Catatan Popular

Rabu, 30 Disember 2020

Asma binti Umais Istri Si Burung Surga

Peristiwa hijrah yang pertama ke Habsyah yang dilakukan oleh sekelompok kaum muslimin atas perintah Rasulullah SAW adalah ujian berat bagi keimanan mereka.

Hidup dinegeri orang yang jauh dari sanak famili dan belum memiliki kepastian hidup dinegeri asing. Apalagi perjalanan yang sangat berat dengan berlayar membelah lautan. Semata mata hal itu dilakukan karena taat kepada Allah dan RasulNya.Amir rombongan yang memimpin hijrah adalah Ja’far bin Abi Thalib. Dialah yang menjadi juru bicara dalam menyampaikan keinginan kaum muslimin kepada Raja Najasyi untuk mendapat ijin tinggal di negeri Habsyah.

 

Istri dari Ja’far bin Abi Thalib juga ikut didalam rombongan hijrah ini.

Namanya Asma binti Umais. Di negeri Habsyah beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan. Adapun putra beliau yaitu Abdullah sangat mirip dengan ayahnya, sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Rasulullah SAW, sehingga hal itu menggembirakan hati beliau dan menumbuhkan perasaan rindu untuk melihat Rasulullah SAW. Pernah Rasulullah SAW bersabda kepada Ja`far:

 

“engkau menyerupai bentuk fisik ku dan juga akhlakku.”

 

Asma binti Umais adalah seorang wanita yang cerdas dan memiliki daya fakir yang tinggi, juga seorang yang penyabar.

Beliau juga memiliki keberanian yang memukau dalam menyampaikan pendapat kepada Rasulullah. Ada peristiwa menarik sesaat setelah kedatangan Ja’far bin Abi Thalib beserta rombongan dari negeri Habsyah menuju ke kota Madinah untuk hijrah kali kedua. Saat itu Asma masuk ke dalam rumah Hafshah binti Umar  untuk menemaninya sesaat setelah tatkala pernikahannya dengan Rasulullah SAW, kemudian Umar masuk ke rumah Hafshah sedangkan Asma berada di sisinya, lalu beliau bertanya kepada Hafshah, ‘Siapakah wanita ini?” Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma binti Umais? Umar bertanya, inikah wanita yang datang dari negeri Habasyah di seberang lautan?’ Asma menjawab, “Benar.”

 

Umar berkata; ‘Kami telah mendahului kalian untuk berhijrah bersama Rasulullah SAW, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah SAW dari pada kalian. “Mendengar hal itu Asma tidak terima dan dia tidak tahan atas kesewenang wenangan Umar terhadap dirinya, maka ia berkata “Tidak demi Allah, kalian bersama Rasulullah SAW sedangkan beliau memberi makan bagi yang kelaparan di antara kalian dan mengajarkan bagi yang masih bodoh diantara kalian, adapun kami di suatu negeri yang jauh dan tidak disukai yakni Habsyah, dan semua itu adalah demi keta`atan kepada Allah dan Rasul-Nya”

Kemudian Asma diam sejenak selanjutnya berkata: “Demi Allah aku tidak makan dan tidak minum sehingga aku laporkan hal ini kepada Rasulullah SAW, kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku sampaikan kepada Rasulullah SAW, aku akan tanyakan kepada beliau, demi Allah aku tidak berdusta, tidak akan menyimpang dan tidak akan menambah-nambah.”

 

Sesaat kemudian Rasulullah SAW datang, maka berkata Asma kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah sesungguhnya Umar berkata begini dan begini.”

Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, “Apa yang telah engkau katakan kepadanya?”. Umar menjawab, “Aku katakan begini dan begini”.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada Asma`:

 

“Tiada seorangpun yang berhak atas diriku melebihi kalian, adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali akan tetapi kalian ahlus safinah (yang menumpang kapal) telah berhijrah dua kali.”

 

Betapa gembiranya hati Asma setelah mendengar sabda Rasulullah tersebut, sungguh segala kepayahan dan kesusahan yang selama ini ia rasakan dinegeri asing langsung luluh berganti dengan suka cita yang mendalam. Bukan hanya Asma yang merasa bahagia dengan hadits ini, semua ahlus safinah juga ikut merasakan kegembiraan yang sama.

 

Asma’ berkata: “Sungguh aku melihat Abu Musa dan orang-orang yang telah berlayar (berhijrah bersama Asma’ dan suaminya) mendatangiku dan menanyakan kepadaku tentang hadits tersebut, maka tiada sesuatu dari dunia yang lebih menggembirakan dan lebih besar artinya bagi mereka dari apa yang disabdakan Nabi SAW kepada mereka.”

 

Inilah bukti dari tulusnya pengorbanan mereka dalam melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Mereka tidak mengharap harta dunia dan perhiasannya, tapi semata mata mengaharap pahala dari Allah dan kecintaan dari Rasulullah SAW terhadap mereka.

Tiada ulasan: