Catatan Popular

Isnin, 26 Disember 2016

KISAH KEDEGILAN NAFSU....



Allah pernah bertanya pada akal, “Siapa Aku, dan siapa kamu?” Akal pun menjawab, “ Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku”. Kemudian Allah beralih bertanya pada nafsu, ” Siapa Aku, dan siapa kamu?” Nafsu pun menjawab, ”Aku adalah aku, dan kamu adalah kamu.”
Karena kelakuan nafsu yang tak mengakui ketuhanan Allah ini, maka Allah mengurungnya dalam kelaparan selama seribu tahun. Nafsu pun tidak kuat dan akhirnya mengakui ketuhanan Allah.
Kata nafsu berasal dari baha arab an-nafs.
Kisah tersebut menandakan bahwa nafsu itu adalah makhluk yang membangkang dan anti tunduk. Nafsu seringkali digandingkan dengan hawa.
Nafsu sering dikaitkan sebagai kekuatan-kekuatan yang memperbudak dalam perbuatan tercela yang boleh menceburkan ke neraka.

LADUNI ATAU ILHAM



Ilham ialah ilmu yang diberikan kepada Allah kepada semua umat manusia yang berada dalam keadaan tenang. Semakin dekat seseorang itu dengan Allah melalui amalan yang soleh, maka semakin kerap ilham itu muncul kepada seseorang. Ilham yang turun tanpa putus-putus akan menjadi khazanah ilmu laduni yang sangat memberikan manfaat, mensejahterakan orang lain, mudah difahami dan memudahkan kehidupan.

Dalam Al Quran ada dalil yang kuat sebagai bukti kewujudan ilmu ini. “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah nescaya Allah akan ajar kamu.” (Al Baqarah: 282) 

Dalam ayat ini jelas Allah memperkatakan tentang orang-orang bertaqwa yang bersih daripada sifat-sifat mazmumah, Allah akan beri ilmu secara wahbiah, tanpa usaha ikhtiar, tanpa belajar atau berguru.

Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang dia tahu, Allah akan pusakakan padanya ilmu yang dia tidak tahu.” (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim) 

Inilah buktinya. Ertinya ilmu yang telah sedia ada itu akan bertambah bila diamalkan. Yakni ia akan dapat ilmu baru hasil dipraktikkan ilmu itu. Proses ini juga berlaku secara wahbiah.


Inilah yang dikatakan ilmu laduni atau ilmu ilham yang mana Allah pusakakan melalui tiga cara:
i. Ilmu itu Allah jatuhkan terus ke dalam hati.
ii. Adakalanya Allah tayangkan ilmu itu yang boleh dilihat seolah-olah melihat skrin TV. Sedangkan orang lain yang ada bersama-sama dengannya ketika itu tidak dapat melihatnya.
iii. Atau mungkin mendengar suara yang membisikkan ke telinganya tetapi tidak nampak rupa makhluknya. Inilah yang dikatakan hatif. Mungkin suara ini suara malaikat atau wali-wali Allah.

WUJUDKAH HIJAB



Hijab itu pada hakikatnya tidak berwujud, karena tidak ada wujud apapun selain wujud Allah.

Sebagaimana Syekh Ibn 'Athaillah menyatakan: "Dan salah satu yang menunjukkan wujud Ke-Maha Perkasaan Allah adalah terhijabnya kamu oleh sesuatu yang sebenarnya tidak ada wujudnya."

Para arifin billah telah sepakat bahwasanya sesuatu selain Allah hakikatnya 'adam mahdhi artinya: tidak ada wujud yang berdiri dengan sendirinya, melainkan manifestasi dari wujud-Nya.

Apabila menganggap ada wujud yang berdiri sendiri selain wujud Allah, berarti telah terjebak pada syirik dan hilanglah kemurnian tauhid yang sesungguhnya.

Faktor penyebab hijab bagi orang yang menuju kepada Allah, adalah memandang wujud selain Allah itu ada. Allah menciptakan segala wujud akwan (keadaan) ini dari-Nya dan kembali kepada-Nya.

Karena wujud tiap sesuatu itu hakikatnya adalah dengan-Nya, bagi-Nya dan serta-Nya.

Alam semesta hakikatnya 'adam (tidak ada).Keadaan apapun hakikatnya juga tidak ada, karena yang maujud (ada) hanya Allah.Karena wujud alam pada hakikatnya tidak ada, jika menjadi ada dalam pandangan seseorang, maka itulah yang menjadi hijab dalam memandang wujud Allah.

Syekh Abul Hasan As Sadzili ra.berkata, " Bahwasanya kami memandang Allah dengan mata Iman dan yaqin.Hal itu telah menjadi alasan kami untuk senantiasa memandang Allah. Dan kami bertanya tentang keberadaan makhluk, adakah wujud makhluk sebagai sesuatu selain Allah?

Jawabnya: Ternyata kami tidak menemukan wujud selain Allah. Apabila ada wujud selain Allah, maka hal itu merupakan sebuah fatamorgana yang bila dicari dan dikejar tidak akan ditemukan."

Pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang mendindingi Allah, kecuali diri makhluk itu sendiri. Kalau ada yang menganggap Allah terhijabi, berarti orang tersebut belum mengerti hakikat hijab. Bagaimana mungkin Allah bisa dihijabi oleh sesuatu, padahal Allah Maha segala-galanya. Kalau Allah terhijab sesuatu, berarti ada suatu kekuatan lain yang mampu menghijabi Allah. Kalau ada sesuatu yang lebih kuat menghijabi Allah, berarti Allah majhul (terpedaya), berarti juga ada yang lebih dominan daripada Allah. Maha Suci Allah dari sangkaan orang-orang yang tertutup mata hatinya.

RIBUAN HIJAB DENGAN ALLAH



Banyak hal di dunia ini dapat menjadi hijab bagi seseorang dalam memandang Allah.

Dalam hadis qudsi dinyatakan: "Bahwa Allah menghijabi diri-Nya dengan 70.000 hijab."

Pengertian 70.000 hijab jangan difahami secara lafzhiah (tekstual), namun lebih tepat dipahami secara maknawi (subtansi).

Artinya, bahwa Allah sengaja menciptakan ribuan hijab, supaya orang yang berjalan menuju kepada-Nya melakukan perjuangan menyingkap hijab. Sehingga dengan demikian, kualiti keimanan dan keyakinan seseorang teruji.

Perjuangan untuk berjumpa dengan Allah dengan segala rintangannya diibaratkan orang mencari mutiara di laut. Untuk mendapatkan mutiara berkualitas baik, seseorang harus mampu menyelam sampai ke dasar. Padahal semakin dalam menyelam, panorama laut semakin indah.

 Meski ikan berwarna warni dan karang yang mempesona terkadang menyimpan bahaya, namun kebanyakan orang tidak menyadarinya. Dan bagi siapapun yang tidak waspada, semua itu dapat melenakan dan membuat lupa pada tujuan utamanya (mendapatkan mutiara).

Ungkapan tersebut di atas, merupakan metafor yang menyiratkan betapa sulitnya proses menyingkap hijab dalam perjalanan menuju Sang Khaliq.

Sesungguhnya bukan sesuatu yang menghijabi Allah, bukan pula sesuatu yang menjadikan Allah majhul (bodoh), melainkan pandangan seorang hamba yang terhijab.

Hakikatnya yang menjadi hijab adalah zhan atau prasangka), apakah itu prasangka baik atau pun prasangka buruk dalam memandang sesuatu. Allah sendiri menyuruh hamba-bamba-Nya untuk menjauhi prasangka. 

"Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari sangka-sangka, sesungguhnya sebagaian dari sangka-sangka adalah dosa." (Al Hujarat: 12).

Sesungguhnya Allah tidak terhijabi. Namun manusia dengan segala keterbatasan pandangnya yang kerap membuat Allah terhalang. Hal itu bisa terjadi karena zhan atau prasangka yang dibiarkan tumbuh subur dalam hati dan pikirannya. Padahal zhan atau prasangka itu ibarat virus kanker yang mematikan. Sekecil apapun pemunculannya, harus diwaspadai dan segera diambil tindakan agar penyebarannya tidak menjalar keseluruh tubuh.

Zhan atau prasangka tersebut muncul dalam berbagai sendi kehidupan.Diantaranya pangkat, jabatan, materi, anak dan masih banyak lagi.Kelebihan maupun kekurangan fisik juga termasuk zhan yang terkadang
membuat seseorang salah persepsi terhadap Allah. Kecantikan berlebih memunculkan kesombongan, sementara cacat fisik bisa membuat seseorang sibuk merasa rendah diri sehingga tidak sempat mencari tahu makna dari rencana penciptaan Yang Maha Kuasa. Untuk menjernihkan hati dan mengembalikan kesadaran, perlu proses panjang melalui riyadhah dan mujahadah.


KITAB NASHAIHUL IBAAD (BAB DUA HAL.. DUA PENGENDALIAN AKAL



Ada yang mengatakan:
  1. "Berbahagialah orang yang dapat menjadikan akalnya sebagai raja, sedangkan nafsunya dijadikan tawanan.
  2. Celakalah orang yang menjadikan nafsunya sebagai raja, sedangkan akalnya dijadikan tawanan."
Berbahagialah seseorang yang akal sehatnya dapat mengendalikan dorongan nafsunya. Celakalah orang yang akalnya terbelenggu dan dikendalikan oleh nafsunya.