Catatan Popular

Khamis, 9 Februari 2017

YUSUF BIN AL-HUSAIN AR RAZI DAN SEORANG HAMBA PEREMPUAN

Seorang saudaragar telah membeli seorang hamba perempuan seharga seribu dinar di Nishapur. Ia berpiutang kepada seorang di kota lain. Si saudagar hendak pergi ke sana dengan segera untuk menagih piutangnya itu. Tetapi di kota Nishapur tak seorang pun yang dapat dipercayainya untuk dititipkan hamba perempuannya itu. Oleh karena itu pergilah ia menemui Abu' 'Utsman al-Hiri dan menjelaskan masalah yang dihadapinya itu. Mula-mula Abu 'Utsman menolak titipan budak perempuan itu, tetapi si saudagar tetap meminta pertolongannya:
"Izinkanlah dia tinggal di dalam haremmu. Aku akan kembali dalam waktu secepatnya".
Akhirnya Abu 'Utsman menyerah dan si saudagar meninggalkan tempat itu. Tanpa disengaja terpandanglah gadis itu oleh Abu 'Utsman dan iapun tergila-gila kepadanya. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya pergilah ia ke rumah gurunya Abu Hafshin bin Haddad, untuk meminta nasehat. Abu Hafshin bin Haddad me nasehatkan:
"Pergilah ke Rayy dan mintalah nasehat kepada Yusuf bin al-Husain".
Maka berangkatlah Abu 'Utsman ke negeri Iraq. Ketika sampai di kota Rayy, ditanyakannya tempat tinggal Abu Yusuf bin al-Husain. Tetapi orang-orang mencegahnya ke sana.
"Apakah urusanmu dengan manusia bid'ah yang terkutuk itu? Engkau tampaknya sebagai seorang yang saleh, bergaul dengannya berarti menjerumuskan dirimu sendiri".
Sedemikian banyak keburukan-keburukan Yusuf yang diperkatakan orang sehingga Abu 'Utsman menyesal, mengapa ia sampai datang ke kota Rayy itu. Akhirnya iapun kembali ke Nishapur.
"Apakah engkau telah bertemu dengan Yusuf bin al-Husain?" satu pertanyaan Abu Hafshin menyambut kedatangannya di Nishapur.
"Tidak", jawab Abu 'Utsman.
"Mengapa tidak?" tanya Abu Hafshin.
"Aku dengar segala tingkah laku Yusuf", kemudian lalu dikisah-kannya segala sesuatu yang disampaikan penduduk Rayy kepadanya. "Oleh karena itulah aku tidak pergi menemuinya dan kembali ke Nishapur".
"Kembalilah ke Rayy, dan temuilah Yusuf", Abu Hafshin mendesak 'Utsman.
Abu "Utsman pergi lagi ke Rayy dan sekali lagi bertanya-tanya, di manakah tempat tinggal Yusuf. Dan penduduk kota Rayy seratus kali lebih banyak memburuk-burukkan Yusuf daripada sebelumnya.
"Aku mempunyai suatu urusan penting dengan Yusuf", Abu 'Utsman menjelaskan kepada mereka.
Akhirnya mereka mau juga menunjukkan kediaman Yusuf. Sesampainya di tempat Yusuf, dilihatnya seorang tua yang sedang duduk. Dan seorang remaja tampan yang tak berjanggut berada di depannya. Si pemuda sedang menyajikan sebuah cembung dan cangkir. Wajahnya berseri-seri. Abu 'Utsman masuk, mengucapkan salam dan duduk. Syeikh Yusuf memulai pembicaraan, mengucapkan ajaran-ajaran yang sedemikian mulia dan luhur, membuat Abu 'Utsman terheran-heran. Akhirnya berkatalah Abu 'Utsman:
"Demi Allah, dengan kata-kata dan pemikiran-pemikiran seperti ini, apakah yang telah terjadi atas dirimu? Anggur dan seorang remaja yang belum berjanggut?"
"Remaja yang tak berjanggut ini adalah puteraku, dan hanya sedikit orang yang tahu bahwa ia adalah puteraku", jawab Yusuf. "Aku sedang mengajarkan al-Qur'an kepadanya. Bejana anggur ini, kebetulan kutemukan di tempat sampah. Bejana ini kuambil, kucuci dan kuisi air, sehingga aku dapat menyuguhkan air kepada orang-orang yang ingin minum karena selama ini aku tak punya sebuah tempayan pun".
Abu 'Utsman bertanya pula, "Demi Allah, mengapakah engkau bertingkah laku seperti ini sehingga orang-orang mengatakan hal-hal yang bukan-bukan mengenai dirimu?"
"Aku bertingkah laku seperti ini agar tidak ada orang yang sudi menitipkan hamba perempuannya yang berbangsa Turki kepadaku".
Mendengar jawaban ini, Abu 'Utsman merebahkan dirinya di kaki sang syeikh. Sadarlah ia bahwa Yusuf sebenarnya telah mencapai tingkat kesalehan yang tinggi.


Tiada ulasan: