Catatan Popular

Khamis, 28 September 2017

Saat Imam As Syafi’i Bingung dengan Firasatnya


Ketika melakukan  perjalanan ke Yaman dalam rangka menuntut ilmu Imam As Syafi’i ditemani oleh budaknya. Di tengah perjalanan ia menyaksikan seorang laki-laki duduk di beranda rumahnya.

Imam As Syafi’i pun melihat laki-laki itu dengan kemampuan firasatnya yang kuat, ia menemui bahwa laki-laki itu memiliki perangai yang amat buruk.
Namun karena terpaksa, Imam As Syafi’i pun bertanya kepada lelaki tersebut,”apakah ada rumah untuk disinggahi?”
“Ya”, laki-laki itu pun mengiyakan.
Laki-laki itu pun lantas mempersilahkan Imam As Syafi’i bermalam di rumahnya, ia amat memuliakan Imam As Syafi’i. Laki-laki itu juga menghidangkan makan malam dan makanan lainnya yang lezat untuk Imam As Syafi’i dan budaknya tersebut.
Bahkan laki-laki itu juga memberi makanan untuk hewan tunggangan Imam As Syafi’i dan memberikan alas tidur dan bantal. Melihat perbuatan itu, Imam As Syafi’i merasa kebingungan, karena laki-laki ini menurut firasatnya adalah laki-laki yang berperangai paling buruk.
Di pagi harinya, Imam As Syafi’i pun berterima kasih kepada lelaki tersebut. Sebelum berniat untuk pergi Imam As Syafi’i menemui laki-laki itu.”Jika Anda pergi ke Makkah dan melalaui Dzu Thuwa, maka tanyalah rumah Muhammad bin Idris As Syafi’i”, kata Imam As Syafi’i. Ia bermaksud untuk membalas kebaikan lelaki tersebut.
“Apakah engkau seorang sahaya?” Tanya lelaki itu kepada Imam As Syafi’i.
“Tidak”, jawab Imam As Syafi’i.
“Apakah aku memiliki tanggungan harta terhadapmu?”
“Tidak”, Imam As Syafi’i menjawab dengan kebingungan mengenai maksud pertanyaan-pertanyaan itu.
“Kalau begitu, berikan kepadaku ganti atas apa yang aku berikan kepadamu tadi malam.” Laki-laki itu mulai menampakkan perangai buruknya.
“Apa itu?” Tanya Imam As Syafi’i.
“Aku telah membelikan untukmu makanan dengan dua dirham, serta lauk dengan harga sekian, minyak wangi dengan tiga dirham, juga makanan tungganganmu dua dirham, sewa alas tidur dan bantal dua dirham,” kata laki-laki itu memperinci.
“Wahai anak muda sila beri ya.” Kata Imam As Syafi’i kepada budak yang menyertainya.
Kemudian Imam As Syafi’i pun menghampiri laki-laki itu dengan tersenyum karena mengetahui firasatnya tepat.
“Ada lagi yang lain?” Tanya Imam As Syafi’i.
“Ya, sewa rumah. Aku telah menyediakan untukmu sedangkan aku sendiri merasa kesempitan.” Jawab laki-laki itu.

Tiada ulasan: