Catatan Popular

Isnin, 28 Jun 2021

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 75.MENGENAI AUDISI (SAMA’)

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

 

Audisi adalah suatu istilah setelah masa bersusah-payah (Ruhaniah), dan suatu hiburan bagi mereka yang mengalami keadaan-keadaan ke (jiwa)an, juga sebagai suatu sarana untuk membangunkan kesadarn orang-orang yang menyibukkan diri mereka dengan hal-hal lain. Audisi lebih banyak diartikan demikian dariapda masa istirahat dari hal-hal alamiah, karena jiwa itu tidak mungking cenderung kepadanya atau beristirahat di situ; Sebab dia datang dan pergi menurut ketentuan Tuhan. Para Sufi, yang menikmati ilham dan pengalaman langsung tidak membutuhkan bantuan-bantuan semacam itu, sebab mereka memiliki sarana yang akan membawa hati mereka berjalan di taman ilham.

Saya mendengar Faris berkata : “Aku sedang bersama Quthah al-Maushili, yang telah tinggal selama empat puluh tahun di dekat tiang di masjid Baghdad. Kami berkata kepadanya : “Inilah penyanyi yang baik itu. Mestikah kami panggil dia untukmu? Dia menyahut : “Masalahku terlalu menyedihkan sehingga tak seorang  pun bisa membebaskan ku dan tak satu kata pun bisa merasuk ke dalam diriku. Aku terlalu kebal.”

Kalau Audisi itu menembus telinga, dia menggerakkan segala sesuatu yang ada dalam hati; dan orang itu akan bingung, karena dia terlalu lemah untuk menerima rahmat itu, atau keadaan kejiwaannya memberinya kekuatan untuk mengatasi dirinya sendiri. Abu Muhammad Ruwaim berkata : “Orang-orang itu mendengar Dzikr pertama mereka ketika Tuhan berfirman, ditujukan kepada mereka “Tidakkah Aku ini Tuhanmu?” Dzikr itu mereka sembunyikan di dalam hati, bakan saat fakta (yang dberitakan) itu tersimpan dalam akal mereka. Maka, ketika mereka  mendengar (seorang Sufi) ber-dzikr, rahasia-rahasia yang ada dalam hati mereka muncul, dan mereka dipaksa, bahkan saat rahasia-rahasia akal mereka muncul ketika Tuhan memberi tahu mereka mengenal hal ini, dan mereka percaya.”

Saya mendengar Abu’lQasim al-Baghdadi berkata : “Audisi ada dua macam. Tingkat yang satu adalah orang yang mendengarkan pelajaran-pelajaran dan dari situ mengambil suatu nasihat; orang yang semacam itu hanya mendengarkan yang dibutuhkannya saja dan dengan menyertakan hatinya di situ. Tingkat yang satunya lagi mendengarkan musik yang merupakan makanan bagi jiwa; dan ketika jiwa itu mendapatkan makanannya, maka dia pun mecapai keadaannya yang sepatutnya, dan menyingkir dari perintah jasmani; dan kemudian muncullah di dalam diri orang yang mendengar itu suatu keributan dan suatu pergerakan.”

Abu Abdillah al-Nibaji berkata : “Audisi menggerakkan pikiran dan mendatangkan nasihat; yang selebihnya adalah suatu godaan.” Al-Junaid berkata : “Belas kasih (Tuhan) diturunkan kepada orang melarat lewat tiga cara : “Ketika dia makan, sebab dia hanya makan kalau sedang lapar; Ketika dia berbicara, sebab dia hanya berbicara kalau dia merasa terpaksa; dan pada saat audisi, sebab dia hanya mendengarkan dalam keadaan Eksstase.”

Tiada ulasan: