Catatan Popular

Ahad, 9 Jun 2019

KISAH HIKMAH RASULULLAH : Kisah Kedermawanan Rasulullah Yang Melampaui Batas


Rasulullah adalah orang suka memberi. Tidak menimbun harta kekayaan untuk diri atau keluarga sendiri. Rasulullah tidak segan-segan memberikan hartanya kepada sahabat yang membutuhkan, meski dirinya pada saat itu juga dalam keadaan butuh.

Kedermawanan Rasulullah tidak diragukan lagi. Sehingga Anas bin Malik, salah satu pelayan Rasulullah, menilai kalau Rasulullah adalah orang paling dermawan (ajwadun nas).

Banyak cerita tentang kisah kedermawanan Rasulullah.

Diantaranya adalah kisah yang diriwayatkan Tirmidzi.

Dikisahkan bahwa pada saat itu Rasulullah yang sedang bersama Sayyidina Umar bin Khattab didatangi seorang lelaki. Seorang lelaki itu sengaja menemui Rasulullah untuk meminta sesuatu. Tanpa Fikir panjang, Rasulullah langsung memberinya.

Keesokan harinya, lelaki itu mendatangi Rasulullah lagi untuk meminta-minta. Tanpa banyak tanya, Rasulullah lagi-lagi memberinya sesuatu.

Pada hari ketiga, seorang lelaki tersebut menemui Rasulullah. Ia meminta-minta kepada Rasulullah. Namun sayang, pada hari ketiga itu Rasulullah sedang tidak memiliki sesuatu apapun untuk diberikan kepada lelaki itu. 

“Aku tidak mempunyai apa-apa sekarang. Tapi ambillah apa yang engkau mau dan jadikan sebagai Hutangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku akan membayarnya,” kata Rasulullah kepada lelaki itu.

Rupanya Rasulullah masih boleh memberi kepada lelaki itu, meski dirinya pada saat itu tidak memiliki sesuatu untuk diberikan. Caranya, lelaki itu diminta untuk berhutang kepada orang lain. Hutang itu lalu diatas namakan kepada Rasulullah. Jika Rasulullah sudah punya wang, maka ia akan membayar hutang lelaki itu.  

Apa yang dilakukan Rasulullah itu ternyata ‘dikritik’ Sayyidina Umar bin Khattab. Sayyidina Umar berpendapat, Rasulullah tidak perlu memaksakan diri untuk memberi kalau memang sedang tidak memiliki sesuatu untuk diberikan. 

Kritikan Sayyidina Umar bin Khattab itu langsung direspons seorang sahabat Anshar yang baru datang.

Sahabat Anshar itu menyarankan agar Rasulullah terus berinfak dan tidak mempedulikan perkataan Sayyidina Umar bin Khattab.

“Jangan takut dan jangan khawatir dengan kemiskinan,” kata sahabat Anshar itu.

“Ucapan itulah yang diperintahkan Allah kepadaku,” kata Rasulullah kepada Sayyidina Umar.

Sikap dermawan sudah sangat melekat pada diri Rasulullah. Bahkan pada saat-saat akhir hidupnya, Rasulullah berpesan kepada Sayyidah Aisyah agar menyedekahkan hartanya yang tersisa. Rasulullah tidak ingin ketika wafat masih menyimpan harta.

Ketika Rasulullah sakit menjelang wafatnya beliau memerintahkan istrinya, Sayyidah Aisyah, untuk mengirimkan beberapa wang dinar kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib agar disedekahkan. Setelah menyampaikan pesan itu Rasulullah pingsan, Sayyidah Aisyah lantas dibuat sibuk akan hal itu.

Ketika Rasulullah sadar kembali, beliau menanyakan kepada Sayyidah Aisyah apakah wang dinarnya itu sudah diberikan kepada Sayyidina Ali untuk diinfakkan. Rasulullah lantas tidak sadarkan diri lagi, Sayyidah Aisyah sibuk dibuatnya sehingga tidak sempat menunaikan amanat Rasulullah itu.

Untuk yang ketiga kalinya, Rasulullah mengingatkan agar wang dinarnya yang disimpan Sayyidah Aisyah diberikan kepada Sayyidina Ali agar disedekahkan. Lag-lagi Rasulullah pingsan lagi.

Akan tetapi beberapa saat setelah kejadian itu, Sayyidah Aisyah menunaikan amanat Rasulullah itu. Beberapa wang dinar Rasulullah itu akhirnya diberikan kepada Sayyidina Ali dan disedekahkan kepada para sahabat yang membutuhkan.


Tiada ulasan: