Allah SWT bersama orang-orang yang taat dan bertakwa.
Setelah
Nabi Musa AS mengabulkan permohonan kaumnya (Bani Israil) agar Sabtu dijadikan
hari spesial, aktiviti sosial pada hari itu selalu sunyi dan sepi.
Seluruh
kaum Bani Israil berada di rumahnya masing-masing, mereka khusyuk menjalankan
ibadah, seperti yang diajarkan Nabi Musa pada saat itu.
Persetujuan
itu setelah Nabi Musa menerima wahyu, seperti ditulis dalam Alquran surah Shaad
ayat ke-20. "Dan (Kami tundukan pula) burung- burung dalam keadaan
berkumpul. Masing- masingnya amat taat kepada Allah SWT."
Hanya
sedikit di antara kaum itu yang berada di luar melakukan aktivitasnya, tapi
bukan berdagang, melaut, atau bercocok tanam, melainkan mereka saling bertemu
sanak famili dan membicarakan agenda esok hari setelah Sabtu.
Sejak
dahulu Allah SWT telah menetapkan satu hari dalam sepekan yang khusus
diwajibkan menjalankan ibadah secara berjamaah dan menerima tuntunan-tuntunan
Allah SWT dengan perantara nabi dan rasul yang diutus ke kaum masing-masing.
Akan tetapi, entah mengapa, pada zaman Nabi Musa, Bani Israil memohon agar hari
itu dijadikan pada Sabtu saja.
Keinginan
mereka akhirnya dikabulkan Allah setelah turun ayat ke-20 dalam surah
Shaad.
Dengan
begitu, terikatlah menurut syariat Nabi Musa bahwa Sabtu itu adalah hari
istimewa.
Khusus
pada Sabtu itu, setiap orang tidak boleh bekerja mencari nafkah layaknya
rutinitas sehari- hari. Sabtu adalah hari yang memang benar-benar diistimewakan
untuk menyembah Allah, bersyukur dan untuk sebagian waktu menerima pelajaran
agama Allah yang disampaikan Nabi Musa.
Tidak
adanya aktiviti ekonomi seperti berdagang, melaut, dan bertani untuk membiayai
kehidupan sehari-hari itu sudah menjadi syariat dan tradisi kaum Bani Israil
sejak zaman Nabi Musa sampai pada zaman Nabi Daud.
Syariat
dan tradisi Bani Israil itu berpengaruh pada proses ekosistem hewani yang ada
di perairan luas. Ekosistem di Laut Merah, seperti ikan, setiap Sabtu, segala
jenis ikan bukan main banyaknya, ikan besar dan kecil bermunculan ke
permukaan.
Anehnya,
ikan-ikan terse but pada hari selain Sabtu tidak ada seekor pun yang muncul
sehingga membuat jenuh sebagian kaum lain ketika melaut tidak mendapatkan ikan.
Tradisi
larangan mela ku kan aktivitas selain ibadah dan bela jar itu berlanjut dari
waktu ke waktu, dan semakin banyak segala jenis ikan-ikan besar dan kecil
menyembul ke permu?
kaan Laut
Merah. Ikan-ikan itu tampak tidak takut meski berada di depan manusia.
Ikan-ikan itu seakan tahu, meski berada di dekat manusia, dia tidak akan
dimangsa.
Kumpulan
ikan yang begitu banyaknya berada di perairan dangkal di Laut Merah,
memunculkan keinginan dan nafsu serakah Bani Israil yang tinggal di dekat Laut
Merah untuk menangkap dan segera memakannya.
Perundingan
Syahdan, fenomena tersebut menggiurkan sekelompok Bani Israil yang tidak taat.
Mereka mencoba mengompromikan larangan tersebut dan melakukan perundingan
bagaimana supaya sepakat menangkap ikan pada Sabtu. Mereka kesal, karena hanya
pada hari Sabtu saja ikan-ikan itu bisa ditangkap, sementara hari-hari biasa
ikan itu sulit ditangkap meski sudah menjelajahi Laut Merah sampai ke tengah.
"Kita
pasti akan mendapatkan ikan banyak dengan cara yang gampang jika menangkapnya
pada hari Sabtu,\" kata salah seorang kaum Bani Israil.
Perundingan
itu tak menuai kesepakatan. Muncul perbedaan. Ada yang sepakat dan ada yang
tidak. Bagi kelompok yang tidak sepakat, mereka berpendapat, "Bukankan
hari itu (Sabtu) dilarang melakukan aktivitas selain beribadah kepada Tuhannya
Nabi Daud?"
Karena
yang menolak sedikit, sementara yang setuju banyak, akhirnya pada hari Sabtu
itu sebagian kaum Bani Israil menangkap ikan di Laut Merah. Benar bahwa hasil
tangkapan mereka jauh lebih banyak dari hasil mereka pada hari-hari lain.
Alangkah
senang hati mereka mendapatkan ide menangkap ikan banyak.
Dengan
hasil keputusan tadi, Sabtu bukan lagi untuk fokus menyembah Allah, bersyukur
dan belajar ilmu agama, melainkan digunakan sebagai pesta pora karena mendapat
tangkapan ikan banyak di laut.
Sebagian
kaum Bani Israil yang menolak (beriman) segera memberikan peringatan dan
nasihat, tapi arahan itu tidak dihiraukan oleh mereka yang ingkar. Karena ini
sudah menjadi tradisi turun- temurun, akhirnya kaum yang beriman itu berjaga-
jaga di Laut Merah. Tujuannya agar tidak ada satu orang pun dari kaum manapun
yang menangkap ikan pada Sabtu.
Penjagaan
itu mendapat reaksi keras dari kaum yang setuju Sabtu digunakan untuk menangkap
ikan. Adu mulut antara kaum Bani Israil yang taat dan tidak mulai terjadi dan
hampir bentrok.
Golongan
yang ingkar berkata, "Kampung ini bukan kepunyaan kalian saja. Kami juga
berhak atas kampung ini," katanya.
Karena
kedua belah pihak sudah lelah menyampaikan pendapatnya akhirnya diputuskanlah
kesepakatan, yakni membagi dua daerah tersebut.
Dan, kaum
beriman setuju. Persetujuan itu didasari keinginan agar tidak ada lagi
perpecahan karena kaum satu dan kaum lainnya berbeda pendapat tentang tradisi
dilarang melaut ketika Sabtu.
"Baiklah
kita bagi dua saja daerah ini. Sehingga, kami merdeka berbuat apa saja yang
kami inginkan, di kampung bagian kami, dan kalian juga merdeka pula berbuat apa
yang kalian kehendaki atas hak kalian,\" katanya.
Setelah
diputuskan kesepakatan itu, Sabtu menjadi waktu berpesta bagi kaum yang tidak
beriman. Mereka tidak lagi menggunakan Sabtu untuk menyembah Allah SWT.
Sementara, kaum yang beriman tetap mengingatkan dan menyeru keluarga dan
kerabat dekatnya agar tidak meniru melakukan pesta pada hari tersebut.
Karena
pelanggaran ini terj adi pada zaman Nabi Daud, akhirnya Nabi Daud berusaha
keras mem peringatkan kaum yang melaut pada Sabtu. Nabi Daud juga
memperingatkan kaum Bani Israil yang melaut agar tidak lagi berpesta, hanya
karena mendapatkan tangkapan ikan ba nyak.
Namun,
usaha itu tidak berhasil sehingga ma sa lah ini dia serahkan kepada Allah SWT,
dengan harapan agar Allah SWT saja yang mem peringatkan.
Kemudian,
turunlah ayat ke-18 surah Shaad. "Sesungguhnya kami telah menundukkan
gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.”
Orang-orang
tidak mau mengikuti nasihat Nabi Daud dan semakin ingkar. Mereka tamak dalam
kehidupannya, mereka mengerjakan segala macam dosa dalam hidupnya. Tabiat
mereka berubah menjadi seperti kera atau beruk, tidak tahu halal dan haram,
tidak kenal pematang atau pagar.
Akhirnya,
bukan hanya tabiatnya yang berubah jelek, tetapi rupa dan bentuk merek juga
jadi memburuk. Tabiat yang kasar dan dosa yang terlalu banyak telah meng ubah
bentuk dan rupa mereka, menyerupai kera atau lebih buruk.
Pada satu
hari terjadilah gempa yang begitu dasyat sehingga membuat desa itu luluh
lantak.
Gempa itu
melenyapkan semua golongan ingkar yang sedang melakukan aktivitas pada Sabtu.
Sementara, golongan yang beriman selamat. Mereka lah orang- orang yang taat
terhadap perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.