Catatan Popular

Isnin, 13 Mei 2013

PAPARAN TASAWWUF DALAM AL QUR’AN : HIJAB QALB

Sebab-sebab Qalb Terhijab

Qalb yang bersih jarang terdapat. Kebanyakan qalb dalam keadaan terkotori oleh tapak-tapak dosa. Karenanya, ia tidak dapat berfungsi sebagaimana yang seharusnya; ia dalam keadaan terhijab. Terdapat dua sebab utama dari keadaan ini, yaitu:

1. Mencintai kehidupan dunia.
2. Mempertuhankan hawa-nafsu.

Akibatnya…

Pada al-Hadits tentang 4 jenis qalb yang telah dibahas sebelumnya, maka tentulah jenis yang pertama dan yang ke dua tidak perlu dibicarakan lagi di sini. Jenis yang ke tiga adalah qalb al-Munafiq; yang disebut demikian sebab ia menyatakan dengan lisannya bahwa Allah merupakan Tuhannya, tetapi ia mempertuhankan hawa-nafsu dan mencintai dunia.

Sedangkan untuk jenis yang ke empat, yakni yang tercampur-aduk di-qalb-nya antara iman dan nifaq, maka ia kesulitan dalam memastikan petunjuk dalam kehidupannya. Jika petunjuk itu datang ke bagian qalb-nya yang sudah diimankan maka tentulah ia benar. Sebaliknya jika petunjuk itu ditangkap oleh bagian qalb-nya yang lain maka kebalikannya lah yang terjadi.

… orang-orang beriman dan tidak mencampur-adukkan keimanan mereka dengan kedzaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan merekalah yang mendapat petunjuk (muhtaduun).1

Pada keadaan yang parah, yaitu akibat lama terliputi oleh hijab yang tebal, maka qalb mengeras seperti batu. Akibatnya, syaithan—yang bekerja melalui syahwat dan hawa-nafsu dari orang itu sendiri—dapat mengendalikan sang pemilik qalb.

… bahkan qalb mereka telah menjadi keras dan syaithan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang mereka perbuat. 2

… dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara al-mar’i seseorang dengan qalb-nya, dan sesungguhnya kepada-Nya lah kalian akan dikumpulkan. 3

Istilah-istilah lain yang digunakan di dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan qalb yang terhijab sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya ialah dinding,4


 terkunci-mati,5

atau tutup;6

semuanya menggambarkan keterputusan komunikasi antara pemiliknya dengan Penciptanya.

Jika keadaan qalb seperti itu menyebabkan pemiliknya hidup di alam dunia ini bagaikan perahu tersesat kehilangan kemudi, maka pada alam-alam berikutnya yang tingkat kompleksitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan alam-dunia ini ia akan berada dalam keadaan yang lebih buruk lagi.

Dan barangsiapa buta di dunia ini, niscaya di akhirat buta dan lebih tersesat lagi dari jalan.7

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Ia berkata): Yaa, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dulunya adalah seorang yang melihat?8

Al-Qur'an sendiri menerangkan bahwa kebutaan yang dikeluhkan dalam ayat di atas bukanlah suatu cacat yang terdapat pada jasad sang manusia, yang kebanyakan sempurna seluruhnya, melainkan yang terdapat di dalam jasad manusia. Hakikat manusia adalah pada jiwanya. Aspek inilah yang akan terus berjalan menelusuri alam-alam berikutnya.

Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka mempunyai qulub yang ber-‘aql dengannya, atau mempunyai telinga yang mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, akan tetapi yang buta (adalah) qulub yang di dalam dada (shudur). 9

 Harus Dikembalikan kepada Allah…

Terangkanlah kepadaku, jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup atas qalb-mu siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?10

Hal pertama yang mesti dilakukan adalah bertaubat (= kembali) kepada Allah. Melakukan yang sebaliknya berarti merugikan diri sendiri.

… dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang dzalim (Adz-dzalimun). 11


 Mencari Jalan…

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah cara (wasiilah) dan berjihadlah dalam jalan (sabiil)-Nya, supaya kamu beruntung.12

Dan barangsiapa berjihad di dalam Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (subulana), …13


Berupaya Menjadi Golongan yang Ditunjuki


Keterbukaan qalb merupakan syarat agar dapat termasuk golongan yang ditunjuki atau dipandu oleh Sang Pencipta. Mekanisme pemanduan ini mempergunakan perangkat qalb.

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu orang-orang yang beriman billah, dan hari akhirat, dan menegakkan shalat, dan menunaikan zakat, dan tidak takut (yakhsya) kepada selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang ditunjuki (al-muhtadiin).14

Wahai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap mereka yang gugur dalam sabiil Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kegembiraan kepada mereka yang sabar. Yaitu, mereka yang jika ditimpa musibah mengatakan ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang atas mereka shalawat dari Rabb mereka dan rahmat, dan merekalah yang mendapat petunjuk (al-muhtaduun).15


… Sekiranya tidak karena fadhilah Allah atasmu dan rahmat-Nya kepadamu, tiada seorang pun dari kamu bersih selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.16

…Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.17

…dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang dzaliim.18


dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (al-qawm al-fasiqiin).19


Barangsiapa diberi petunjuk Allah maka dialah al-muhtad, dan barangsiapa disesatkan maka dialah golongan yang merugi (al-khasiruun 20)

Tiada ulasan: