Catatan Popular

Khamis, 9 Februari 2017

HIKAM ATHAILLAH KE 7 : JANGAN MERAGUKAN JANJI ALLAH KEPADA KITA

Dalam Kalam Hikmah ke 7 Imam Ibnu Atai’illah Askandary  menyatakan 
"Janganlah kamu meragukan janji (Allah), karena tidak terjadinya apa yang telah Allah janjikan tersebut pada waktunya. Karena keraguanmu tersebut bisa menutupi mata-hatimu (bashirah) serta memadamkan nur cahaya batinmu (sirr-mu)."

Ibnu Aththaillah mengawalinya dengan

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” QS. Ghofir : 51, 

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”  QS. Al-Qashas : 5,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” An-Nahl : 97

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”  Muhammad : 7.
Muara dari semua ayat ini satu: Janji-janji Allah.

Memang banyak sekali ayat Qur'an yang berisi janji-janji Allah untuk memberi kesejahteraan dan kelapangan bagi hamba yang saleh. Namun terkadang janji itu tak kunjung datang meski orang yang dijanjikan merasa telah berhak mendapatkan. Kendati pun demikian jangan mmbuat seseorang larut dalam keraguan atas janji-janji itu. Karena hal ini dapat meredupkan cahaya hati.

Kadang kita dihadapkan pada sebuah paradoks; orang saleh hidup sengsara, yang tak saleh justru sejahtera. Ada apa?  Mengapa dalam hal ini kita dilarang ragu akan janji Tuhan, sedangkan yang terjadi di depan mata selalu sebuah kesenjangan?  Iya. Kita tidak boleh ragu sedikitpun. Al-Buthi akan menjelaskan pada kita rahasia yang terkandung dalam janji yang tak segera tunai.

Mengapa terjadi keraguan atas janji Allah? Karena manusia terlalu tinggi meletakkan haknya di atas kewajiban-kewajibannya. Seseorang yang jauh dari dekapan hadrotillah serta sibuk dengan urusan dunia, cenderung menganggap remeh hak-hak Ilahiyah yang wajib baginya. Serta menganggap kesenangan dan harapan-harapannya sebagai anugerah yang dijanjikan Tuhan kepadanya.

Sebaliknya seseorang yang mengenal Allah, sifat-sifatNya serta menjauhi kesibukan dunia, ia melihat hak-hak ilahiyah di atas kapentingan pribadi. Sehingga pada saatnya ia melaksanakan kewajiban seperti shalat, zakat, puasa dan haji sama sekali ia tidak merasa berhak atas janji apapun. Karena dalam amalnya ia selalu merasa jauh dari sempurna, banyak cacat dan mungkin saja syarat-rukunnya tidak terpenuhi. Maka terbentuklah logika 'Allah sudi menerima (qabul) amal saya saja sudah untung, meski tidak saya dijanjikan apa-apa.'

Maha Suci Allah yang menjadikan Baginda Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik di setiap amal perbuatannya. Rasulullah adalah manusia dengan kadar Ma'rifat, cinta dan ta'dzim yang paripurna kepada Allah SWT. Merasa tidak sempurna dalam beramal ini membuat Baginda Nabi larut dalam istighfar, seolah2 beliau hamba paling pendosa. Maka Nabi berkata, "Aku beristighfar dalam sehari 100 kali". Riwayat lain, "Setiap hari aku istighfar lebih 70 kali."

Inilah yang kemudian diadopsi dalam adagium sufi yang masyhur " Kebaikan yang dilakukan oleh orang yang masih tingkat abrar, adalah kesalahan bagi orang yang mencapai tingkat muqarrabin.

Maka disimpulkan bahwa Allah tidak akan ingkari janji-janji, selama hamba melakukan amal dengan baik dan ikhlas.Sedangkan yang mampu mencapai fase ikhlas dalam amal ini adalah mereka yang ma'rifat kepada Allah dan hatinya dipenuhi cinta dan takdzim. Tidak bagi mereka yang baru membangun pondasi keislaman yang rapuh, sudah meletakkan hak pribadi lebih tinggi dari kewajibannya selaku hamba.

Kisah unik berkenaan dengan hikmah ini.
Perihal orang awam yang meminta diperlihatkan karamah orang-orang Saleh. Orang awam berkata pada orang saleh, "Perlihatkan pada kami sedikit dari karamah yang kau miliki untuk menambah iman dan keyakinanku pada Allah!. " Orang Saleh tersebut mnjawab, "Apa kamu tidak melihat keajaiban luar biasa terjadi setiap hari dalam kehidupanku?“. Si awam menjawab," Tidak".  "Aku berjalan di muka bumi dengan selamat tidak tergelincir, tidak terjerembab ke dalamnya ini adalah sebuah karamah besar bagiku. Padahal aku berhak terjatuh, terluka dan mendapat kehancuran tersebab amal yang tak kunjung sempurna serta senantiasa lalai perintahNya. Justru Allah menjagaku, melindungiku tidak membiarkan aku binasa, padahal umat terdahulu hancur sebab kesalahan kecil yang diperbuatnya.


Tiada ulasan: