Catatan Popular

Selasa, 27 Julai 2021

Aliyah binti Syuraik Al Azadiyah Ibunda Imam Malik bin Anas

Biasanya seorang ibu mengandung bayinya selama kurang lebih sembilan bulan. Namun tidak begitu halnya dengan Aliyah binti Syuraik, ia mengandung bayinya, yang kelak diberi nama Malik, selama tiga tahun. Tentunya hal itu adalah sebuah pengorbanan yang tak terkira dan perjuangan yang tak ternilai.

Sembilan bulan saja telah Allah gambarkan perjuangan seorang ibu dengan ungkapan "wahnan 'ala wahnin", kecapekkan di atas kecapekkan, sedangkan ini tiga tahun. Barangkali bisa kita bayangkan seperti apa perjuangan jasmani maupun ruhani seorang ibu yang seperti itu.

Tentunya ini merupakan sebuah kelebihan tersendiri bagi imam malik dibanding umumnya manusia. Hal ini juga merupakan bukti kekuasaan Allah Ta'ala. Tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk dilakukan. Jika sesuatu telah dikehendakinya maka pasti terjadi, sekalipun dalam pandangan manusia terlihat ganjil.

Malik bin Anas bin Malik Abu 'Amir al-Ashbuhi al-Yamani. Lahir di kota hijrah, Madinah Munawwarah, pada tahun 93 Hijriyyah, tahun meninggalnya Anas bin Malik, sahabat sekaligus pembantu Rasulullah Saw. Ia melalui masa kanak-kanaknya di tengah kemewahan keluarganya. Meski demikian orang tuanya tetap mendidiknya sebagaimana keluarga muslim lainnya mendidik anaknya. Hal pertama kali yang ditekankan kepada anaknya adalah menghafal al-Qur'anul Karim. Sehingga Imam Malik sudah menghafal al-Qur'an dalam usia yang masih dini.

Selesai menghafal al-Qur'an, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua Imam Malik adalah menekankan kepadanya untuk menghafal hadits. Hal tersebut dilakoni Imam Malik dengan senang hati lantaran kondisi kota Madinah Munawwarah yang mendukung, lantaran masih kental dengan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Remaja yang kelak menjadi salah satu imam madzhab yang terkenal itu memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Iapun berniat untuk ikut dalam majelis-majelis ilmu para ulama' yang terkenal hari itu.

Niat mulia itupun ia sampaikan kepada ibunya. Aliyah binti Syuraik segera menyiapkan pakaian yang paling bagus untuk buah hatinya tersebut dan memberinya surban sebelum pergi menuntut ilmu.

"Sekarang, pergilah kamu untuk menuntut ilmu, dan catatlah ilmu yang kamu dapat!" kata Aliyah binti Syuraik kepada buah hatinya.

Ia juga berkata kepada anaknya, "Pergilah kepada Rabi'atur Ra'yi, dan pelajarilah ilmunya sebelum kamu mempelajari adabnya!"

Sebuah ungkapan tulus yang tentu meneguhkan hati sang anak untuk tetap istiqamah dalam menimba ilmu pengetahuan.

Benar, ternyata Malik muda sangat antusias mendengar setiap yang disampaikan oleh gurunya. Dari Rabi'atur Ra'yi ia belajar Fiqhur Ra'yi. Semangatnya yang besar itu direkam dan diakui oleh orang-orang yang semasa dengannya. Mereka menyatakan, "Aku melihat Malik duduk di majelis ilmu Rabi'ah. Di telinganya ada semacam anting. Dan itu menunjukkan ketelatenannya dalam menyimak ilmu. Sejak kecil ia sangat telaten untuk menghafal setiap ilmu yang ditulisnya. Biasanya setelah menulis ilmu yang disampaikan ia berjalan menuju sebuah pohon. Di sana ia menghafal lagi apa yang ditulisnya itu. Melihat hal itu, kakak perempuannya segera mengadukan hal tersebut kepada bapaknya.

"Wahai puteriku, biarkan saja, dia sedang menghafal hadits-hadits Rasulullah Saw!" jawab sang bapak dengan bijak.

Sejarah mencatat sejarah perjalanan keilmuannya yang sungguh menakjubkan. Imam Malik mulai menimba ilmu agama setelah menghafal al-Qur'an pada usia kurang lebih sepuluh tahun. Setelah itu ia mahir dan cakap dalam berfatwa serta duduk di majelis untuk menyampaikan ilmunya pada usia dua puluh satu tahun.

Pada usia yang sangat muda belia sudah banyak jama'ah yang meriwayatkan hadits darinya. Pada akhir masa Khalifah Abu Ja'far al-Manshur dan masa-masa setelahnya banyak sekali orang-orang yang hadir di majelis ilmunya. Hingga pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid sampai ia meninggal semakin berduyun-duyun murid-muridnya).

Imam Malik. Al-Faqih. Syaikhul Islam. Hujjatul Ummah. Imam Darul Hijrah. Itulah gelar-gelar keilmuan yang disandangkan ummat Islam kepadanya. Dan semua itu dirintis berawal dari lingkungan keluarga yang sangat kental dengan tradisi keilmuan.

Tiada ulasan: