Catatan Popular

Jumaat, 21 Julai 2017

KITAB NASHAIHUL IBAAD : LIMA PERKARA YANG DICINTAI DAN LIMA PERKARA YANG DILUPAKAN

Karya Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi  (IMAM NAWAWI NUSANTARA)

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Akan datang suatu masa pada umatku yang pada masa itu mereka mencintai lima perkara dengan melupakan lima perkara yang lain, yaitu:

  1. Mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat.
  2. Mereka mencintai rumah megah dengan melupakan kubur.
  3. Mereka mencintai harta dengan melupakan hisab (pertanggungjawabannya).
  4. Mereka mencintai keluarga dengan melupakan bidadari.
  5. Mereka mencintai dirinya sendiri dengan melupakan Allah. Mereka yang seperti itu jauh dariku dan aku pun jauh dari mereka."

KITAB NASHAIHUL IBAAD : LIMA LARANGAN MEREMEHKAN

Karya Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi  (IMAM NAWAWI NUSANTARA)

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa meremehkan lima golongan, maka ia akan rugi dalam lima hal, yaitu:
  1. Barangsiapa meremehkan ulama, maka ia akan rugi dalam urusan agama.
  2. Barangsiapa meremehkan pemerintah, maka ia akan rugi dalam urusan dunia.
  3. Barangsiapa meremehkan tetangga, maka ia akan rugi dalam beberapa hal yang ia perlukan.
  4. Barangsiapa meremehkan kaum kerabat, maka ia akan rugi dalam urusan kasih sayang.
  5. Barangsiapa meremehkan istrinya, maka ia akan rugi dalam urusan kenikmatan hidup."
Berkaitan dengan tetangga, Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
"Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba hingga ia mencintai tetangganya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Muslim)

"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang mempunyai tetangga jelek yang suka menyakiti dirinya, namun ia tetap bersabar dan mengharap pahala Allah atas perilaku tetangga yang menyakitkannya hingga Allah menyudahinya, baik sewaktu masih hidup atau dengan kematian." (HR. Bukhari)


KITAB NASHAIHUL IBAAD (BAB TIGA HAL....TIGA HAL YANG HARUS DIWASPADAI

Karya Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi  (IMAM NAWAWI NUSANTARA)
Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau pernah bersabda:
  1. "Barangsiapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya(kepada orang lain), berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabbnya.
  2. Barangsiapa di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sungguh di pagi itu dia tidak puas dengan ketetapan Allah.
  3. Barangsiapa menghormati seseorang karena kekayaannya, sungguh telah lenyaplah duapertiga agamanya."
Melakukan syikayah(pengaduan) atas nasib buruk yang dialami seseorang kepada orang lain termasuk pertanda tidak ridha atas bagian yang telah diberikan oleh Allah.

Kita tidak boleh melakukan syikayah, kecuali kepada Allah, sebab syikayah kepada Allah termasuk bentuk do'a. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari 'Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Maukah aku ajarkan kepada kalian beberapa kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa ketika menyeberangi laut bersama Bani Israil?" Kami(para sahabat) menjawab: "Tentu saja mau, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Bacalah: 'Alloohumma lakal hamdu wa ilaikal musytakaa, wa antal musta'aan, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'Aliyyil 'azhiim.'" (Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu; hanya kepada-Mulah kami mengadu; dan hanya kepada-Mulah kami memohon pertolongan. Tiada daya (untuk menjauhi maksiat) dan tiada kekuatan (untuk taat), kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.)

Al-A'masy berkata: "Sejak aku mendengar do'a tersebut dari saudara kandungku. Al-Asady Al-Kufy yang menerima do'a tersebut dari 'Abdullah, maka aku tidak pernah meninggalkannya."

Al-A'masy juga berkata: "Aku pernah bermimpi didatangi seseorang. Dia berkata: 'Wahai Sulaiman, tambahkanlah pada do'a tersebut kalimat ini: Dan kami memohon pertolongan kepada-Mu atas segala kesulitan yang ada pada kami dan kami memohon kepada-Mu untuk diberi kebaikan dalam segala urusan kami."

Orang yang di pagi hari bersedih karena urusan duniawi dikatakan telah membenci Rabbnya, sebab hal ini mencerminkan bahwa dia tidak ridha dengan qadha' Allah, tidak bersabar atas cobaan-Nya, dan tidak beriman dengan qadar-Nya, padahal semua yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha' dan qadar Allah.

Seseorang dilarang memuliakan orang lain karena hartanya, sebab menurut syari'at, seseorang hanya boleh memuliakan orang lain karena keshalihan dan keilmuannya. Orang yang memuliakan harta diatas segala-galanya berarti telah menghinakan ilmu dan keshalihan.

Syekh 'Abdul Qadir Jailani qoddasallohu sirrohu (semoga Allah mensucikan rahasianya) dalam pesannya telah mengatakan: "Setiap mukmin tidak boleh lepas dari tiga hal berikut:

  1. melaksanakan perintah Allah;
  2. menjauhi larangan Allah; dan
  3. menerima qadha' dan qadar."

Isnin, 17 Julai 2017

PETUAH RABBANI SULTHANUL AULIYA 1



As Syeikh Abdul Qadir Al Jailani bertutur :

“Berpaling dari Al-Haq Azza wa Jalla ketika takdir datang; itu boleh mematikan agama, mematikan tauhid, mematikan tawakal dan mematikan ikhlas. 
Bahwa hati orang Mu’min itu tidak boleh diketahui bagaimana dan mengapa; tidak boleh diketahui.
Bahkan mukmin ketika itu berkata : “Ya, jiwa semuanya beselisih saling bertentang; itu sebabnya barangsiapa hendak memperbaiki jiwa, hendaklah bersungguh-sungguh (bertekun atau mujahadah) menekan diri sampai terbebas dari keburukannya.
Semua keburukan bertempat dalam keburukan. Kala engkau bertekun diri penuh ketenangan, semua yang bersemayam dalam jiwa jadilah baik.
Karena proses terjadinya persesuaian itu berada dalam segala kepasrahan jiwa untuk menjauhi segala maksiat.
Itu sebabnya pada jiwa dikatakan : “Wahai Jiwa yang tenang.” (Qs.Al-Fajr :27).

Ahad, 16 Julai 2017

KAMUS ILMU TASAWWUF (’G’)



GERJALIBIN :
1. Singkatan, Gerakan Jama’ah Lil-Muqorrobin, 2 Organisasi di dalam menjalankan dhawuh Guru, wadah aktiviti murid yang menuntut Ilmu Syaththariyah; 3) Gerakan hati nurani, roh dan rasa yang dilatih dan dididik supaya selalu bergerak menzikiri Ada dan Wujud-Nya Satu-SatuNya Zat Yang Mutlak Wujud-Nya (Isi-Nya Huw) untuk didekatkan oleh Allah SWT kepadaNya


GHAFLAH:
Lalai, tidak sedar dan tidak ingat kepada Allah
Kata Ghafala asy-sya’a wa ahmalahu adalah satu makna (hal ini jika ia melalaikan sesuatu danmelupakannya karena tiidak mengingatnya). Kata ghafala ‘anisy-syai’I ghaflatan melupakannya karena kurang mengingatkannya dan kurang sadar serta Dalam keadaan lalai .

Agfhlasy syai’a bermakna membiarkannya sia-siakan tanpa terlupakan. Tagahafala bermakna sengaja melupakan atau pura-pura lupa. Kata istaghfala bermakna menilainya lalai dan kelalainya terlihat. Mughaffal adalah orang yang tidak mempunyai kecerdasan.
Dengan demikian, ghaflan adalah kata yang dibawahnya termasuk semua hal yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan karena sibuk atau menyibukkan diri deengan apa yang lebih rendah dari itu.
Al Qur’an membicarakan fenomena ini dalam banyak tempat seperti dalam firman Allah S.W.T sebagai berikut: dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Allah juga berfirman,
“. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Sayyid Quthb berkata, “Mereka tidak membuka hati mereka yang telah dianugrahkan kepada mereka agar mereka memahami. Padahal, bukti-bukti keeimanan dan petunjuk sangat jelas dalam wujud dan risalah-risalah yang ditangkap oleh hatiyang terbuka dan pandangan yang tidak tertutup.
Mereka tidak membuka mata merreka untuk melihat ayat-ayat semesta yang Allah hamparkan dan mreka tidak membuka telingamereka untuk mendengarkan ayat-ayat Allah yang dibacakan. Mereka telah menonaktifkan perangkat yang telah dianugrahkan kepada mereka dan tidak menggunakannya dengan seharusnya. Sehingga, mereka hidup dalam keadaan lalai dan tidak ber-tadabbur.
Sikap lalai merupakan suatu perlakuan yang salah terhadap segenap potenssi dan energy yang ada. Tentunya sikap seperti itu sama sekali tidak memberikan faedah,, malah membahayakan dan membinasakan. Al- Qur,anil karim menegaskan rusaknya kecenderungan seperi ini dan menamakannya sebagai kelalaian Allah swt berrfirman,
“ Mereka hanya mengetahui yang lahir(saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adlah lalai”
Ia memperhatikan urusan-urusan dunianya dengan mengalahkan akhiratnya.

GHAIB:
Sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar
1. Misteri, keghaiban atau Misteri Segala Misteri;
2. Ungkapan hadis “Tak ada sesuatu pun menyerupaiNya” mengacu kepada Al Ghayb. Inilah ketidakterbandingan-Nya yang berada diluar jangkuan visi hamba;
3. Segala sesuatu yang Allah sembunyikan dari hamba-Nya karena kondisi hamba-Nya dan bukan karena Allah. Untuk menca-pai al-ghayb sang hamba dan pecinta diperintahkan, “Tinggalkan dirimu sendiri dan datanglah!”;
4.Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat satu-satu-Nya Yang Mutlak dan Wujud-Nya, dekat sekali dalam rasa hati, selalu menyertai dan senantiasa meliputi hamba-hamba-Nya.
5. Isi-Nya Huw;
6. Isim yang mufrad dan ma’rifah. Menunjuk pada keberadaan Satu-SatuNya Dzat Yang Allah AsmaNya, mutlak wujudnya dan ma’rifah. Jelas amat sangat dekat sekali dan jelas-jelas amat sangat mudah dan indah untuk selalu diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati, apabila jihadunnafsinya menjadikan rela bertanya kepada ahlinya.


GHAIRIL MAGHDHUBI ALAIHIM WALAADHAALIM :
Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Jalan yang dimurkai adalah jalan yang iblis sebagai pemimpinnya. Hingga watak dan pandangan-pan-dangannya dengan sendirinya juga mengikut kepa-danya. Yang selalu memandang indah, baik dan be-nar berdasarkan watak akunya.
Yang dimurkai adalah mereka yang memilih jalan bukan jalan kehendakNya. Karena enggan, acuh, sombong  dan angkuh. Lalu watak aku yang diko-mandoi nafsu yang berbicara, maka watak abaa wastakbaranya menjadikannya tidak mengikut jejak para malaikaNya. Yang taatnya kepada diriNya bahkan rela diperintahkan sujud taqorrub. Yakni memperlakukan diri kal-mayyiti bagai mayit dihadapan wakil Ilahi yang ada di bumi hingga sekarang ini.
Jalan mereka yang sesat adalah mereka yang telah dikunci mati atas hatinya dan pendengarannya. Penglihatannya ditutup. Karena itu mereka ini sama sekali buta dan tuli terhadap keberadaan Al HaqNya sebagaimana firmanNya dalam QS 17 ayat 72 “ dan barangsiapa yang buta (mata hatinya) di dunia ini, niscaya di akherat ia akan lebih buta dan lebih tersesat jalan (nya)”. Yakni tidak kembali pulang kepada Tuhan.
Dan yang sesat karena taghut yang jadi pilihan kenikmatan dan kesenangan. Yakni mereka yang hati, rah dan rasanya dicelupkan kedalam nafsunya. Hingga nafsu yang hakekatnya adalah dunianya manusia menjadi raja yang menguasai jagad manusia yang ada dalam dadanya. Lalu mereka menjadi orang-orang yang lebih menyukai  kehi-dupan dunia. Daripada kehidupan akhirat (yang hidup langgeng dengan Tuhannya), dan mengha- lang-halangi manusia  dari jalan Allah serta meng-inginkan  agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itulah yang hidupnya ada dalam kesesatan yang jauh. (FirmanNya di Surat Ibrahim ayat 3).

GHAIM:
Tertutup


GHAIBAH:
Ghaibah adalah ketiadaan (kekosongan) hati dari ilmu yang berlaku bagi ahwal (kondisi atau perilaku) makhluk karena (terhalang oleh) kesibukan rasa dengan “sesuatu yang datang” (warid, kehadiran rasa alam spiritual) kepadanya. Kemudian, keberadaan rasa terhadap diri dan lainnya menjadi ghaibah (gaib atau hilang) sebab kehadiran warisitu yang berwujud dalam bentuk kesadaran akan ingatan pahala dan siksa.

Diriwayatkan bahwa ketika Rabi’bin Khaitsam berkunjung ke rumah Ibnu Mas’ud r.a. dan lewat di depan kedai seorang pandai besi, dia melihat sepotong besi yang dibakar di tungku ubupan besi dalam keadaan merah membara. Tiba-tiba matanya tidak kuat memandang lalu pingsan seketika. Setelah siuman, Rabi’ ditanya, lalu menjawab, “Sayua ingat keadaan penduduk neraka (yang sedang dibakar)di neraka”.

Sebuah kejadian yang sangat aneh pernah menimpa Ali bin Husin. Rumah yang ditempatinya terbakar saat dia menjalankan salat, dan dia tidak bergeming sedikitpun dari sujudnya ketika api mulai menjalar ke tempatnya salat dan kemudian memusnahkan rumahnya. Para tetangganya heran, lalu menanyakan keadaannya”. Api yang amat besar sangat menggelisahkanku dari pada api ini” jawabnya.

Terkadang kondisi ghaibah disebabkan ileh ketersingkapan sesuatu dalam dirinya dengan Al-Haqq, kemudian keberadaannya berbeda menurut perbedaan ahwal-nya

Keadaan(hal) yang mengawali Abu Hafsh An-Naisaburi saat meninggalkan pekerjaannya di kedai pandai besinya dimulai dari peristiwa pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dia dengar dari seorang qari’. Bacaan itu mempengaruhi hatinya sehingga membuatnya lupa tentang “rasa “ saat suatu warid dating menguasai jiwanya. Kemudian tangannya dimasukkan ke dalam api dan mengeluarkan potongan besi panas yang sedang membara tanpa merasakan panas sedikit pun. Seorang muridnya melihatnya dengan heran lalu berteriak, “Wahai Guru, ada apa ini?” Abu Hafsh sendiri heran, lalu melihat apa yang terjadi. Semenjak itu, dia banggun dan meninggalkan pekerjaannya sebagai pandai besi.

Saya pernah mendengar Abu Nasher, seorang muazin Naisabur yang sangat saleh, menuturkan pengalaman spiritualnya, “Saya pernah baca Al-Qur’an di majelis Abu Ali Ad-Daqaq ketika beliau di Naisabur. Beliau banyak mengupas masalah haji sampai fatwanya sangat mempengaruhi hati sya. Pada tahun itu juga saya berangkat ke Mekkah utuk melaksanakan ibadah haji dan meninggalkan pekerjaan dan semua aktivitas keduniaan. Ustadz Abu Ali sendiri, semoga Allah merahmatinya, juga berangkat menunaikan haji pada tahun itu pula. Ketika beliau masih tinggal di Naisabur sayalah yang melayani keperluan beliau juga membacakan Al-Quran di majelisnya. Suatu hari saya melihat beliau di padang sahara sedang bersuci dan lupa (meninggalkan) sebuah tempayan yang tadi di bawanya. Lalu saya ambil dan mengantarkannya ke binatang tunggangannya dan meletakkan di sisinya. “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas apa yang kamu bawakan ini”, sambutnya sederhana. Kemudian beliau memandang saya cukup lama, seakan-akan belum pernah melihat saya sama sekali.”Saya baru melihatmu, siapakah Anda?”.


GHAIBUL GHUYUB:
Keghaiban alam dan makhluk masih boleh dijangkau oleh ilmu dan kasyaf atau masih boleh dijangkau oleh alam perasaan. Keghaiban Allah s.w.t melepasi kemampuan jangkauan ilmu, kasyaf dan alam perasaan. Benteng keperkasaan Allah s.w.t menahan apa sahaja daripada menyentuh-Nya. Keghaiban yang begini dinamakan Ghaibul Ghuyub.


GHAIBUL MUTLAK:
Sama seperti Ghaibul Ghuyub.


GHAIB AL ADAMI:
Ghaib tidak wujud


GHAIB AL MUTLAK:
Ghaib sepenuhnya, ghaib yang dihubungkan dengan Zat Allah


GHAIB AL WUJUDI:
Ghaib wujud, wujud tetapi tidak kelihatan


GHAIR(Ghayr):
Yang asing, lain dari Allah, yang tidak wujud


GHAIRIYAT:
Adalah lawan dari ainiyyat yang merupakan hayal atau dugaan. Ini merupakan bagian dari I’tibarat yang mewujud. Maksudnya ghairiyat antara rabb dan ‘abd hanyalah dugaan saja dan kemudiaan diungkapkan dalalm bentuk ibarat.


GHAIRULLAH:
Makhluk, segala sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala                                              


GHALABAH:
Ghalabah adalah suatu keadaan yang dialami oleh para Sufi yang didalamnya ia tidak mampu melihat penyebabnya atau menjaga sikapnya, dan sama sekali tidak mampu membedakan apa-apa mengenai keadaan yang menimpanya, bahkan dia mungkin akan melakukan sesuatu yang akan menyebabkan dia tidak diterima dengan baik oleh ereka yang tidak mengerti keadaan dirinya. Tapi kalau ghalabah itu telah lewat maka dia akan kembali kepada keadaan dirinya yang normal. Kekuatan-kekuatan ini mungkin merupakan rasa takut, rasa terpesona, rasa hormat, rasa malu atau yang semacam itu.


GHALABAT:
Tidak mempu kendali diri


GHARQ:
Ketiadaan kemampuan bernafas disebabkan dia menahannya maka dia tidak bernafas dan tidak pula ghaib. Apabila memperoleh kekauatan, dia masuk ke dalam Ghaybah (lenyap)


GHASYYAH:
Ketidakahadiran hati pada apa yang datang padanya, munculnya bercampur dengan tabiat manusia, ia tidak berlaku tereus menereus


GHAUTS:
Kata al-Ghatsu adalah istilah yang sangat terkenal dalam kalangan kaum sufi dan para waliyullah. Beliau  merupakan tokoh utama dan sekaligus sebagai tauladan dalam menjalankan tuntunan Islam secara syari’ah dan  hakikah serta  lahiriyah  dan batiniyah.
Dari sisi ketaqwaan, Beliau adalah hamba Allah Swt yang  paling taqwa pada zamannya. Al-Ghauts  sering disebut Quthb al-Wujud, karena Beliau sebagai pusat segala wujud secara ruhaniyah. Al-Ghauts Ra merupakan satu-satunya wakilRasulullah Saw dalam mengemban tugas khalifah dalam alam fana ini, serta sebagai tempat tajalli-Nya yang sempurna
Darjat kewalian yang tinggi. Juga digelar Qutb al aqtab. Orang yan mengelolakan kehendak dan rayuan orang lain. Beliau adalah ketua aulia yang memrintah dunia. Pangkat di bawah beliau ialah Qutb dan bilanagnnyn tidak kurang dari empat orang pada sesuautu masa.


GHAYBAH:
Ghaybah mempunyai arti ketiadaan. Sebuah istilah yang menunjukkan ketidaktahuan hati manusia ihwal yang terjadi dalam berbagai situasi kemanusiaan karena segenap panca indranya sepenuhnya disibukkan oleh berbagai pengaruh. Ghaybah juga mengacu pada cara Kekasih menyembunyikan diri-Nya dari sang pecinta. Ketiadaan ini dilakukan demi menanamkan pengetahuan dan mengajarkan tata karma dalam cinta


GHAYRAH:
Al Ghayrah ertinya Kecemburuan.

Al ghayrah fi al Haqq ertinya kecemburuan demi kebenaran.

Al Ghayrah al Ilahiyyah ertinya Kecemburuan Ilahi.


GHIBAH:
1. Menggunjing; 2. Mengumpat; 3. Memfitnah; 4. Mengatakan hal-hal tentang seseorang yang tidak hadir yang akan menyedihkannya atau menjijikan bila dia mendengarnya; dan pada umumnya diang-gap merugikan (reputasi orang) dengan maksud merusak (reputasinya) dan  meremehkannya; jika benar disebut ghibah jika salah disebut buhtan (mengumpat, memfitnah).

GHIRAH:
Kecemburuan beragama. Perasaan yang demikian menggerakkan seseorang menjaga kemuliaan dan kesucian agamanya dan mempertahankannya daripada musuh-musuh yang cuba merosakkan agamanya dan juga penganut agamanya.

GHULAT:
Pelampau dalan golongan syiah yang percaya dengan tannasukh (penjelamaan)


GHURAIBA:
Langit yang ketujuh


GHURUR:
1 Diidentikan dengan diri bermaksud menipu diri sendidi
2 Di dalam al quran – kekayaan dan kesenangan dunia yang menipu
3 juga bererti i’jab @ berbangga kepada diri sendiri kerana merasa ada kelebihan
3 Merasa lebih daripada orang lain

GHUYUB:
1. Sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata fisik, dibangsakan gaib tetapi bukan DiriNya Illahi. 2. Makhluk Tuhan yang dibangsakan ghaib, tidak nampak oleh mata.

GNAWAH:
Sebuah perhimpunan muzik jalanan dengan corak keagamaan di Moroko

Rabu, 12 Julai 2017

RIYADHUS SHALIHIN Bab 24 Memperkeraskan Siksaan Orang Yang Memerintahkan Kebaikan Atau Melarang Dan Kemungkaran, Tetapi Ucapannya Tidak Tepat Dengan Kelakuannya

KITAB RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)

IMAM NAWAWI

Allah Ta'ala berfirman:
"Adakah engkau semua memerintahkan kepada kebaikan, sedangkan engkau semua melaiaikan dirimu sendiri, padahal engkau semua juga membaca Alkitab, apakah engkau semua tidak menggunakan akal?" (al-Baqarah: 44)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hai sekalian orang-orang yang beriman, mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan? Besar sekali dosanya di sisi Allah, jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan." (as-Shaf: 2-3)

Allah Ta'ala berfirman lagi dalam memberitahukan perihal Syu'aib s.a.w. yaitu:
"Dan saya tidak hendak menyalahi engkau semua dalam hal yang engkau semua dilarang mengerjakannya." (Hud: 88)

Hadis-hadis ialah:

199. Dari Abu Zaid yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhi-allahu 'anhuma, katanya:
"Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Akan didatangkan seseorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan kedalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya - usus-ususnya, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: "Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?" Orang tersebut menjawab: "Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya." (Muttafaq 'alaih)

RIYADHUS SHALIHIN Bab 23 Memerintah Dengan Kebaikan Dan Melarang Dari Kemungkaran

KITAB RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)

IMAM NAWAWI

Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah ada di antara engkau semua itu suatu ummat -golongan - yang mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebagusan serta melarang dari kemungkaran. Mereka itulah orangorang yang berbahagia." (ali-lmran: 104)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adalah engkau sekalian itu sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau semua memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (ali-lmran: 110)

Allah Ta'ala juga berfirman:
"Berikanlah pengampunan, perintahtah dengan kebaikan dan janganlah menghiraukan pada orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Orang-orang mu'min lelaki dan orang-orang mu'min perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengabnya, karena mereka memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran."(at-Taubah: 71)

Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu terkena laknat dari lidah Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Hal itu disebabkan karena mereka durhaka dan melanggar aturan. Mereka tidak saling larang-melarang kemungkaran yang mereka kerjakan, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan itu." (al-Maidah: 78-79)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya ,dari Tuhanmu semua. Maka barangsiapa yangsuka, maka baiklah ia beriman dan barangsiapa yang suka maka baiklah ia menjadi kafir." (al-Kahf: 29)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Maka laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." (al-Hijr: 94)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang dari keburukan dan Kami meneterapkan hukuman kepada orang-orang yang menganiaya dengan siksaan yang pedih dengan sebab mereka berbuat kefasikan." (al-A'raf: 165)

Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali serta dapat dimaklumi.


Adapun Hadis-hadisnya ialah:

185. Pertama: Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa di antara engkau semua melihat sesuatu kemunkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak dapat - dengan atau kekuasaannya, maka dengan lisannya -dengan jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi -dan jikalau tidak dapat juga - dengan lisannya, maka dengan hatinya - maksudnya hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu. Yang sedemikian itu - yakni dengan hati saja - adalah selemah-lemahnya keimanan." (Riwayat Muslim)

Keterangan:
Kemunkaran itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila kuasa harus diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup, maka dengan Iisan (dengan nasihat peringatan atau perkataan yang sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau masih juga tidak sanggup, maka cukuplah bahwa hati kita tidak ikut-ikut menyetujui adanya kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahwa iman kita sangat lemah sekali. Karena dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, sedang dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadijadi.


186. Kedua: Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang nabipun yang diutus oleh Allah sebelumku -Muhammad s.a.w., melainkan ia mempunyai beberapa orang hawari - penolong atau pengikut setia – dari kalangan ummatnya, juga beberapa sahabat,yang mengambil teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya sesudah mereka ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka tidak diperintahkan.
Maka barangsiapa yang berjuang melawan mereka itu - yakni para penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini -dengan tangan - atau kekuasaannya, maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan lisannya, iapun
seorang mu'min dan barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau semua itu tidak - dengan tangan, Iisan dan hati, maka tiada keimanan samasekali sekalipun hanya sebiji sawi." (Riwayat Muslim)


187. Ketiga: Dari Abulwalid, yaitu 'Ubadah bin as-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. membai'at kepada kita semua untuk tetap mendengar - patuh - serta taat, baik dalam keadaan sukar ataupun mudah, juga dalam keadaan lapang dan payah - tertekan, juga agar kita semua lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Selain itu pula supaya kita semua tidak mencabut sesuatu perkara -jabatan -dari orang yang memegangnya, kecuali jikalau engkau semua melihat orang itu masuk dalam kekafiran yang nyata, yang bagimu ada bukti dari Allah dalam perkara kekafirannya tadi. Dibai'at pula agar kita semua berkata dengan hak - kebenaran - di mana saja kita berada, tidak perlu takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela." (Muttafaq 'alaih)


188. Keempat: Dari Annu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w.bersabda:
"Perumpamaan orang yang berdiri tegak - untuk menentang orang-orang yang melanggar - pada had-had Allah - yakni apa-apa yang dilarang olehNya - dan orang yang menjerumuskan diri di dalam had-had Allah - yakni senantiasa melanggar laranganlaranganNya - adalah sebagai perumpamaan sesuatu kaum yang berserikat - yakni bersamasama - ada dalam sebuah kapal, maka yang sebagian dari mereka itu ada di bagian atas kapal,sedang sebagian lainnya ada di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bagian
bawah kapal itu apabila hendak mengambil air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya - maksudnya naik keatas dan oleh sebab hal itu dianggap sukar, maka mereka berkata: "Bagaimanakah andaikata kita membuat lobang saja di bagian bawah kita ini, suatu lobang itu tentunya tidak mengganggu orang yang ada di atas kita." Maka jika sekiranya orang yang bagian atas itu membiarkan saja orang yang bagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh isi kapal akan binasa. Tetapi jikalau orang bagian atas itu mengambil tangan orang yang bagian bawah - melarang mereka dengan kekerasan – tentulah mereka selamat dan selamat pulalah seluruh penumpang kapal itu." (Riwayat Bukhari)


189. Kelima: Dari Ummui mu'minin yaitu Ummu Salamah yakni Hindun binti AbuUmayyah yakni Hudzaifah radhiallahu 'anha, dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau s.a.w.bersabda:
"Bahwasanya saja nanti itu akan digunakanlah beberapa pemimpin negara - amir-amir,maka engkau semua akan menyetujui mereka, karena kelakuan mereka itu sebagian ada yang sesuai dengan syariat agama, tetapi engkau semuapun akan mengingkari mereka-sebab ada pula kelakuan-kelakuan mereka yang melanggar syariat agama.
Maka barangsiapa yang benci - dengan hatinya, ia terlepaslah dari dosa, jugabarangsiapa yang mengingkari, iapun selamat - dari siksa akhirat. Tetapi barangsiapa yang ridha serta mengikuti -pemimpin-pemimpin di atas, itulah yang bermaksiat."
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah tidak perlu kita memerangi mereka itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat bersamamu semua." (Riwayat Muslim)
Maknanya ialah bahwa barangsiapa yang membenci kepada pemimpin-pemimpin yang suka melanggar syariat agama itu dengan hatinya, karena tidak kuasa mengingkari mereka dengan tangan atau lisannya, maka ia telah terlepas dari dosa dan ia telah pula menunaikan tugasnya. Juga barangsiapa yang mengingkari dengan sekedar kekuatannya, iapun selamat dari kemaksiatan ini. Tetapi barangsiapa yang ridha dengan kelakuankelakuan mereka serta mengikuti jejak mereka, maka itulah orang yang bermaksiat.


190. Keenam: Dari Ummul mu'minin yakni Ummulhakam, yaitu Zainab binti Jahsyradhiallahu 'anha, bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk dalam rumahnya dengan rasa ketakutan. Beliau s.a.w. mengucapkan:
"La ilaha illallah, celaka bagi bangsa Arab, karena adanya keburukan yang telah dekat.
Hari itu telah terbuka tabir Ya'juj dan Ma'juj 15, seperti ini," dan beliau s.a.w. mengolongkan kedua jarinya sebagai bulatan, yakni ibu jari dan jari sebelahnya - jari telunjuk. Saya - Zainab lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa, sedangkan di kalangan kita masih ada orang-orang yang shalih?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya jikalau keburukan itu telah banyak." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
15 Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa yang dahulu banyak membuai kerusakan di atas bumi, lalu batas daerah kediaman mereka ilu ditutup dengan cor-coran besi bercampur tembaga, sehingga mereka tidak dapat keluar dari situ,sebab tembok besi bercampur tembaga tadi amat tebal dan licinnya, pula sangat linggi. Nanti apabila sudah dekat sekali tibanya hari kiamat kedua bangsa itu akan dapat keluar, sebab temboknya pecah-pecah dan hancur. Keluarnya kedua bangsa itu merupakan alamat besar bahwa hari kiamat sudah dekat sekali tibanya.

Hadis ini menunjukkan bahwa manakala di dalam suatu tempat atau negeri sudah terlampau banyak keburukan, kemungkaran, kefasikan dan kecurangan, maka kebinasaan dan kerusakan akan merata di daerah itu dan tidak hanya mengenai orang jahat-jahat saja,
tetapi orang-orang shalih tidak akan dapat menghindarkan diri dari azab Allah itu, sekalipun jumlah mereka itu cukup banyak.
Oleh sebab itu segala macam kemaksiatan dan kemungkaran hendaklah segera dibasmi dan segala keburukan segera dimusnahkan, agar jangan sampai terjadi malapetakasebagaimana yang diuraikan di atas.


191. Ketujuh: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Hindarilah olehmu semua duduk-duduk di jalan-jalanan." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak dapat meninggalkan duduk-duduk kita, sebab kita semua bercakap-cakap di situ."
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda; "Jikalau engkau semua enggan, melainkan tetap ingin duduk-duduk di situ, maka berikanlah jalan itu haknya." Mereka bertanya: "Apakah haknya jalan itu,ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu memejamkan mata, menahan diri membuat sesuatu yang berbahaya, menjawab salam, memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (Muttafaq 'alaih)

192. Kedelapan: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwa-sanya Rasulullah s.a.w.melihat seutas cincin pada jari seseorang, kemudian beliau melepaskannya lalu meletakkannya dan bersabda: "Seseorang dari engkau semua sengaja menuju kepada bara api dari neraka, maka ia menjadikannya dalam tangannya."
Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi, kepada orang yang memiliki cincin itu dikatakan: "Ambillah cincinmu. Manfaatkanlah ia - untuk keperluan lain." Orang itu menjawab: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan mengambil cincin ini selama-lamanya.


Bukankah ia telah diletakkan oleh Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)


193. Kesembilan: Dari Abu Said al-Hasan al-Bishri bahwasanya 'Aidz bin 'Amr r.amasuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Hai anakku, saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruk penggembala ialah orang yang tidak belas kasihan - pada gembalanya," maka janganlah engkau termasuk golongan penggembala yang semacam itu." 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Duduklah, karena hanyasanya engkau itu adalah termasuk antah dari golongan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - maksudnya bukan termasuk sahabat pilihan atau yang utama, 'Aidz bin 'Amr menjawab: "Apakah di kalangan sahabat-sahabat ada yang termasuk golongan antah? Yang termasuk antah ialah orang-orang yang datang sesudah sahabat-sahabat beliau s.a.w. itu atau
yang memang bukan sahabat." (Riwayat Muslim)

Keterangan:
Huthamah, artinya manusia yang bersikap keras kepala gembalanya, baik cara menggiringnya ke ladang yakni tempat penggembalaan, dalam cara memberikan makanan dan minuman dan lain-lain lagi,sehingga yang digembalakan itu terdesak-desak antara yang satu dengan yang lain. Juga sering kali ia memukulnya sehingga menyakitkan sekali.
Hadis di atas bukan hanya khusus untuk penggembala ternak saja, tetapi juga penggembala rakyat, yakni para penguasa yang memimpin negara, para majikan terhadap kaum buruhnya, komandan terhadap pasukannya, guru terhadap muridnya dan lain-lain sebagainya. Semua itu diperintahkan oleh agama Islam agar bersikap sebagai kedua orang tua yang amat kasih sayang kepada anaknya.


194. Kesepuluh: Dari Hudzaifah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku  ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah engkau semua memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran atau kalau tidak, maka hampir-hampir saja Allah akan menurunkan siksa kepadamu semua, kemudian engkau semua berdoa kepadaNya, tetapi tidak akan dikabulkan untukmu semua doa itu." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.


195. Kesebelas: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan seorang sultan - pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwaini adalah Hadis hasan.

Keterangan:

Sebabnya berkata adil dan hak (benar) kepada sultan (penguasa negara) yang curang itu dianggap jihad atau perjuangan yang paling utama, karena memang jarang sekali yang berani melaksanakan, sebab takut balas dendamnya.
Yang dimaksudkan kalimat adil dan hak itu seperti menasihati jikalau sultan atau penguasa itu bertindak sewenang-wenang, menyeleweng dari tuntunan yang benar atau ia sendiri berbuat kemaksiatan dan kemungkaran.
Juga termasuk di dalamnya apabila orang bawahan sultan atau penguasa tadi memberikan laporan, artinya apa yang dilaporkan itu wajiblah menurut kenyataan. Rakyat miskin jangan dilaporkan makmur, ummat mengeluh jangan dilaporkan gembira, hasil
tanaman rusak jangan dilaporkan memuaskan dan sebagainya.
Jikalau semua itu dilaksanakan baik-baik, maka berartilah bahwa orang yang suka melakukannya tersebut telah menunaikan jihad atau perjuangan yang seutama-utamanya.

196. Keduabelas: Dari Abu Abdillah, yaitu Thariq bin Syihab al-Bajali al-Ahmasi r.a.bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi s.a.w. dan ia telah meletakkan kakinya pada sanggur di - tempat berpijak pada kendaraan unta atau lain-lain yang terbuat dari kulit
atau kayu, katanya: "Manakah jihad itu yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu mengucapkan kata-kata yang hak di hadapan sultan yang menyeleweng." Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan isnad shahih.


197. Ketigabelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama kali cela yang mengenai kaum Bani Isratl ialah bahwasanya ada seorang lelaki yang bertemu dengari lelaki lainnya, kemudian orang tadi berkata kepada kawannya: "Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan, sebab hal itu tidak halal untukmu." Kemudian orang itu menemui kawannya pada esok harinya, sedang kawannya itu masih mengerjakan sebagaimana keadaannya kemarin, tetapi
perbuatannya yang sedemikian itu tidak menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya makan, minum dan duduk bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan yang seperti tadi, Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka kepada setengahnya, kemudian beliau mengucapkan ayat - yang artinya: "Orang-orang kafirdari kaum Bani Israil itu dilaknat atas lisannya Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan (78). Mereka tidak saling larang-melarang pada kemungkaran yang mereka kerjakan, alangkah buruknya apa yang mereka lakukan itu (79). Engkau melihat kebanyakan mereka itu mengambil orangorang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu untuk diri mereka 16, sehingga firmanNya: "Kebanyakan mereka adalah orang-orangfasik." (al-Maidah: 78-81)

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Jangan demikian, demi Allah, niscayalah engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan, melarang dari kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim – yakni menghentikan kezalimannya - serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya,
juga membasmi tindakannya kepada yang hak saja dengan pembatasan yang sesungguhsungguhnya.

Atau jikalau semua itu tidak dilakukan, maka niscayalah Allah akan
memukulkan - membencikan - hati setengahmu terhadap setengahnya kemudian melaknati -mengutuk - engkau semua sebagaimana Dia mengutuk mereka - Bani Israil." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalahHadis hasan. Ini adalah menurut lafaznya Imam 'Abu Dawud.

Adapun lafaznya Imam Termidzi ialah:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, lalu alim ulama mereka itupun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk, makan dan minumnya - sebagai menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu.
Karena itu Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka terhadap setengahnya serta melaknat mereka atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yangsedemikian itu adalah karena mereka telah melanggar aturan."
Kemudian Rasulullah s.a.w. duduk dan sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan sabdanya: "Jangan demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya. Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orangorang yang berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya."


198. Keempatbelas: Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. katanya: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua tentu membaca ayat ini - yang artinya: "Hai sekalian orang-orang yang beriman, jagalah dirimu sendiri, tidaklah akan membikin bahaya kepadamu semua orang yangsesat itu, jikalau engkau telah memperoleh petunjuk." (al-Maidah: 105), tetapi sesungguhnya saya juga mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

16 Sampai kata-kata "diri mereka" itu belum selesai ayat 80 dari surah al-Maidah. Lanjutan ialah: Allah memurkai mereka dan mereka pasti kekal dalam siksaan (80). Jikalau mereka beriman kepada Allah, kepada
Nabi dan apa-apa yang diwahyukan padanya, lentulah mereka tidak mengambil orang-orang kafir itu menjadi pemimpin. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (kurang sempurna akalnya)"

"Sesungguhnya para manusia itu apabila melihat orang yang zalim, lalu tidakmengambil atas kedua tangannya — tidak menghentik perbuatannya 17, maka hampir saja Allah akan meratakan terhadap seluruh manusia tadi dengan menurunkan siksaNya."
Diriwayatkan oleh Imam-Imam Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad yang shahih.

17 Yakni mencegahnya dari penganiayaan yang dilakukan baik dengan tangan atau kekuasaan, dengan lisan atau nasihat atau pun dengan mengingkari dalam hati, maka dengan cepat atau lambat, Allah akan

menurunkan siksanya. Siksa itu akan dijatuhkan kepada orang yang alim, sebab kezalimannya, juga kepada orang-orang lain yang tidak ikut melakukan kezaliman, sebab mereka berdiam saja, padahal dapat mencegah atau kuasa menghentikan perilaku si zalim tadi, tetapi berhubung pertimbangan ini atau itu, ia enggan melarangnya, misalnya karena takut hilang kedudukannya dan lain-lain.