kegembiraan. Ia tahu dan diam di PintuNya, ia tidak tahu apa yang bakal dikehendakiNYa padanya, apakah diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka atau terus terkunci? Siapa yang mengenal dirinya maka ia berbalik kondisinya dibanding orang mukmin biasa dalam segala tingkah lakunya. Orang mukmin memiliki hal yang terus berubah, sedangkan orang ‘arif memiliki maqom yang tetap dan teguh.

 

Orang mukmin biasa, senantiasa takut akan terjadinya perpindahan ruhaninya dan hilangnya imannya. Hatinya terus gelisah, dan wajahnya terus ceria, ia bicara dengan sunyum di wajah dengan hati yang gundah. Sedangkan orang arif dukanya ada di wajahnya, karena ia menjumpai makhluk sebagai sesuatu yang aneh, lalu ia memperingatkan mereka, memerintah dan melarang mereka, sebagai pengganti tugas Nabi saw.

 

Kaum Sufi mengamalkan apa yang mereka dengar, lalu mereka mendekatkan amal itu agar dekat kepada Allah Azza wa-Jalla, dimana mereka melakukan aktivitas amaliah hanya bagiNya, lalu mereka mendengar nasehat tanpa perantara dengan mendengarkan melalui hati mereka, disaat mereka tidur dan tiada menurut makhluk, namun sedang sadar dengan Sang Khaliq. Ia senantiasa berjalan dalam sunyi, sedangkan anda berjalan ketika sedang sibuk. Mereka senantiasa meraih  menjadi limpahan Ilahi Azza wa-Jalla, dan aturannya sampai pada anda melalui rahasia batin, sedangkan rahasia batin mendikte qalbu, lalu qalbu mendikte nafsu yang muthmainnah, nafsu yang muthmainnah mendikte lisan, dan lisan mendikte makhluk.

Siapa pun yang bicara pada makhluk lain, mestinya seperti itu, jika tidak jangan bicara pada mereka. Kegilaan kaum sufi adalah meninggalkan kebiasaan watak dan tindakan emosional hawa nafsu, dan meninggalkan syahwat dan selera kesenangannya. Bukan berarti mereka selayaknya orang gila biasa, yang hilang akalnya.

 

Syeikh Hasan al-Bashry ra mengatakan, “Jika anda melihat mereka, anda pasti mengatakan kalau mereka ini gila. Dan sebaliknya jika mereka melihat kalian, pastilah mereka mengatakan, sedikitpun kalian tidak beriman pada Allah Azza wa-Jalla.”

Khalwatmu tidak benar. Karena khalwat itu kosongnya hati dari segala hal, kosong batinmu dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Itulah perjuangan serius para Nabi dan rasul, para Auliya’ dan orang-orang shaleh. Amar ma’ruf nahi mungkar lebih aku sukai ketimbang melihat 1000  orang yang beribadah dalam dalam bilik. Batasi nafsu dari pandangannya, dengan memejamkan nafsu, membatasi dan menolaknya, hingga pandangannya tidak menyebabkan kehancurannya, melainkan mengikuti hati dan rahasia batin (sirr), jangan sampai keluar dari hati dan sirr, berpadulah dengan keduanya, hingga tidak berpisah, menjalankan perintah keduanya dan menghindari larangan keduanya, sesuai pilihan keduanya (qalbu dan sirr), maka nafsu menjadi muthmainnah, lalu hanya mencari dan menuju Yang Satu.  Bila nafsu sampai kondisi ruhani seperti itu, maka nafsu tidak meremehkan perjuangan dirinya.

 

Janganlah membantah apa yang ditindakkan Allah Azza wa-Jalla padamu dan pada yang lain, ingatlah firmanNya:

“Dia tidak ditanya apa yang dilakukan, namun merekalah yang dimintai pertanggungjawaban (atas apa yang dilakukan).” (Al-Anbiya’: 23)

 

Manakah anda mengikuti Allah Azza wa-Jalla? Bila anda tidak membajiki adabmu, maka anda bisa keluar dari dunia ini dengan hina. Bila anda memperbajiki adabmu, anda mandiri di hadapanNya, duduk dan mulia.

Pecinta Allah adalah tamu di sisiNya, dan tamu tidak memilih makanan, minuman dan pakaian yang disediakan tuan rumahnya dalam segala situasinya. Namun ia senantiasa terus menerus berdiam, sabar dan rela, maka jika tamu seperti itu katakan, “Bergembiralah, atas apa yang anda lihat dan jumpai.”

Siapa yang kenal Allah Azza wa-Jalla dunia dan akhirat serta segala selain Allah Azza wa-Jalla sirna dari hatinya. Maka ucapan anda wajib hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, jika tidak diam lebih baik bagimu, agar hidupmu hanya bagi ketaatan pada Allah Azza wa-Jalla, jika tidak kematian lebih baik menjemputmu.

Ya Allah hidupkan kami untuk patuh padaMu, dan gelarlah kami bersama ahli taat padaMu. Amin.

 

Syeikh Abdul Qodir berkata, Orang yang beriman adalah orang yang hijrah dari nafsunya, lalu berguru kepada seorang Syeikh yang bisa mendidiknya memberikan pengetahuan, dan terus belajar dari kecil hingga mati. Kemudian terus membaca Al-Qur’an, kemudian mendalami Sunnah Rasulullah Saw,  maka ia akan mendapatkan taufiq dari Allah Swt. Karena ia mengamalkan apa yang diketahui menuju kepada Allah azza wa-Jalla.

 

Sepanjang ia mengamalkan ilmunya,ia akan diberi ilmu oleh Allah yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Hatinya teguh dalam berpijak, dan ikhlas dalam melangkah menuju Allah azza wa-Jalla.

Bila anda mengamalkan ilmu anda, tetapi tidak membuat anda dekat pada Allah azza wa-Jalla, anda pun tidak menemukan indahnya ibadah dan kemseraan denganNya, ketahuilah bahwa anda sesungguhnya belum mengamalkannya, karena anda telah terhijab oleh cacat-cacat dalam amal anda. Apa cacat-cacat itu?

 

Riya’, kemunafikan dan keta’juban pada diri sendiri. Wahai orang yang beramal, ikhlaslah! Jika tidak, anda jangan berpayah-payah dalam Muroqobah pada Allah azza wa-Jalla ketika khalwat maupun ketika berada dalam keramaian. Karena orang munafiq malah senang pamer ketika dalam keramaian, dan orang yang ikhlas  tidak peduli apakah dalam ramai atau dalam sunyi, sama saja.

 

Bila anda melihat orang yang sangat pesolek atau wanita pesolek, pejamkan mata nafsumu, hawa nafsumu dan nalurimu, lalu ingatlah pada pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, bacalah:

“Dan kamu tidak berada dalam suatu keadaan…” (Q.S. Yunus:61)

 

Waspadalah pada pandangan Allah azza wa-Jalla dan pejamkan kedua matamu dari memandang yang diharamkan. Ingatlah pada Dzat yang anda tidak bisa menhindari pandangan dan pengetahuanNya. Bila anda sudah tidak membantah dan kontra pada Allah azza wa-Jalla maka ubudiyah anda padaNya sempurna dan anda menjadi hamba yang benar-benar hambaNya, tergolong orang-orang yang disebutkan:

“Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Iblis) tidak bisa menguasai (menggodanya).” (Q.S. Al-Hijr:42)

 

Bila syukurmu benar-benar terwujud pada Allah azza wa-Jalla, Allah mengilhami makhluknya untuk berterimakasih padamu, menyayangimu, pada saat itulah tidak ada peluang lagi bagi syetan dan kroninya.

 

Anda jangan sampai meninggalkan berdoa sebagai prinsip, jangan sampai sibuk berdoa hanya untuk mencari dispensasi. Doa itu adalah ketenggelaman  jiwa dan pembebasan bagi yang tertahan sampai mendapatkan jalan keluar dari tahanannya dan masuk dalam Sang Maha Diraja.

 

Jadikan akal sehat anda , bahwa meninggalkan doa itu tidak baik sama sekali. Namun anda berdoa, anda butuh niat dan akal sehat serta pengetahuan dan mengikuti jejak orang yang berpengetahuan. Anda tidak memikirkan apa yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada pada diri orang-orang yang shaleh, dan karena itulah prasangka anda buruk pada mereka. Janganlah anda berilusi dengan pangkal agama dan perilaku ruhanimu pada mereka, jangan sampai anda kontra dengan mereka dalam semua aktivitasnya sepanjang mereka tidak kontra dengan aturan syariat, karena mereka berada di sisi Allah azza wa-Jalla baik secara lahir maupun batin.

 

Hati mereka tidak akan tenang sebelum meraih keselamatan dari Allah azza wa-Jalla. Karena itu kemarilah wahai hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi. Wahai ahli zuhud kalian mengetahui sesuatu tetapi kalian tidak meraih kebaikan. Masuklah kemari mempelajari kitabku, sampai anda saya ajari tentang suatu hal yang tak pernah anda temukan selama ini. Dalam hati ada kitab, dan dalam rahasia batin juga ada kitab, dalam nafsu kita juga ada kitab, serta dalam tubuh kita juga ada kitab, semuanya merupakan derajat-derajat dan maqom serta langkah-langkah yang berbilang.

 

Langkah pertama saja anda tidak benar, bagaimana anda melangkah ke tahap kedua? Islam anda saja tidak benar, bagaimana anda sampai pada iman? Iman anda pun tidak benar bagaimana anda bisa sampai pada Iiqon (yaqin)? Iiqon anda juga tidak benar bagaimana sampai kema’rifatan dan kewalian?

Berakal sehatlah anda, tapi anda tidak menggunakannya. Masing-masing anda ingin menjadi pemimpin, tetapi anda tidak memiliki pirantinya? Anda baru bisa jadi pemimpin jika anda sudah bisa  zuhud dari dunia, zuhud dari nafsu, kesenangannya, watak dan hasratnya. Kepemimpinan itu turun dari langit bukan dari bumi. Kewalian itu datang dari Allah azza wa-Jalla bukan datang dari makhluk. Jadilah diri anda sebagai pengikut, bukan yang diikuti, dan jadilah kalian sebagai sahabat bukan yang disahabati. Bumikan dirimu dalam kehinaan dan kesembunyian.

 

Bila anda meraih sesuatu di hadapan Allah azza wa-Jalla berbeda dengan Dari harapanmu, maka pada saatnya Dia mendatangimu. Maka pasrahkanlah dirimu padaNya, tinggalkan merasa bisa atas upayamu, kekuatanmu, kontramu dan sahabatmu  dan nafsumu.

Bersahabatlah dengan ubiyah-mu, yaitu melaksanakan smeua perintah dan menjauhi laranganNya, serta bersabar atas bencana-bencana.

 

Dasar perkara seperti itu adalah tauhid dan kekokohannya, dan asasnya adalah amal yang sholeh. Namun, betapa tidak kokohnya bangunan anda, niat anda saja tidak benar bagaimana anda bicara? Sedangkan diammu pun juga tidak benar, bagaimana bicaramu benar pada orang lain, sebagai  pengganti para Rasul? Karena para Rasul adalah para penceramah, ketika para Rasul wafat maka Allah azza wa-Jalla menetapkan para Ulama  yang mengamalkan ilmunya, dan mereka dijadikan sebagai pewarisnya.

 

Siapa yang ingin berada di maqom sebagai pengganti Rasul harus menjadi manusia paling suci di zamannya, yang paling mengenal aturan dan ilmunya Allah azza wa-Jalla.

Namun mereka menganggap masalah ini sepele, hai orang-orang bodoh terhadap Allah azza wa-Jalla dan rasulNya, wali-waliNya yang shaleh dari para hambaNya!

 

Wahai orang yang bodoh pada  dirinya, pada watak, dunia dan akhiratnya, celakalah kalian ini! Diamlah kalian ini sampai datangnya orang yang ilmunya mengalahkan nafsunya, berbicara dan menghidupkan jiwa kalian, menegakkan dan membangkitkan kalian.

 

  Itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak demikian, karena ia telah menutup pintu makhluk dan membuka Pintu Allah azza wa-Jalla, yaitu Pintu Agung. Jika penutupan pintu dan pembukaan pintu ini benar pada seorang hamba, maka ia akan kehilangan dukungan manusia, namun ia akan khalwat, lalu datanglah pakaian dalam hatinya, datang pula kunci-kunci yang mampu menyingkap kulit-kulit dan yang ada adalah isi.

 

Pintu hawa nafsu tertutup,  lalu ia menang dalam pergumulan jiwa, lalu terbukalah jalan menuju Allah azza wa-Jalla, lalu muncullah ketekunan atas hasratnya yang selaras dengan ketekunan pendahulu-pendahulunya dari para Nabi dan Rasul Saw, serta para WaliNya. Ketekunan itu tidak lain adalah ketekunan bersih tanpa kotoran, ketekunan tauhid tanpa syirik, ketekunan pasrah total tanpa kontra padaNya, ketekunan jujur tanpa dusta, ketekunan pada Allah azza wa-Jalla, bukan pada makhluk, ketekunan pada Sang Penyebab, bukan pada akibat.

 

Ketekunan-ketekunan inilah yang digapai oleh para pemimpin agama, raja-raja ma’rifat, yang disebut sebagai Rjalul Haq Azza wa-Jalla, para kaum terpilihNya, parakekasihNya, yang senantiasa sebagai pembela agamaNya dan mereka adalah pecinta agamaNya.

 

Celakalah kalian, bagaimana anda mengklaim mengikuti thariqah kaum sufi sedangkan anda musyrik dengan lainNya? Anda ini tidak punya iman, sedangkan di muka bumi ini masih ada yang anda takuti dan anda harapkan. Anda tidak bisa zuhud di dunia selama di dunia masih ada yang kau harapkan. Anda tidak bertauhid selama anda masih memandang yang lainNya dalam perjalananmu menuju kepada Allah azza wa-Jalla.

 

Orang yang ‘arif senantiasa asing di dunia dan akhirat dan zuhud dari dunia dan akhirat, serta zuhud dari segala hal selain Allah azza wa-Jalla secara total, karena tak ada yang kesenangan sedikit pun selain padaNya.

 

Hai kaumku… Dengarkan sesuatu dariku, jangan sampai ada prasangka buruk dalam hatimu. Bagaimana tidak, kalian berprasangka dan menggunjingku, padahal aku sangat sayang pada kalian, aku memikul beban kalian, menjahit amal-amal kalian yang compang camping dan memohonkan syafa’at untuk kalian pada Allah azza wa-Jalla, memohonkan ampunan dosa-dosa kalian?

 

Siapa yang kenal aku, ia tidak akan berpaling dariku sampai mati, kesenangan dan kenikmatan, makan dan minumnya serta pakaiannya pun, tidak ada yang mengalahkan kesenangannya bersamaku.

 

 

Anak-anak sekalian… Bagaimana kalian tidak mencintaiku, akulah yang sangat berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk kepentinganku! Aku ingin kemanfaatan ada dalam hidupmu,

kebersihan dirimu dari kekuasaan dunia yang mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus mengikuti jejak dunia? Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membunuh kalian. Sedangkan Allah azza wa-Jalla  tidak membiarkan kekasihNya bersama dunia bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan kekasihNya merasa aman dengan dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang lainnya.

 

Justru Dialah  bersama mereka dan mereka bersamaNya. Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir. Sedangkan pada yang lainNya, ia menolak. Hanya kepadaNya ia menghadap, Dia senantiasa menjaga mereka, dan mereka meraih kebahagiaan.

 

Ya Allah, jadikan kami bersama mereka, dan lindungi kami sebagaimana Engkau lindungi mereka.

Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia dan berikanlah kami kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka

 

Wahai orang yang munafiq pada Allah azza wa-Jalla, Ingatlah bahwa Allah azza wa-Jalla adalah yang memperjelas kepada hambaNya yang dikehendakiNya, Dialah yang mengajak mereka, dan Dialah yang menyatukan hati hambaNya yang dikehendakiNya. Dan Dialah yang menundukkan hati hambaNya. Sedangkan anda hendak menyatukan hati makhluk dengan kemunafikan anda, pasti tidak akan berhasil!.

Anak-anak sekalian, tinggalkan syahwat kesenangan anda hingga di bawah telapak kakimu, berpalinglah darinya dengan segenap hatimu. Bila memang ada sesuatu yang membahagiakanmu berupa takdir Allah azza wa-Jalla, pasti akan tiba pada saatnya. Karena catatan takdirNya tidak bisa dihindari dan tidak berubah. Ia datang pada waktunya, dengan penuh keramahan, mencukupi dan sangat baik, dan Dia memberikannya dengan Tangan Kemuliaan bukan dengan tangan kehinaan.

 

Maka dengan begitu anda telah berhasil meraih pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla, Dia pun memandangmu dengan Mata Kemuliaan, karena anda tidak bersikap buruk padaNya dan tidak mendesak dalam pencariannya, sebagaimanan  anda lari dari bagian-bagian anda sendiri, maka justru  melekat pada anda dan berada di belakang anda.

Zuhud tidak akan benar bila anda tidak berpaling sebelum datangnya bagian-bagian yang ditentukan itu. Belajarlah kepadaku tentang zuhud dan berupayalah. Kalian jangan duduk saja di zawiyah kalian dengan kebodohan kalian. Belajarlah agama, baru ‘uzlah. Belajarlah mengenai hukum Allah azza wa-Jalaa, lalu mengamalkannya, baru ‘uzlah dari segalanya.

 

Kecuali para individu dari kalangan Ulama Billah azza wa-Jalla, maka, anda bergabung dengan mereka ini, anda menyimak pelajaran dari mereka, itu lebih baik dibanding anda ‘uzlah. Bila anda mengenal salah satu dari mereka, maka bergabunglah dengannya, belajar mengenal Allah azza wa-Jalaa dengannya, tekunlah dalam menyimak pelajarannya, melalui ucapannya.

 

Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh, yaitu para Ulama Billah azza wa-Jalla dengan aturan Allah dan ilmuNya. Bila anda benar-benar sudah faham, silakan anda ‘uzlah, karena para malaikat dan ruh orang-orang saleh dan hasrat mereka berada di sisi anda, bila anda ‘uzlah dengan syarat seperti itu. Jika tidak memenuhi syarat itu, maka ‘uzlah anda adalah munafik, dan anda telah menelantarkan waktu anda terhadap hal yang tak berguna, malah anda masuk neraka dunia dan neraka akhirat. Di dunia anda mendapat neraka bencana, dan di akhirat anda mencebur ke neraka yang disediakan untuk orang munafik dan orang kafir.

 

Ya Allah mohon maaf, ampunan, tutup akan dosa, dan ampunan serta taubat. Janganlah Engkau robek tutup kami dan jangan pula Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah, Ya Karim.

Engkau katakan:

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan dari keburukan-keburukan.” (Q.s. Asy-Syuro : 25)

Terimalah taubat kami dan maafkanlah kami. Amin.

Tapi anda ini celaka. Anda mengaku berilmu namun anda bergembira sebagaimana kegembiraan orang bodoh, dan anda marah seperti layaknya orang bodoh. Kegembiraan anda bertumpu pada dunia dan diterima oleh makhluk, yang membuatmu lupa akan hikmah dan membuat hatimu bertambah keras. Orang beriman itu tidak pernah gembira kecuali gembira pada Allah azza wa-Jalla, bukan gembira pada yang lain. Kalau toh harus bergembira, maka bergembiralah, jika dunia milik anda benar-benar membuat anda semakin terarah untuk kepentingan taat pada Allah azza wa-Jalla, dunia untuk berbakti kepada Allah azza wa-Jalla, mendukung seluruh kepatuhan anda kepadaNya. Tetaplah takut kepada Allah azza wa-Jalla, malam dan siang, hingga merasuk di hatimu dan rahasia batinmu. Sebagaimana firmanNya:

“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan Aku melihat.” (Q.s. Thaha, 46)

 

Sebagaimana hal itu difirmankan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun –- semoga sholawat salam bagi keduanya --  tentu anda bukan seperti mereka, karena anda berilmu tanpa mengamalkan, dan anda pun bukan pewaris, karena sang pewaris dibenarkan manakala berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Kenalilah posisimu dan jangan lebih jauh di luar batas bagianmu.

Berserasilah dengan Allah azza wa-Jalla dalam soal takdirNya kepadamu, yang telah memberikan taufik padamu, memberi Kasih Sayang padamu dan mengangkat bebanmu dan menyayangimu dunia dan akhirat.

 

Orang beriman itu bila kuat imannya disebut sebagai orang yang yaqin. Bila kuat yaqinnya, ia disebut sebagai sang ‘arif. Jika kuat kema’rifatannya disebut orang yang ‘alim, jika kuat ilmunya disebut dengan sang pecinta. Jika kuat kecintaannya disebut sang kekasih. Bila semua itu benar padamu, maka disebut sebagai yang cukup, yang dekat dan yang berbahagia dengan taqarrubnya kepada Allah azza wa-Jalla, dimana Allah azza wa-Jalla menampakkan rahasia hikmahNya, ilmuNya, takdirNya, relevansiNya, perkaraNya dan kekuasaanNya, dan semua itu menurut kadar keberhasilan hambaNya dan anugerahnya menurut kadar keleluasaan qalbunya. Lalu si hamba ini teguh bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, dengan sepenuh hatinya, hatinya jauh dari makhlukNya.

 

Apabila ilmu datang dari Tuhannya Azza wa-Jalla lebih dahulu, dan ia mendapatkan bagian dari konsumsi makanan, pakaian, minuman, sandang, dan isteri, maka ia tidak menemukan orang yang memberinya, lalu yang mempertemukannnya adalah Allah azza wa-Jalla agar ia berupaya, sehingga  ilmunya tidak batal dan terhapuskan, kemudian Allah azza wa-Jalla menciptakan makhluk lain, membangkitkannya,  agar apa yang ditegakkan sebelumnya tidak hancur, sehingga ia seperti menelan layaknya seorang bayi, sebagaimana seorang ibu menyuapi mulut bayinya dengah susunya, hingga mulut bayi itu mendapatkan bagian yang harus dimakannya. Hal yang sama seperti seorang dokter memberikan obat minuman kepada orang sakit, menjaganya, tanpa punya pilihan dari si sakit.

 

Jadi orang beriman yang yaqin, yang ‘arif dan yang fana’, dididik oleh Allah azza wa-Jalla melalui takdir yang mendahuluinya untuk menarik kebaikan-kebaikan pada dirinya dan menolak mafsadah yang datang padanya. Maka Tangan Rahmatlah yang membolak-balik mana untuk pihak “golongan kanan” dan mana untuk “golongan kiri”, bahkan kelembutanlah yang mengangkat dan meghapuskan keburukannya.

Wahai orang yang bangkrut, siapa yang tidak mengenal Allah azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan tali RahmatNya, hai siapa yang tidak melakukan amaliah padaNya, tidak memutuskan diri dengan hatinya bagiNya, tidak menggantungkan rahasia batinnya padaNya, tidak berpegang teguh dengan kasih sayangNya dan anugerahNya, sungguh bangkrut anda!

 

Hai kaum Sufi, hati para Shiddiqun (auliya’) itu dididik oleh Allah azza wa-Jalla sejak balita hingga tuanya, manakala Allah mengujinya dengan suatu cobaan, dan Allah melihat kesabarannya, maka ia akan semakin bertambah dekatnya padaNya. Cobaaan-cobaan itu bukan untuk memaksa mereka dan bukan untuk menimpa mereka, bagaimana bisa bersentuhan jika cobaan itu terus berlalu, sedangkan hati mereka berada di sayap-sayap burung dan burung itu terbang.

Wahai orang yang rugi, siapa pun yang menyakiti hati mereka, sungguh merugi, hai orang yang mendapatkan amarah Tuhannya Azza wa-Jalla. Hai orang yang tertutup hatinya, hai orang yang dimarahi Allah Azza wa-Jalla!

Anak-anak sekalian, jadilah kalian anak-anak kaum Sufi, dan ridha’lah pada mereka, berbaktilah di hadapannya. Jika anda bisa demikian, maka justru anda jadi tuan. Karena siapa yang tawadhu kepada Allah azza wa-Jalla dan orang-orang shaleh, justru Allah azza wa-Jalla mengangkat derajatnya di dunia dan di akhirat. Bila anda membantu dan berbakti pada kaum Sufi, Allah azza wa-jalla mengangkat anda di hadapan mereka dan anda menjadi pemukanya. Nah, bayangkan, seandainya anda berbakti pada kalangan khusus mereka?

 

Ya Allah berikanlah kami limpahan anugerah kebajikan-kebajikan pada tangan kami, dan pakaikan pada kami pakaian kalangan orang yang mendapatkan kasih dan pertolonganMu.

Amin.

 

KITAB FATHUR WACANA 53 : COBAAN DAN UJIAN ALLAH ADALAH UNTUK KEKASIHNYA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada hari Selasa, 17 Ramadhan, tahun 545 H. di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Ada keharusan ujian dan cobaan, terutama bagi mereka yang mengklaim dan mengaku-aku. Tanpa adanya cobaan dan ujian, banyak orang mengaku jadi wali. Oleh sebab itu, salah satu Sufi mengatakan, “Ujian diberikan dalam kewalian, agar tidak diaku-aku (kewalian itu)”.

 

Diantara tanda kewalian adalah kesabarannya menghadapi derita dari makhluk, dan memaafkan mereka. Para wali itu bahkan membutakan diri dari apa yang dipandang publik, dan menulikan diri dari apa yang terdengar dari hiruk pikuk mereka. Mereka telah menyerahkan harga dirinya pada publik.

Rasulullah Saw, bersabda: “Cintamu pada sesuatu telah membutakan dan menulikanmu”.

Para wali itu mencintai Allah Azza wa-Jalla, lalu mereka buta dan tuli dari selainNya.  Mereka berjumpa dengan orang lain melalui ucapan yang bagus, kasih sayang dan peduli. Namun kadang mereka marah karena kecemburuan Allah Azza wa-Jalla pada mereka, kemarahan sebagai manifestasi keserasian dengan kemarahanNya.

 

Mereka adalah para dokter, bahwa setiap penyakit itu ada obatnya. Seorang dokter tidak mengobati setiap pasien dengan satu obat. Mereka ini mengobati menurut penyakit hati masing-masing dan kondisi batin mereka di hadapan Al-Haq Azza wa-Jalla, seperti Ashabul Kahfi, dimana Jibril as, membalik situasi hati mereka. Dan para  kekasih pun merupakan tangan Kuasa, Rahmat dan Kasih Sayang.

Tangan cinta telah membalik hati mereka dan mentransformasi dari kondisi batin ruhani menuju kondisi ruhani yang lain. Dunia mereka, justru mereka bagi untuk orang yang butuh dunia, akhirat mereka diberikan kepada yang butuh akhirat, karena mereka hanya  bagi Allah Azza wa-Jalla. Mereka tidak sama semakin pelit jika dunianya diminta, bahkan kalau pahala akhiratnya diminta pun diberikan semuanya. Mereka berikan dunianya bagi para fakir miskin, dan pahala akhiratnya diberikan pada mereka yang menginginkan akhirat. Yang berupa makhluk diberikan pada makhluk pula, dan Sang Khaliq hanya bagi diri mereka. Mereka serahkan semua yang kulit, karena selain Allah Azza wa-Jalla hanyalah kulit belaka. MencariNya dan dekat padaNya, itulah isi.

Sebagian mereka –semoga rahmat Allah Azza wa-Jalla melimpah pada mereka– mengatakan, “Tak ada yang tersenyum dalam menghadapi orang fasik, kecuali orang yang ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla.” Memang dia memerintah dan melarangnya dan menanggung beban deritanya, dan tak ada yang mampu kecuali orang yang Arif Billah Azza wa-Jalla.

Sedangkan ahli zuhud dan ahli ibadah serta para penempuh tidak akan mampu. Bagaimana para arifun tidak menyayangi ahli maksiat? Sedangkan mereka inilah tempatnya rahmat, tempatnya taubat dan pengakuan dosa. Orang arif itu diciptakan Allah Azza wa-Jalla dari Akhlaq Allah Azza wa-Jalla, ia akan berusaha keras dalam membersihkan dosa ahli maksiat dari kekuasaan syetan dan hawa nafsu.

Bila salah satu kalian anaknya ada yang ditahan oleh orang kafir, bukankah kalian berusaha keras membebaskannya? Begitu pula sang arif.  Semua manusia seperti anak sendiri. Ia menasehati makhluk  dengan ucapan hikmah, lalu mengasihi mereka, karena pengetahuan mereka, sehingga mereka melihat tindakan-tindakan Allah Azza wa-Jalla pada makhluk-makhluk itu, dengan memandang adanya ketentuan dan takdir yang keluar dariNya dari pintu hukum dan pengetahuan. Namun ia merahasiakannya, lalu ia menasehati manusia dengan hokum yang merupakan perintah dan larangan, namun tidak menasehati dengan pengetahuan rahasianya.

Allah Azza wa-Jalla mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, memperingatkan, memotivasi semata karena membangun argumentasi terhadap makhluk dan mengajari mereka. Janganlah anda menentangnya, karena didalamnya ada pemberhentian.  Di dalamnya ada ketetapan ilmu, yang butuh ketetapan aturan yang berintegrasi dengan dirimu dan yang lain. Dan kamu pun butuh pengetahuan khusus untukmu saja.

Bila salah satu dari kalian  mengamalkan ilmu lahiriyah, Rasulullah Saw, menyuapimu dengan ilmu batin, menyuapi hukum batin sebagaimana burung menyuapi anak-anaknya. Itu dilakukan semata agar dibenarkan dan diamalkan melalui ucapannya yang bersifat lahiriyah, berupa syariatnya.

Manusia,  bila benar, maka tidak ada kebenaran yang sebanding. Jika bersih tak ada bersih yang sebanding dengannya. Jika dekat kepadaNya tak ada yang sebanding dengan dekatnya.

Manusia bodoh, memandang dengan mata kepalanya. Sedang manusia cerdas memandang dengan mata akal sehatnya. Sang arif memandang dengan mata hatinya penuh dengan mutiara pengetahuan, maka demi menegakkan makhluk dengan  total yang membuatnya sirna dari semua makhluk, kecuali hanya ada Allah Azza wa-Jalla. Maka disinilah Allah Swt berfirman:

“Dialah Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzahir dan Maha Batin.”

Ia konsentrasikan dirinya, dhahirnya, batinnya, awalnya dan akhirnya, rupa dan maknanya, hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, dan karena itu abadilah cintanya padaNya, dunia hingga akhirat berserasi denganNya dalam seluruh tingkah laku jiwanya.

Ia lebih memilih ridhoNya, dan ia tak mau yang lain nya, sama sekali tidak tercederai oleh cacian para pencaci, sebagaimana sebagian mereka mengatakan, “Berserasilah dengan Allah Azza wa-Jalla dalam bergaul dengan makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk dalam berhubungan dengan Allah Azza wa-Jalla.”

Runtuhlah orang yang runtuh dan terdesaklah orang yang terdesak. Syetanmu, hawa nafsumu, watakmu dan teman-teman burukmu, sesungguhnya adalah musuh-musuhmu. Waspadalah agar kalian tidak terjerumus dalam kehancuran. Belajarlah sampai kalian tahu bagaimana menghadapi musuh-musuhmu itu, lalu kalian waspada, lantas kamu mengerti bagaimana kamu beribadah kepada Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sedangkan orang bodoh, tidak akan  diterima ibadahnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw, “

“Siapa yang beribadah kepada Allah dengan cara  yang bodoh, maka ibadahnya akan lebih banyak merusaknya dibanding memperbaiki dirinya.”

Orang yang bodoh sama sekali ibadahnya tidak baik, bahkan malah menjurus pada kerusakan dan kegelapan total. Sedangkan ilmu itu pun tidak akan berguna melainkan jika diamalkan. Amal tidak ada gunanya kecuali dengan ikhlas. Setiap amal tanpa keikhlasan pelakunya, tidak akan berguna dan tidak diterima. Namun bila anda mengetahui tetapi tidak mengamalkan, justru ilmu anda akan menuntut anda nantinya. Dalam sabda Nabi Saw:

“Orang yang bodoh hanya disiksa sekali, tetapi orang alim disiksa tujuh kali.”

Karena orang bodoh tidak mau belajar, sedangkan orang pandai mau belajar tapi tidak mengamalkan ilmunya. Belajarlah, dan amalkan, lalu ajarkan. Karena semua itu adalah padual total dari kebajikan. Bila anda belajar, lalu mengamalkan, kemudian mengajarkan, anda mendapatkan dua pahala. Pahala ilmu dan pahala belajar. Dunia ini gelap, sedangkan ilmu adalah cahayanya. Siapa yang tidak berilmu akan tertutup di dunia ini, dan kerusakannya lebih banyak dibanding kebaikannya.

Wahai orang yang mengaku berilmu, janganlah anda meraihnya dengan tangan nafsumu, watakmu, syetanmu, wujudmu, jangan kau ambil dengan tangan riya’mu dan kemunafikanmu. Secara lahir anda tampak zuhud, tapi batinmu kosong. Itulah zahid yang batil. Anda menyiksa diri di hadapan Allah Azza wa-Jalla, Dia Maha Tahu apa yang ada dalam dirimu ketika engkau sendiri, ketika engkau bersama publik, ketika engkau dengan hatimu. Di hadapanNya, tak ada sunyi, terang-terangan atau tirai. Katakan, “Duh, betapa malunya, betapa susahnya, betapa terhinanya, bagaimana Allah Azza wa-Jalla melihat seluruh perbutanku  malam dan siang. Dia melihat tapi aku tidak malu dari pandanganNya.”

Taubatlah padaNya atas luka dosamu, berdekatlah padaNya dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi laranganNya. Tinggalkan dosa-dosa lahir dan batin, berbuat baiklah yang nyata, karena itulah yang bisa mengantarmu ke pintuNya, mendekat padaNya, dan Dia mencintaimu, membuat dirimu cinta pada sesama, rasa cinta padaNya yang kemudian menimbulkan transformasi cinta kepada sesama makhluk.

Bila Allah Azza wa-Jalla dan semua malaikatNya mencintaimu, seluruh makhluk akan mencintaimu, kecuali orang-orang kafir dan munafik, karena mereka ini tidak akan berserasi dengan cintamu kepada Allah Azza wa-Jalla

Setiap orang yang dihatinya ada iman, pasti mencintai sesama orang beriman. Sedangkan orang yang didalam hatinya ada kemunafikan pasti  membenci orang beriman. Karena itu tidak perlu dipikir, kalau orang kafir, orang munafik, syetan dan Iblis, mereka itu adalah syetan-syetan berkepala manusia.

Orang beriman yang yaqin dan arif, hati dan batinnya  serta hakikatnya lepas dari makhluk, sampai pada situasi dimana makhluk itu memang tidak memiliki kekuatan yang membahayakan dan kekuatan memberi manfaat, karena jiwanya bersimpuh di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sama sekali dirinya tidak memiliki daya dan upaya.

Bila kondisi ruhaninya benar dari hal demikian, khabar akan tiba dari berbagai sisi yang sama sekali tidak dicampuri oleh bentuk klaim pengakuan, klaim takhally dan harapan kosong, bahkan ia buta dari sebab akibat, sampai engkau tidak lagi mendatangi pintu-pintu sesama (untuk minta tolong). Engkau tak menghiraukan, sampai hatimu, akalmu dan wajahmu berbalik dari makhluk menuju Khaliq. Sehingga wajahmu bertemu dan berhadapan dengan makhluk, sedangkan hatimu menghadap Al-Khaliq. Sampai hatimu menjadi hati seperti hatinya para Malaikat dan para Nabi, hatimu minum dari hati mereka, makan dari hati mereka (Malaikat dan para Nabi). Semua itu berkaitan dengan hati dan rahasia hati serta hakikat, bukan berkaitan dengan rupa.

Ya Allah baguskan hati kami, pakaikan pada rahasia jiwa kami, jernihkan akal kami, yang terjadi antara diri kami dan DiriMu dibalik akal makhluk dan akal kami.

Wahai orang-orang hadir, wahai orang-orang yang  tidak hadir, kelak di hari kiamat kalian akan tahu apa yang datang dariku ada sesuatu yang menakjubkan, karena aku memberi penjelasan yang ada dalam diri kaum munafik, lalu bagaimana dengan hak kewajiban kaum beriman.

Ya Allah, cukupkan diriku dari semuanya, dan cukupkan diriku hanya padaMu jauhkan dari selain DiriMu. Berikan kecukupan pada pengajar dari memikirkan anak-anak dan keluarganya di rumah, agar rumahnya menjadi rumah  hidangan pendidikan. Ya Allah Engkau Tahu ucapan ini sesungguhnya telah mengalahkan diriku, maka maafkanlah aku. Sudah cukup dan berhasil bagiku dariMu, berkaitan dengan soal upah anak-anak, para pengikut, para penempuh jalan. Dan aku memohonMu agar semua itu dimudahkan dengan hati yang indah dan batin yang bening.

Wahai kaumku…Kalian menyangka kalau aku mengambil keuntungan darimu. Sungguh sama sekali tidak. Aku mengambil keuntungan hanya dari Allah Azza wa-Jalla, bukan darimu, bahkan dari Allah Azza wa-Jalla mengalir pada kalian karena kebersamaanku dengan kalian, sepanjang aku mengenal kalian. Ketika aku keluar dari kalian, aku memperlihatkan pada kalian, bahwa aku sedang membantah orang-orang munafik, dan menjadi pengetahuan bagi orang-orang arif.

Aku tidak menyerang orang-orang munafik kecuali dengan sikap tegas dan berani. Bukan dengan pedang tajamku pada kalian. Aku juga tidak butuh makanan dari kalian. Karena aku meraihnya dari selain kalian (Allah Azza wa-Jalla). Aku ada tugas, setelah kalian keluar dari berguru padaku, dimana aku menjadi pemukanya. Tidakkah kalian tahu wahai orang-orang yang melihat dengan mata hati, bahwa lengan bajuku tersingsing, dan perutku terikat ketat?

Ada yang bertanya,  bila utusan Allah Azza wa-Jalla, Jibril Alaihis salaam untuk para NabiNya. Lalu siapakah  utusanNya untuk para wali-waliNya? Dijawab, “Jibrillah utusanNya pada mereka tanpa perantara, melalui rahmatNya, kasih sayangNya, ilhamNya, pandanganNya kepada hati mereka, pada batin mereka, kelembutanNya pada mereka. Karena mereka memandangNya baik dalam sadar maupun tidur melalui matahati mereka, dan kebeningan rahasia batin mereka serta abadinya kesadaran mereka.

Wahai kaumku…! Sesungguhnya yang membuatmu putus dari ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla dan mengenal para waliNya, semata karena kesenanganmu pada dunia, ambisimu pada dunia, kecintaanmu pada berlomba menumpuk kekayaan. Ingatlah kalian pada akhirat, tinggalkan dunia, dengan kemurahan yang bagus, penuh kebajikan dan kedermawanan yang muncul dari sifat-sifatmu. Ya Allah, kami hanyalah hambamu yang kecil, berikanlah kami keberkahan keduanya. Amin.

KITAB FATUR WACANA 52 : JANGAN MEMANDANG MAKHLUK DENGAN PANDANGAN KEABDIAN

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jumaat pagi , 3 Ramadhan tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Wahai manusia lekaslah menuju Allah, lari kepadanya dari cengkeraman makhluk, dunia dan selain-Nya, jalanlah ke sana dengan kejernihan hati. Kamu dengan firman Allah :

“Ingatlah, segala urusan akan kembali kepada Allah.” (Qs.XLII :53).

Wahai sahaya, janganlah memandang ciptaan dengan mata tak terpejam, tetapi lihatlah dengan mata fana’, janganlah pandang mereka dengan mata madlarat atau manfaat, tapi pandanglah dengan mata rendah atau lemah. Esakanlah Allah serta tawakkal. Wahai manusia jika suaraku belum menembus keadaanmu, maka dengarlah dengan penuh kepercayaan serta membenarkannya, suaraku lurus mengarah hati maka dengarkan dengan hati dan sirrimu; niscaya terbebaskan lahir dan batinmu, bahkan hawa nafsumu terporak dan memadamkan api syahwatmu. Yang terbunuh atasmu adalah syahwat yang amat suka dunia, di lain pihak membenci fakir atau kejahatanmu.

Ada Ulama berkata : “Bahwa hakikat taqwa adalah, seandainya kamu kumpulkan sesuatu yang ada di hati, tetapi kamu tetap meninggalkannya dalam nampan terbuka. Tidak tenggelam di pasar tidak ada sesuatu yang ada di sana lebih kamu malui daripada-Nya.

Wahai si tolol, apa yang mampu mencukupi dirimu, sungguh kamu bukan tipe orang takwa, sampai jika dikatakan kepadamu : bertakwalah, tiba-tiba kamu marah. Jika dikatakan : Allah itu Maha Mendengar dan Mahamenyatukan orang, tiba-tiba kamu ingkar, tapi jika ada orang mengingkarimu, kamu marah dan menjatuhkan kemarahan untuknya.

Dari Amiril Mukminin Umar r.a., berkata : “Barangsiapa bertakwa, tidak kembali marahnya.”

Allah berfirman :

“Adalah Aku mencintaimu ketika kamu mencintai-Ku, maka jika kamu bermaksiat tentu murka-Ku untukmu.”

Sesungguhnya Allah mencintaimu, Dia tidak berhajat kepadamu, justru rakhmat-Nya melimpah atasmu, itu menujukkan bahwa Dia masih menykaimu, bukan kamu yang menyukai-Nya. Sebenarnya Dia amat menyukai ketaatanmu, di samping kemanfaatannya juga kembali kepadamu sendiri. Kamu disibukkan mengenang dan menghadap siapa yang kamu cinta dan berpaling dari orang yang mencintai-Nya. Yang disebut orang beriman itu jika lupa segala sesuatu dan mengenang Tuhan, dari sana ia berhasil menarik kedekatan dan hidup bersama-Nya, tidak bisa tidak bersihlah tawakalnya. Ia mendapat kecukupan himmah dunia akhirat, apabila tawakal orang beriman telah bersih dan tauhidnya juga jernih, apa yang diamalkan selalu berdasar Allah seperti pengalaman Ibrahim a.s., ia diberi makna dan tingkahnya jadi bukan predikat yang diberikan, ia diberi makan dari makanan pilihan-Nya, ia diminumi dengan minuman pilihan-Nya dan ditempatkan di halaman istananya, karena ia diberi pandangan maqam, maka ketika itu bersihlah keikutannya dari Dia yang tercermin dari sudut makna bukan dari sudut ilusi.

Wahai Allah, jadikanlah kami termsuk orang yang bisa melihatmu di dunia dengan mata hati dan di akhirat dengan mata kepala. Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan kehdiupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 51 : DUNIA BERDASARKAN HIKMAH , AKHIRAT BERDASARKAN QUDRAT

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada hari Selasa, 15 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Dunia seluruhnya adalah hikmah, amalan akhirat semuanya adalah kemampuan, ia dibangun di atas hikmah, begitulah bangunan di atas kekuasaan, maka jangan tinggalkan amal untuk negeri hukum (akhirat) dan jangan kau anggap sepeele kekuasaan-Nya di negeri itu, beramallah untuk negeri hukum dengan menggunakan hukum-Nya, janganlah merasa berat terhadap ketentuann-Nya, jangan menjadikan ketentuan itu sebagai alasan untuk memperingan diri, karena ia justru membutuhkan-Nya.

Orang beriman jangan menggenggam dunia, tapi ambillah dari bagiannya yang diberikan dan menetapkan hati bersama Tuhan. Berhentilah di sana sampai cahaya dunia tersingkir; memanggil hati untuk memasukinya, pertalian sirri menghasilkan sirr tertuju hati, dan hati menuju jiwa yang tenang dan organ-organ tubuh  yang tunduk. Ketika hla itu terjadi ternyata memperkaya keluarga dan menerapkan antara dirinya dengan keluarga cukup memuaskan, bahkan mereka mematuhi-Nya – maka teraturlah antara hati dan keluarga. Sekarang ia pribadi tetap bersama Allah seakan makhluk tidak dicipta untuk bersandar kepadanya, seakan tiada makhluk lain untuk Tuhan selain ia sendiri – bersama Allah Dzat Mahaberbuat – dan ia terkenai perbuatan-Nya. Tetaplah yang dicari sedang ia pencarinya, tetaplah sumbernya dan ia cabangnya, ia tidak melihat yang lain selain Dia, ia terlipat dari ciptaan :

“Sesudah itu apabila dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.” (Qs.LXXX:22).

Wahai Tuhanku, sesungguhnya daku oarng bisu, maka bicarailah aku, jadikan bicaraku berguna bagi manusia, sempurnakan mereka denan baik; melalui usahaku, jika tidak kembalikan daku pada kebisuan semula.

Wahai manusia, sesungguhnya aku mengajakmu menuju kematian yang merah; yaitu menentang nafsu, hawa, tabiat, setan dan merdeka dari ikatan ciptaan, tinggalkan semua itu selan Al-Haq, bermujahadahlah dalam keberadaan ini, janganlah putus asa. Allah berfirman :

Setiap masa Dia dalam berkehendak.” (Qs. LV : 29).

Di penghujung zaman ini banyak terjadi perubahan meliputi pergeseran pribadi, itulah zaman fatrah (seggang),  zaman kaum munafiq tumbuh menjamur bersama kemunafikannya. Wahai munafiq rupanya kau penghamba dunia, hanya ciptaanlah yang kau lihat, justru kau beramal untuk mereka tetapi mengesampingkan pandangan kepada Allah, tampka kau beramal untuk akhirat, padahal segala amalmu tertuju untuk dunia.

Sabda Nabi Muhammad saw. :

“Apabila orang berhias diri dengan amal akhirat, sedang ia tidak menghendakinya dan tidak pula mencarinya, sungguh terlaknat oleh penduduk langit melalui nama dan nasabnya.”

Sesungguhnya aku memahamimu, wahai munafiq – dari jalur hukum dan amal – hanya aku sengaja menutumu dengan tabir Allah. Celaka, apa kamu tidak malu dengan organ tubuhmu yang tidak pernah bersih dari maksiat dan najis lahir. Kamu mendewakan orang suci, batu, kesucian hati, namun bagaimana bentuk kebersihanmu, bagaimana sirrmu, di hadapan manusia kamu tidak pernah beradab; malah mengaku beradab di hadapan Allah. Bagi pengajar betapa rela atas tingkahmu sedang kamu tidak sudi menaruh kesopanan di hadapan-Nya apalagi sampai menerima perintah-Nya, kamu duduk di kantor dan kembali lagi, tiada kata berarti hingga tauhidmu tegak dan tegar di hadapan Allah.

Wahai sahaya, menerima ketentuan Allah itu lebih bagus daripada memperoleh dunia disertai nazi’ah (pencabutan)nya, kemanisannya lebih manis jika berada dalam hati orang benar. Barang siapa memperoleh syahwat dan kelezatan ini, bagi mereka itu lebih manis daripada dunia seisinya, karena ia pembagus kehidupan, dalam jumlah besar meliputi kondisi menurut perbedaan janisnya.

Bicaralah kepada manusia secara ilmiah disertai amal, ikhlas dan jangan bciara kepada mereka dengan ungkapan ilmiah anpa disertai pembuktian amal, karena hal itu tidak membawa hasil bagimu juga orang yang menerima bicaramu.

Nabi bersabda :

“Kelembutan ilmu itu dengan cara pegamalan jika diterimanya, dan jika tidak maka ia beralih darinya.”

Yakni beralih barakahnya, yang masih hanya hujjahnya saja. Bila kamu jadi ilmuwan yang suka berfitnah dengan ilmu yang kamu kantongi, niscaya batangnya tetap ada sedang buahnya lenyap darimu.

Perintah Allah agar melimpahkan rizki, bertempat di hadapan-Nya, Apabila Dia berkenan melimpahkan rizki pintalah bagaimana cara penyembunyiannya  -- kalau pun kamu tidak suka penampakan sesuatu dari-Nya – jika kamu suka suka penampakkan apa yang ada di antaramu dan Dia, itu menjadi pertanda akan kehancuranmu.

Peliharalah diri dari rasa ujub meliputi segala gerak, dan tunduk karena hal itu sebagai satu tindakan yang melampau batas dan oangnya amat dibenci; menurut pandangan Allah. Peliharalah kecintaan bicara kepada manusia dan menggantungi mereka, karena yang demikian membawa mudlarat bagimu; tidak bermanfaat, jangan bicara satu kalimat pun sampai urusanmu termuat dan menyampaikanmu – dari jalur hati, suatu urusan wajib dari Allah. Apa perlunya kamu mengajak manusia pergi ke rumahmu kalaupun mereka tidak kamu suguh. Nah, inilah suatu permasalahan yang membutuhkan asas; baru kemudian bangunan bisa berdiri.

Galilah nuranimu sampai memancarkan sinar hikmah, kemudian bangunlah dengan ikhlas, mujahadah dan amalan-amalan baik, sampai mercusuarmu menjuang tingi, lalu serulah manusia menujunya. Wahai Allah perhiduplah kerangka amalku dengan pancaran ikhlas. Bermanfaatkah kesendirianmu dengan ciptaan sedang di hatimu terdapat ciptaan itu. Tidak, sekali-kali tidak bahkan tak ada mulia bagimu atau kesendirianmu. Bila kamu menyendiri tapi ciptaan tetap tegar dalam hati, berarti kamu berdiam sendiri tanpa hias berjinak bersama Allah, bahkan yang menguntitmu adalah nafsu, setan dan hawa. Namun jika hatimu berjinak bersama Allah keluarga. Jika di hatimu tetap terisi kejinakan bersama Dia hancurlah dinding-dinding keangkuhan dan sorot pandang yang mengarah kepada kebenaran, maka tinggal kamu melihat keutamaan dan perbuatan-Nya. Dari sini kamu mantap rela kepada-Nya bukan yang lain. Barangsiapa setiap keberadaannya bersama ketentuan syara’ tanpa ada rasa tamani; apa yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, atau kelenyapan dan ketetapannya, maka sungguh ia menghasilkan  persyaratan rela, bersesuaian dan penghambaan.

Kendati iman dan i’tikadmu baik sesungguhnya Dia tetap melihatmu, dekat denganmu dan mengawasimu; kenapa tidak malu kepada-Nya. Sungguh aku berkata benar, aku tidak takut kamu, aku tidak berharap kamu. Bagiku kamu dan seluruh penduduk bumi hanya seperti kepinding dan semut, kaerna aku tahu mudlarat dan manfaat datang dari Allah, bukan dari kamu. Kekuasaan dan penguasa bagiku sama seperti yang aku conthkan, ingkari dirimu dan yang lain dengan ketentuan syara’ bukan dengan hawa nafsu atau tabiat. Betapa tenang syariat darinya, maka ikutilah dalam ketenangannya, betapa ia bicara dengannya, maka ikutilah dalam pembicaraannya.

Camkanlah, dunia boleh kamu genggam, boleh kamu kantongi, jika suatu sebab boleh kamu simpan asal disertai niat baik, tapi jika sampai di hati setoplah, berhentinya apda pintu silahkan, tapi jika ingin masuk dari pintu belakang jangan. Sebab hal itu tidak membawa kemuliaan bagimu. Bila seseoarng sepi dari permasalahan ini atau ciptaan lain, seakan dirinya sepi lagi tehapus dari padangan dunia itu, kala bencana datang batinnya tetap tegar tidak bergetar, bahkan kalau ketentuan Allah datang ia segera melaksanakannya, ketika larangan yang datang ia segera menahannya. Janganlah bertamanni sesuatu atau loba atsnya, kehendak aka keberadaan yang sempat masuk diterima hati bisa membakhilkan padangan.

Di mana kalian, wahai penghianat ilmu dan amal, wahai musuh Allah dan Rasull-Nya, wahai pemutus penghambaan kepada Allah; sungguh kalian dalam kepekatan yang jelas munafiq, sedemikiankah sifat munafiqmu, sampai kapan sandiwara ini akan berakhir. Wahai Ulama, wahai zuhud, rupanya kalian senjata bagi pemunafiq dan para penguasa, sampai kalian tak malu-malu lagi mencomot barang-barang mereka yang tak laku di dunia meliputi syahwat dan keenakannya. Kalian dan sebagian penguasa di zaman ini sebagai tipe-tipe manusia penganiaya, penghianat atas kekayaan Allah yang diperuntukkan buat hambanya.

Wahai Allah, belahkanlah pengaduan orang-orang munafiq, rendahkanlah atau Engkau mengampuni mereka, hinakan laku aniaya mereka dan hapuskan bumi ini dari mereka atau mereka Engkau perbaiki, Aamiin...

KITAB FATUR RABBANI WACANA 50 : BEBASKANLAH DIRI MU DARI KESUSAHAN DUNIA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi, 13 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya.

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Perbanyaklah kebaikan dan pembiakan dirimu, tinggalkan ucapan “Qaala wa qilla” (Katanya... jarene); dan kepongahan dunia, lepaskan cinta dunia itu semaksimal mungkin. Sabda Nabi :

“Lepaskan dirimu dari rasa kecintaan dunia, menurut kemampuanmu.”

Wahai pendungu karena dunia, seandainya akamu menyadari apa yang kau cari?!, Jika kamu mendatangi, apakah juga mengikuti, dan jika ia berpaling darimu kamu meratapi? Seandainya kamu mengenal Allah tentu mengenal pula seelain Dia, tetapi rupanya kamu tentang rahasia Allah, Rasul, para Nabi dan wali-Nya.

Bagaimana kamu berpertuah dengan pola yang telah membudaya oleh para pendahulumu; hanya tentang dunia semata. Carilah kehabisannya, tinggalkan bsuananya serta menjauh, tinggalkan bsuana nafsu dan sirr menuju pintu Allah. Jika kamu ingin menemani orang shalih dunia akhirat, maka ikutilah kata, tindakan dan kehendaknya. Kuliaht kamu telah membelakangi kata ini, bahkan giat menentang, mencabut tabiat yang sejalan dengannya. Mereka menyerumu, lakukan ini, tapi kamu tidak mematuhi mereka seakan mereka para hamba dan kamu sesembahan. Betapa besar perkara yang dipikulnya, seandainya tak dipikul tentu kamu bisa melihat secara jelas apa yag ada padamu. Jika kamu ingin beruntung maka tenanglah di hadapan-Nya, meliputi penenangan lahir batin. Lakukan apa yang diperintahkan atau yang didlarang, tenangkan lahir batinmu dari bicara yang bukan-bukan di hadapan-Nya tentu kau bisa melihat kebaikan dunia akhirat.

Kamu jangan pinta sesuatu dari ciptaan karena mereka sendiri juga lemah, tidak punya apa-apa, tidak mampu mengendalikan jiwa sendiri, apalagi yang lain, tidak madlarat atau bermanfaat. Bersabarlah bersama Allah, jangan tergessa-gesa bahil, jangan bercita dengan dunia. Dia adalah pelindung sejati, peliharalah persesuaian dengan Allah karena Dia amat mengetahui rahasia dirimu. Padahal tidaklah setiap apa yang dkandung dunia membawa kebaikan bagimu atau bisa menunjukkan kepada-Nya. Firman-Nya :

”Dan boleh jadi kamu kurang menyukai sesuatu sedang dia berguna bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedang dia merusakmu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Qs. 2:216).

Barangsiapa ingin menempuh jalan Allah hendaklah mengolah nafsu terlebih dulu, nafsu itu seburuk-buruk perilaku karena ia cenderung meyuruh perihal buruk. Iblis, seorang yang punya hobi membujuk nafsu tidak punya daya kepada Allah di hadapan orang beriman yang benar (shiddiqiin), baik penyatruan atau perlawanannya, lalu bagaimana akibatnya. Jangan kamu kira ia akan masuk surga atau Adam dikeluarkan dari surga atas kekuatannya, bukan, sungguh bukan, tetapi Adam keluar dari surga tas perintah Allah.

Wahai orang yang pendek akal, janganlah lari dari pintu Allah hanya karena cobaan yang ditimpakanmu. Karena Dia amat tahu kegunaan coba itu; tiada lain membawa faedah dan hikmah. Ketika kau mendapat coba berteguhlah, ratapi dosamu dan pebanyak membaca istighfar, pintalah kesabaran serta keteguhan dari-Nya, jika kamu ingin beruntung jalinlah hubungan dengan guru yang alim berdasar hukum Allah dan ilmu-Nya agar mengajarimu dan mengajari sopan, dan mengenalkan dirimu pada jalan Allah.

Wahai pelancong dunia, janganlah menceraikan kafilah penuntun dan teman jalan, jika tidak tentu harta dan nyawamu segera lepas darimu. Wahai pelancong ke jalan akhirat, jadilah secra kekal bersama penentuan sampai mencapai tujuan. Layanilah ia dalam perjalanan itu, perindah adabmu bersamanya, jangan menjauh dari pendapatnya tentu ia mempelajari dan merekatkan dirimu dengan Allah, pegangilah kiri, kanan dan belakangmu, carilah jalan orang-orang yang mempunyai malu agar kamu tahu tapi jangan kamu lalui dengan kemuliaan yang benar, karena itu harus diterapkan pada jalan Allah.

Wahai sahaya, mereka itulah orang-orang yang mempergauli mereka di dunia, bsok tentu kau tidak akan melihat mereka terputus darimu. Bagaimana tidak terputus antara dirimu dan teman yang buruk; yaitu orang-orang yang kau pergauli bukan karena Allah. Jika kamu amat terpaksa bergaul denngan manusia, maka bergaullah bersama orang-orang wara’, ahlu zuhud, arifin, ahli beramal yang sama menempuh jalan Allah. Perindahlah kesopananmu di hadaan guru, perbanyaklah berdiam daripada angkat bicara, karena hal itu sebagai penjembat sang guru dan mendekatkan dirimu ke hatinya. Adab yangbagus itu mendekatkan dirimu dengan guru dan adab yang buruk itu menjauhkan dirimu. Bagaimana kamu beradab sedang dirimu tidak suka berlatih adab? Bagaimana kamu belajar sedang kau tidak suka ilmu, tidak berbaik sangka dalam hal itu?

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 49 : MEMBERI KEPADA ORANG YANG MEMINTA

(Percikan Cahaya Ilahi)

 

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Jumaat , 11 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murahnya .

 

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Diceritakan, bersumber dari Abdullah bin Al-Mubarrak r.a. bahwa suatu hari ia kedatangan seorang peminta, ketika itu ia tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya 10 biji telur, kendatipun ia menyuruh pembantunya agar memberikan 10 butir telur itu kepada peminta. Tetapi si pembantu hanya memberikan 9 butir telur saja dan menyembunyikan yang satu. Menjelang mentari menuju tempat peraduannya, seseorang berkunjung kepada Abdullah, seraya mengetuk pintu. Kata pendatang itu : “Terimalah bakul ini”. Maka Abdullah pun menerima bakul itu dan meneliti isinya, ternyata di sana menjumpai telur-telur yang tempo hari diberikan kepada pengemis, kini dikembalikan lagi, bahkan berjumlah 90 biji telur. Kata Abdullah kepada si pembantu : “mana telur yang lain?, berapa yang kamu berikan kepada peminta?” Jawab si pembantu : “yang  kuberikan hanya 9 biji dan kuselisihkan satu, karena pecah.” Kata Abdullah : “berarti yang sepuluh lagi terrlepas dariku.”

Nah, demikian muammalah mereka kepada Tuhan. Mereka sama beriman dan bersedekah menurut perintah yang tercantum dalam Kitab Allah dan Sunnah Nabi. Mereka tidak menentang Al Qur’an baik dalam gerak atau ketenangannya, mreka mencomot ajaran dari kedua konsepsi itu lalu mengeluarkan menurut isinya. Karena itu beramallah untuk Allah, biasakanlah, tentu kamu beruntung.

Wahai sahaya, lepaskan situasi kebingungan yang mencengkeram dirimu dan ikutilah ulama’, kamu jangan mencari penyambung yang mempertaut dengan Allah melalui pengakuan dusta. Bersabarlah akan uji seperti mereka bersabar bersama-Nya sampai menghasilkan pertalian sejati. Seandainya tidak ada uji, tentu seluruh manusia beribadah dan zuhud, berhubung bala’ mendatangi mereka akhirnya mereka tidak sabar bersama Allah, tentu tiada pemberian untuk mereka. Jika kamu tidak punya sabar dan ridla maka hal itu menjadi sebab terlemparnya diri dari penghambaan kepada Allah. Sabda Allah dalam haits Qudsi :

“Barang siapa tidak rela atas ketentuan-Ku dan tiak sabar atas cobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.”

Terimalah ketentuan Allah atasmu, kokohkan Islam hingga mengkait iman, lalu perkokoh iman sampai mengkait yaqin, maka ketika itu kamu bisa melihat-Nya yang tidak pernah kau lihat sebelum datang yaqin, juga kamu lihat sesuatu sebagaimana bentuknya – menjadi beita ma’ani – ia menghentikan hati kepada Allah lalu melihat sesuatu dari Dia. Apabila hati berhenti pada pintu Allah menghasilkan kekuasaan mulia (keramat) maka ia pun menjadi mulia terbawa sampai kepada ciptaan dan tidak berakhir. Hati yang baik itu adalah hati yang diperbaiki Allah, jadi mulia dan sirr yang dijernihkan oleh Allah dari keruh maka jadi mulia.

Janganlah mengadu kepada manusia, karena jika kamu suka mengadu Allah berarti gugur dari pandangn-Nya, di samping itu apa yang ada di sisimu tidak tersingkir karena pengaduan itu. Kami tak perlu berujub dalam beramal, karena ujub itu bisa merusak amal dan bahkann menghapusnya. Barangsiapa mengetahui taufiq Allah terrlimpah pada dirinya berarti ternafikan dari ujub. Jadikan tujuan kepada Allah karena Dia menjadikan rakhmat untukmu. Namun, bagaimana kamu membawa tujuan itu kepada-Nya sedang kamu masih suka berdusta; padahal setiap jalan Allah itu benar adanya. Golongan ulama adalah tipe orang-orang benar, yaitu benar-benar tanpa ditampakkan, tindakan mereka sebagian besar timbul dari nurani sendiri, mereka itulah orang-orang yang suka bertaubat. Sedang kamu, wahai munafik, sekali-kali bukan seperti mereka, karena itu kamu jangan padati mereka dengan kemunafikan. Wahai Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang benar.

Ia bertutur : ajarlah nafsu, hawa dn tabiat dengan memperbanyak puasa, shalat dan menerapkan sabar, jika seseorang telah sukses mengolah anfsu, hawa dan tabiat, tinggalh ia berssama Allah tanpa dimasuki unsur lain, tinggal hati dan sirr bersama Allah secara komplek tanpa menyempit, sehat tanpa sakit, jadilah orang berakal, belajar dan beramal disertai ikhlas.

Wahai sahaya, belajarlah dari makhluk, baru kemudian dari Allah. Sabda nabi :

“Barangsiapa beramal dengan sesuatu yang diketahui, maka Allah mewariskan ilmu yang belum diketeahui (sebelumnya).”

Tentu, pertama kali orang belajar kepada orang lain adalah perihal hukum, untuk yang kedua kali belajar dari Allah tentang ilmu laduni, yaitu khusus ilmu yang membahas masalah batin (hati), yag dikhususkan lagi adalah tentang sirr. Tapi bagaimana kamu mampu belajar ilmu-ilmu tanpa guru, sebenarnya kamu berdomisili dalam hikmah.

Carilah ilmu, karena mencari ilmu itu termasuk wajib, sabda Nabi : “Carilah ilmu kendati di negeri Cina.”

Wahai sahaya, pergaulilah orang yang menolongmu dalam melenyapkan nafsu, jadi bukan orang yang membangkitkan nafsu itu. Jika kamu bergaul dengan orang tua yang jahil lagi munafik, sama artinya mempergauli tabiat hawa. Sebenarnya para guru (syuyuh) itu tidak menjalin persahabatan dengan dunia, mereka menjalin hubungan dengan akhirat, jadi bisa diketahui jika ada guru yang menjalin hubungan dengan tabiat dan hawa berarti ia menjalin pertalian dengan dunia, jika mempergauli hati berarti ia bergaul dengan akhirat.

Wahai orang yang berguru, memadati lakunya dengan tindak guru yang ikhlas, selagi kau mencari dunia berdasar nafsu dan hawa berarti terbilang belia, yang demikian suatu tabiat ganjil di atas keganjilan, jiwa yang menolak dunia dan meninggalkannya dengan ikhtiar sekali-kali tidak membawa kerugian, atau keadaan jiwa yang tenang lalu berbalik ddrastis itu suatu keganjilan di atas keganjilan, jauh dari segala yang jauh. Hanya saja hak dunia jadi baik bila dirimu membuta dari dunia, akhirat atau apa pun selain Allah. Kala hamba dekat dengan Allah banyaklah kenangannya dan takutnya bertambah. Karena itu orang yang banyak ingat kepada pemimpinnya ia diangkat menjadi menterinya, karena ia memang dekat dia.

Bagi orang yang beriman, tidak mungkin hal itu di dapat kecuali dengan laku ikhlas, jika ikhlas terlaksana ketika itu berada dalam pemikiran. Sedang para Ulama dalam pemikiran yang luar baisa, ketakutan mereka tidak pernah terhenti sampai berjumpa Allah. Barangsiapa mengenal Allah, maka bertambahlah takutnya. Karena itu Nabi bersabda :

“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah daripada kamu, dan aku lebih takut kepada-Nya dariapda kamu.”

Dan, kamu, wahai pelupa, suka menampakkan diri di hadapan Allah dengan laku maksiat lagi menetang, lalu kamu berlindung kepada-Nya. Tiada lagi keamananmu akan terganti jadi ketakutan, masamu menyempit, sehatmu jadi sakit, muliamu jadi hina, ketinggianmu terbanting, kayamu jadi miskin. Ketahuilah bahwa ketenanganmu di hari kiamat berupa siksa Allah menurut ukuran takutmu di dunia, dan takutmu di akhirat menurut ketentramanmu di dunia. Namun karena kamu sebagai penyelam samudera dunia berakibat ketenteramanmu berada dalam perigi kelupaan yang dalam, tentu jalan hidupmu seperti kehidupan binatang, mereka tidak mengenal sesuatu kecuali makanan, minuman, kawin dan tidur. Tingkah lahirmu mengekor penghulu hati menunjukkan loba dunia dan cenderung mencari isi perut saja. Sudah barang tentu hal itu menutup diri dari jalan Tuhan. Wahai orang yang tersedot keaiban dunia dan lobanya, seandainya kamu dikumpulkan bersama penduduk bumi untuk memperoleh sesuatu tentu kamu tidak kebagian.

Janganlh menganiaya sesama, karena perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Beralkulah adil sehingga kamu dipertimbangkan menuju jalan surga, tapi untuk penganiaya bagaimana tanpa pertimbangan, mereka akan diadili di negeri keadilan. Tinggalkan apa saja dalam tempatnya hingga menempatkan dirimu di sisi Allah. Nah, demikian situasi akhir masa. Aku lihat kamu telah berubah dari keberadaanmu semula, dengan mengganti laku yang lain, sungguh aku jadi khawatir jika kamu sampai tergulung dalam perubahan ini.

Wahai makhluk Allah, aku mencari keaiban dan manfaatmu dalam segala kondisi, aku harap pintu neraka tertutup dan meniadakannya dengan segala keberadaan ini dan agar tidak dimasuki seseorang pun, dan pintu surga dibuka agar tiada seseorang pun menolak untuk memasukinya, demikianlah harapanku agar Allah menunjukkan rakhmat dan belas kasih-Nya. Marilah duduk bersama aku demi kebaikan hatimu dan pengolahannya, janganlah lari dari kesesatan bicaraku, tiada yang kupelihara kecuali jiwa militan dalam agama Allah. Bicaraku keras, makananku keras, barangssiapa lari dariku atau membuat-buat perumpamaan diriku ia tidak akan bahagia, jika kamu berburuk sikap yang menjurus dalam agama aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan berrkata; lakukan itu, dan aku tidak akan mencari pendamping kecuali Allah, dari Dia bukan dirimu.

Ikutilah para Nabi, para Rasul dan orang-orang terdahulu yang shalih, jangan sekali-kali lepas dari mereka, bertaubatlah atas dosa-dosa dan keburukanmu. Taubat itu sutu tanaman hati, bangunan yang kau dirikan itu mampu merobohkan bangunan setan. Karena itu bangunlah suatu bangunan Ar-Rakhman (Allah) susullah berserta Tuhanmu, sesungguhnya aku berdiri pada pijakan akal bukan kerangka.

Jangan temani aku jika untuk dunia, tapi temanilah aku untuk akhirat semata; tentu dunia amendatangimu secara sukarela mengikut dan menjamin, kendatipun ambillah scukupnya (zuhud) dan aku menjaminmu – tentu kamu tidak memperhitungkan hal itu. Dahulukan akhirat atas dunia, batin atas lahir, kebenaran atas batil, yang tetap atas fana, tinggalkan lau ambil, tinggalkan pengambilan melalui tabiat, hawa, nafsu dan ambillah melalui hati dan sirr.

Jadilah penerima perintah Allah dan Rasul-Nya; menderita ketika terhalang darinya, berserah kala datang ketentuan dan keputusannya; sejalan dengan itu pergauilah manusia dengan budi luhur, kamu jangan mencari sesuatu dari Allah tanpa menggunakan ilmu-Nya; patuhi hukum dan ketentuan-Nya. Sabda Nabi saw. :

“Ketika Allah mencipta Qalam, Dia berkata kepadanya : “Tulislah”, jawab Qalam : “apa yang hamba tulis? Kata Allah : “tulislah hukum-hukum-Ku untuk makhluk sampai kiamat.”

Wahai orang berhati mati, wahai pembangkit nafsu, hatimu telah mati berarti dirimu berada dalam bencana pertama. Tiada bencana bagimu selain kematian hati, yaitu lupa Allah dan tidak mengenang-Nya. Siapa ingin membangkitkan hati, maka tetapkan dalam hati itu kenangan untuk Allah dan berjinak kepada-Nya, lihatlah keagungan dan kebesaran-Nya, dan bagaimana pemberian-Nya kepada ciptaan.

Wahai sahaya, kenanglah Allah – pertama kali – dengan hati, baru dengan lahirmu untuk yang kedua. Kenanglah Dia seribu kali dengan hati dan sekali dengan lisan, kenanglah Dia kala afat menimmpamu dan sabar atau kalau dunia datang dengan meninggalkannya, tetapi jika akhirat yang datang terimalah dan kala datang kebenaran dengan tauhid. Mengenang mati itu bisa menjernihkan hati, memadamkan dunia ciptaan juga membuka penutup hati hingga bisa melihat; bahwa ciptaan itu akan binasa, mati, dan lemah; tidak membawa penyakit atau manfaat.