Catatan Popular

Selasa, 27 Jun 2017

KITAB MUKASYAFATUL QULUB BAB 10 RINDU (MENYINGKAP RAHSIA KALBU)

OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI

Cinta merupakan ibarat condongnya hati terhadap sesuatu yang amat terasa keindahannya. Kalau condongnya hati terlalu kuat dan menggebu-gebu, artinya sudah sampai tingkat rindu. Rasa itu mampu membawa seseorang menjadi menjadi budak bagi yang dicintai, bahkan membelanjakan semuanya demi yang dicintai.
Tidakkah engkau lihat Zulaikha! Hanya demi cintanya terhadap Yusuf, ia kehilangan kecantikan dan semua yang dimiliki diserahkan demi Yusuf, termasuk mutiara dan kalung seberat 70 unta. Semuanya amat ringan demi pengorbanan cinta, bahkan kalung yang bisa membuat seseorang langsung kaya seketika, itupun diberikan demi cinta, sampai-sampai tak tersisa sedikitpun harta Zulaikha. Sesuatu disekitarnya selalu terbayang Yusuf, dimana-mana ada Yusuf, bahkan ketika mendongak ke langit pun terbentang nama Yusuf bejajar amat indah diantara bebintang.

Ada 1 riwayat:
Sesungguhnya Siti Zulaikha setelah beriman dan menikah dengan Yusuf AS, ternyata ia selalu menjauh dan menyendiri dari Yusuf untuk beribadah kepada Allah SWT. Bila Yusuf AS mengajaknya siang, maka ia menahannya sampai malam hari. Bila Yusuf AS mengajaknya malam hari, ia pun menahan sampai waktu siang. Zulaikha berkata:
"Wahai Yusuf, sesungguhnya aku sudah mencintaimu jauh sebelum aku mengenal Dia. namun ketika aku mengenal-Nya, hatiku tak ada ruang lagi meletakkan cinta terhadap sesuatu yang lain selain Dia, termasuk kamu. Dan aku tidak mengkehendaki ada ganti kecuali hanya Dia saja".

Akhirnya Yusuf AS memberi pengertian:
"Sesungguhnya Allah memerintah aku berbuat demikian (Jima'), akan dikeluarkan dari rahimmu 2 orang putra yang Dia jadikan Nabi-Nya".
Jawab Zulaikha:
"Kalau memang begitu perintah Allah, yang menjadikan aku jalannya kesana, artinya perbuatan itu masih disebut taat kepada Allah".
Sejak itu hati Zulaikha baru tenang disisi Yusuf AS.

Kisah:
Ada orang yang sangat tergila-gila dengan Lailah. Tiap hari ia menyebut:
"Lailah..... Lailah..... Lailah....."
Padahal Lailah sudah meninggal dunia. Ia hanya menjawab:
"lailah berada dalam hatiku dan ia tidak akan mati. Lailah sudah dalam hatiku, akulah Lailah".
Suatu hari ia lewat depan rumah Lailah, justru ia memandang ke langit. Disana ada yang berkata:
"Wahai orang gila, janganlah engkau memandang langit tapi lihatlah pagar rumah Lilah, disana engkau akan melihat lukisan Lailah".
Dia menjawab:
"Aku cukup memandang sebuah bintang yang jatuh tepat diatas rumah Lailah".

Kisah:
Manshur Al Halaaj RA ditahan orang-orang selama 18 hari. Kemudian Asy Syubali bertanya:
"Wahai Manshur, apa yang paling engkau cintai".
Dia menjawab:
"Jangan bertanya hari ini, tapi tanyalah besok hari".
Pagi hari pun datang, mereka mengeluarkan Manshur dari penjara dan siap untuk dihukum bunuh. Syubali pun lewat didepan Manshur, ia berkata:
"Wahai Syubali, cinta berawal dari terbakarnya hati dan berakhir dengan terbunuh".
Merupakan pertanda pemikiran Manshur Al Halaaj RA bahw semuanya adalah batal, tidak nyata, kecuali hanya Allah saja. Hanya Dialah yang Haq. Dan Manshur lupa namanya sendiri saat hatinya tertambat pada-Nya; ketika ditanya siapa engkau, ia hanya menjawab:
"Aku adalah Tuhan Yang Haq".

Diriwayatkan:
Bukti kebenaran cinta terhadap Allah ada tiga hal:

Lebih memilih perkataan Firman-Nya aripada perkataan lain.
Lebih memilih berkumpul dengan kekasihnya daripada yang lain.
Lebih memilih ridho kekasihnya daripada ridho yang lain.
Gelora Rindu
Gelora rindu mampu merobek segala macam tutup dan membuka semua rahasia. Greget cinta mampu melemahkan roh, sebab ia memikul beban penguasaan cinta yang memuncak disaat ada manisnya dzikir. Sehingga adai saat itu ada bagian anggota yang dipotong, ia tidak akan merasakan apa-apa.

Kisah:
Seorang lelaki mandi di sungai Furaat, tiba-tiba ia mendengar seorang lelaki membaca ayat:
"Hari ini (kiamat), berpisahlah kamu wahai orang-orang yang berdosa. (QS.36 Yasin:59)"
Maka tubuhnya langsung terguncang-guncang sampai ia tenggelam dan mati.

Kisah:
Dzun Nun Al Mishri memasuki Masjidil Haram,. kebetulan ia melihat seorang lelaki telanjang yang tersingkir, bahkan sakit tergeletak dibawah tiang Masjid. Hatinya merintih sangat perih. Dzun Nun Al Mishri mendekati dan memberi salam, lalu bertanya:
"Engkau siapa wahai anak muda".
Jawab pemuda itu:
"Aku adalah seorang pengembara yang lagi mabuk rindu".
Aku pun mengerti apa ,maksud dia, lalu aku pun berkata:
"Aku juga sepertimu"
Tiba-tiba ia menangis, aku pun ikut menangis. Dia malah bertanya:
"Engkau ikut menangis".
Aku menjawab:
"Aku juga seperti kamu".
Ia menangis lagi dengan tangisan yang keras sambil berteriak keras, melengking, bersamaan itu nyawanya juga keluar.

Aku melepas pakaianku untuk menutupi jasadnya, lalu aku tinggal untuk mencari kain kafan yang pantas untuk dia di toko. Aku pun kembali dengan membawa kain kafan yang kudapat, tapi anehnya ia tidak berada ditempat semula. Rintihku:
"Subhaanallah...".
Dan terlintas hati berkata:
"Wahai Dzun Nun, sesungguhnya ia pengembara yang selama ini dicari-cari syetan, namun tidak ditemukannya. Juga dicari-cari oleh malaikat Malik, tapi tidak juga ditemukan. Juga dicari-cari oleh malaikat Ridlwan di surga taoi tapi tidak ditemukan".
Aku bertanya:
"Lalu dimana dia ditemukan".
Aku mendengar jawaban teriakan:
"Berada pada tempat yang benar, yakni disisi Maha Raja Yang Berkuasa. (QS.54 Al Qomar:55)"
Dia begitu karena terlalu besar cintanya, terlalu banyak taat tanpa menunda-nunda tobatnya. Demikian disebutkan dalam Kitab Zarur Riyadl.

Sebagian masyayikh ditanya mengenai persoalan cinta, dia menjawab:
"Sedikit bergaul, sering menyendiri, sering berfikir dan kelihatannya pendiam. Ia tidak melihat bilamana memandang, tidak mendengar bila dipanggil, tidak faham bila bicara, dan hatinya tidak bersedih bila kena bencana. Bila perutnya lapar, ia tidak mengerti kalau sedang lapar, ia telanjang tapi tidak merasa telanjang, sering dimaki-maki tapi tidak gentar. Ia slalu menyendiri memandang Allah, ia merasa bahagia bisa berbisik dengan-Nya. Dan dalam urusan duniawi tidak ingin saling berebut dengan orang-orang".
Abu Tawwab An Nakhsyas menulis beberapa syair mengenai tanda-tanda cinta:
Bagi seorang kekasih ada beberapa tanda dan janganlah engkau tertipu:
Ia memiliki beberapa perantara untuk mencapai Kekasihnya (Allah).
Ia merasa nikmat sekalipun siksa-Nya pahit.
Dan ia merasa gembira atas apa yang dilakukan oleh-Nya.
Menolak merupakan pemberian yang diterima dari-Nya.
Dan kefakiran merupakan penghormatan dan kebajikan yang disegerakan.
Termasuk tanda-tanda cinta:
"Engkau melihat semua yang dicita-citakan adalah menuruti Sang Kekasih walau dengan langkah yang terlalu jauh atau dihinakan oleh orang-orang.
Tanda-tandanya lagi:
"Masih nampak tersenyum sekalipun hatinya sedih gara-gara sang Kekasih".
Tanda-tandanya lagi:
"Dia nampak selalu ingin mengerti akan Firman Dzat disisi-Nya yang selalu menuntutnya".
Sebagian tandanya:
"Dia hidup dalam kesederhanaan; juga tetap konsekuen terhadap yang diucapkan".

Hikayat:
Nabi Isa AS pernah melewati pemuda yang sedang menyiram kebun. Tib-tiba ia minta kepada Nabi Isa AS:
"Mintakan aku kepada Tuhanmu Anugerah rasa cinta kepada-Nya sekalipun seberat semut dan Dzarroh".
Isa menjawab:
"Engkau tidak akan kuasa menerima seberat dzarroh pun".
Katanya:
"kalau begitu setengah dzarroh saja".
Lalu Nabi Isa AS berdo'a:
"Ya Tuhanku, berikan dia anugerah cinta seberat setengah dzarroh".

Nabi Isa AS pergi dan beberapa waktu kemudian Isa kembali kesitu. Ia bertanya dan orang-orang menjawab:
"Sekarang dia gila dan pergi ke gunung".
Nabi Isa AS berdo'a agar diperlihatkan keadaan pemuda itu. Isa melihat dia diantara bebatuan gunung., berdiri diatas batu paling besar sambil membelalakkan matanya ke langit. Nabi Isa AS memberi salam dan ia tidak menjawab. Kata Isa AS:
"Aku adalah Isa".
Akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa AS:
"Bagaimana mungkin ia mendengar pembicaraan manusia, sementara dalam hatinya ada rasa cinta kepada-Ku sekalipun seberat setengah dzarroh! Demi Keagungan dan Keagungan-Ku, andai engkau memenggal dengan gergaji, dia tidak merasakan hal itu".

Barangsiapa yang menyatakan 3 hal, sementara ia tidak bersih dari 3 hal lainnya, maka ia tertipu:

Orang yang mengaku merasa manisnya dzikir kepada Allah, sementara ia masih mencintai duniawi.
Orang yang mengaku ikhlas beramal, namun mengharap pujian dari manusia.
Orang yang mengaku cinta kepada Sang Penciptanya tanpa mau berkorban demi cinta-Nya.
Nabi SAW bersabda:
"Akan datang zaman menimpa umatku, dimana mereka mencintai 5 perkara dan lupa 5 perkara:

Mereka mencintai dunia dan lupa akherat.
Cinta harta benda dan melupakan hisab.
Cinta terhadap sesama makhluk dan lupa kepada Sang Pencipta.
Cinta kepada dosa dan lupa bertobat.
Mencintai rumah-rumah mewah dan lupa terhadap rumah kuburan.
Manshur bin Ammaar menasehati seorang pemuda:
"Wahai pemuda, janganlah masa mudamu menipu kamu. Banyak pemuda yang menunda-nunda tobat, banyak menghayal, dan lupa terhadap kematian. Mereka sering berkata:
"Aku kan bertobat besok-besok saja..."
Sampai datang malaikat maut dan mereka masih lupa bertobat. Dia pun sudah dalam perut kuburan, harta tak berguna, juga hamba, anak, bapak dan ibu. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Pada hari dimana anak-anak dan harta benda tidak berguna; kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (QS.26:88-89)".

"Ya Allah, turunkan rizki tobat sebelum kami mati, ingatkan kami ketika lupa dan berikan kemanfaatan kepada kami atas syafa'atnya Nabi Muhammad SAW"
Termasuk watak orang mukmin ialah bertobat pada hari melakukan dosa dan menyesali atas apa yang diperbuat. Ia sudah ridho dengan kekuatan apa adanya didunia tanpa menyibukkan diri, justru ia menyibukkan diri dengan mengerjakan amal akherat serta beribadah kepada .Allah SWT dengan hati ikhlas.

Hikayat:
Ada seorang lelaki pelit serta munafik. Ia bersumpah terhadap istrinya, tidak akan sedekah dengan menggantungkan thalaq. Datang seorang pengemis:
"Wahai tuan rumah, berikan sesuatu padaku".
Sang istri memberikan 3 buah potong roti. Dan ditengah jalan sang suami munafik dan pelit bertemu dengan pengemis itu, dia bertanya:
"Siapa yang memberimu roti itu?"
Jawab pengemis:
"Aku diberi dari rumah si anu".
Dan tidak lain yang dimaksud ialah rumahnya. Ia pulang dan berkata kepada istrinya:
"Bukankah aku bersumpah agar kamu jangan memberikan sedekah pada seseorang".
Jawab sang istri:
"Aku memberi karena Allah 'Azza Wa Jalla".

Si munafik pergi ke tungku api dan menyalakan sampai panas. lalu ia berkata kepada istrinya:
"Sekarang berdiri dan lemparkan dirimu ke dalam tungku ini karena Allah 'Azza Wa Jalla".
Sang istri berdiri sambil menanggalkan perhiasan-perhiasannya. Kata sang istri:
"Seorang kekasih akan memakai perhiasannya demi kekasihnya".
Lalu ia menjatuhkan dirinya ke tungku dan si munafik menutup rapat-rapat.
3 hari kemudian sang munafik membuka tungku. Dan ia melihat istrinya masih nampak sehat lantaran Kekuasaan Allah. Dia terbelalak dengan kejadian ini, dan terasa ada yang berteriak:
"Tidakkah engkau mengerti bahwa api tidak mampu membakar kekasih-kekasih Kami".

Kisah:
Asiyah adalah istri Fir'aun yang menyembunyikan imannya dari Fir'aun. Ketika Fir'aun mengetahui keimanan Asiyah, ia memerintah menghukum Asiyah dengan berbagai macam siksaan. Bentak Fir'aun:
"Keluarlah dari agamamu".
Asiyah tetap tidak mau murtad dari agamanya. Asiyah pun dipukuli dengan tonggak. Bentak Fir'aun:
"Keluarlah dari agamamu".
Jawab Asiyah:
"Engkau dapat menguasai tubuhku, namun kamu tidak akan mampu menguasai hatiku, hatiku tetap tetap dipelihara Tuhanku. Andai engkau memotong bagian tubuhku, tidaklah malah menambah cintaku kepada-Nya".

Saat itu Nabi Musa lewat didepan Asiyah. Kata Asiyah:
"Wahai Musa, ceritakanlah padaku, apakah Tuhan ridho atau murka kepadaku".
Musa menjawab:
"Asiyah.... Para malaikat langit sedang rindu dan menanti kehadiranmu, Allah sangat bangga terhadapmu, mintalah kebutuhanmu pada-Nya tentu akan dipenuhi".
Asiyah berdo'a:
"Ya Tuhanku, bangunkan aku gedung di Surga disisi-Mu, serta selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, juga selamatkan aku dari kaum yang dzalim. (QS.66:11)"

Melalui Abu Hurairah RA:
Sesungguhnya Fir'aun menancapkan 4 buah tombak untuk menelentangkan tubuh istrinya, diatas dada Asiyah diletakkan alat penggiling, lalu wajah Asiyah dihadapkan ke matahari. Saat itu Asiyah berkata:
"Tuhan, bangunkan aku sebuah rumah disisi-Mu didalam surga. (QS.66 At Tahrim:11)"

Kata Hasan:
"Allah menyelamatkan dan memuliakan dia. Allah mengangkatnya ke surga, dia bisa makan dan minum disana"

Ini menunjukkan pedoman dalil bahwa memohon perlindungan kepada Allah serta kembali kepadanya, serta ikhlasnya ketika ada ujian bencana, merupakan proses perjalanan bagi orang-orang shaleh dan pedoman bagi orang mukmin.

Tiada ulasan: