Catatan Popular

Rabu, 9 Oktober 2019


Anas bin Nadhar ra Sahabat yang Mencium Harum Surga di Dunia

 

Anas bin Nadhar adalah saudara kandung Malik bin Nadhar, ayah dari Anas bin Malik, sahabat Nabi SAW yang banyak meriwayatkan hadits.

Hanya saja tidak sepertinya kebanyakan orang Madinah, saudaranya itu memilih untuk tetap dalam agama jahiliahnya. Ia akhirnya tewas dalam kekafiran, walau tidak dalam permusuhan dengan Nabi SAW dan Islam. 
Perang Badar bisa dikatakan terjadi tanpa sengaja, karena pada awalnya pasukan berkekuatan 313 orang sahabat itu dimaksudkan untuk mencegat kafilah dagang Quraisy yang pulang dari Syam. Nabi SAW tidak mewajibkan atau menyeru jihad, karena itu beberapa sahabat tidak mengikutinya, termasuk Anas bin Nadhar. Tetapi begitu mereka mengetahui terjadi pertempuran seru dengan pasukan Quraisy lainnya di Badr, mereka yang tertinggal itu merasa menyesal, termasuk Anas bin Nadhar. 
Ketika pasukan Muslim kembali dari Badr dengan kemenangan, Anas menyongsong Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasullullah, saya tidak ikut dalam permulaan perang melawan orang-orang musyrik. Sungguh, kalau (kehendak) Allah mengikutkan saya memerangi orang-orang musyrik, niscaya Allah mengetahui apa yang aku perbuat." 

Dalam Perang Uhud, kelompok yang tertinggal dalam Perang Badr itulah yang mengusulkan agar menghadapi pasukan kafir Quraisy di luar Madinah, meskipun Nabi SAW menginginkan bertahan di dalam Kota Madinah. Tetapi mereka memang menunjukkan semangatnya yang membara untuk membela dan menegakkan panji ‘Laa ilaaha illallaah”. Ketika kaum muslimin berbalik mengalami kekalahan, Anas bin Nadhar melewati beberapa orang yang kehilangan semangat karena mendengar kabar Rasullullah SAW telah wafat terbunuh, mereka meletakkan senjatanya di tanah.

Melihat hal itu, Anas berkata, "Wahai kalian ini, jika Nabi SAW telah wafat terbunuh, maka Allah Tuhannya Muhammad tidak akan pernah mati, lalu apa yang bisa kalian kerjakan dalam hidup ini jika beliau telah wafat? Berperanglah kalian demi sesuatu yang Nabi berperang untuknya, dan matilah kalian demi sesuatu yang beliau wafat karenanya…!!" 
Sesaat kemudian ia berdoa, "Ya Allah, aku memohonkan ampun kepada-Mu atas apa yang mereka katakan, dan aku berlepas diri dari apa yang diperbuat oleh orang-
Setelah itu ia meloncat untuk meneruskan jihadnya. Ia sempat bertemu Sa'd bin Mu'adz dan berkata, "Wahai Sa'd, sungguh aku mencium bau surga di balik Bukit Uhud ini." 
Anas bertempur dengan perkasa menerjang barisan musuh hingga menemui syahidnya. Setelah pertempuran selesai, tidak ada yang bisa mengenali jasad Anas, sampai akhirnya saudara perempuannya, Bisyamah yang tahu ciri-ciri khusus Anas yang bisa mengenalinya.

Tak kurang dari delapan puluh tusukan tombak dan luka sayatan pedang yang ada di wajah dan tubuhnya, sehingga ia tidak mudah dikenali siapa dirinya. 

Anas r.a. menceritakan bahwa pada perang Uhud pamannya (Anas bin al-Nadhar) berkata, "Demi Zat yang menguasai jiwaku, aku mencium wangi surga di bawah bukit Uhud, sungguh itu benar-benar wangi surga."
Anas bin Nadhar r.a. kemudian mati syahid dalam perang itu. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Tiada ulasan: