Catatan Popular

Isnin, 12 Jun 2017

KISAH 'AMRU BIN 'UTSMAN AL-MAKKIY DAN KITAB RAHASIA

Abu Abdullah 'Amru bin'Utsman al-Makkiy, salah seorang murid Junaid, mengunjungi Isfahan dan meninggal dunia di kota Baghdad pada tahun 291 H/ 904M. atau pada tahun 297H/910M.

Suatu hari 'Amr bin 'Utsman al-Makkiy menterjemahkan Kitab Rahasia di atas sehelai kertas. Kertas tersebut ditaruhnya di bawah sejadahnya. Ketika ia pergi bersuci, saat itu ia dengar ada kegaduhan, lalu ia menyuruh seorang hambanya untuk mengambil kertas tersebut. Si hamba membalik sajadah itu, ternyata kertas tersebut telah hilang. Hal ini segera disampaikannya kepada tuannya.

"Buku itu telah hilang, dicuri orang", 'Arrru bin 'Utsman berkata. Kemudian ia menambahkan, "orang yang mencuri Kitab Rahasia itu niscaya dalam waktu dekat ini akan dipotong kaki dan tangannya. Ia akan dimasukkan ke dalam kurungan, kemudian dibakar dan abunya akan diterbangkan angin. Pada saat ini pastilah ia telah sampai ke tempat Rahasia itu".

Sesungguhnya inilah yang tertulis di dalam Kitab Rahasia itu: Ketika roh ditiupkan ke dalam tubuh Adam, Allah memerintahkan kepada semua malaikat untuk bersujud kepadanya. Semuanya bersujud ke atas tanah. Tetapi Iblis berkata: "Aku tidak mau bersujud. Akan kupertaruhkan hidupku, dan akan kulihat rahasia manusia itu walaupun karena itu aku akan dikutuk, disebut ingkar, berdosa dan munafik".
Iblis tidak bersujud. Oleh karena itulah ia dapat melihat dan mengetahui rahasia manusia, dan hanya manusia sajalah yang me-ngetahui rahasia Iblis. Jadi Iblis dapat mengetahui rahasia manusia karena ia tidak mau bersujud dan karena tak bersujud itulah ia memegang sebuah rahasia. Semua makhluk membenci Iblis karena rahasia mereka telah dilihatnya.

"Kami telah menguburkan rahasia itu di dalam tanah", mereka berkata. "Syarat untuk mendapatkan rahasia ini adalah seseorang yang melihatnya akan dipenggal kepalanya agar rahasia ini tidak dibocorkannya.".

"Di dalam hal ini, berilah aku kelonggaran", si Iblis berseru. "Janganlah kalian membunuhku. Sesungguhnya aku telah mengetahui rahasia itu. Rahasia itu diperlihatkan kepadaku sewaktu mataku ini awas".
Pedang Aku Tak Perduli berkumandang:

"Engkau adalah di antara orang-orang yang diberi kelonggaran. Kami beri engkau kelonggaran, tetapi Kami membuat manusia waspada terhadapmu. Jadi walau engkau tidak Kami binasakan, engkau akan dicurigai dan dicap sebagai pendusta, dan tak seorang pun yang akan menganggapmu sebagai pemuka kebenaran. Mereka akan berkata: "Ia adalah sebangsa jin dan telah mengingkari perintah Allah".

Ia adalah syaithan. Betapakah ia akan mengatakan kebenaran? Oleh karena itulah ia dilaknat, ditolak, ditinggalkan dan diabaikan. Demikianlah terjemahan Kitab Rahasia oleh 'Amr bin Utsman.

Tiada ulasan: