Catatan Popular

Sabtu, 1 Oktober 2011

MUHASABAH 5 : JALAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH


Seorang mukmin menertibkan dirinya sendiri; dia mengkritik dan menilai hanya untuk
kepentingan Tuhan.

Penghitungan akhir (hisab) dapat menjadi ringan pada orang-orang karena mereka dulunya terbiasa menghisab dan menilai diri sendiri dalam kehidupan ini.  Dan Penghitungan Akhir pada Hari Pengadilan kelak menjadi amat keras  pada mereka yang menjalani hidup ini dengan sewenang-wenang dan mengira bahwa mereka tidak akan pernah dipanggil untuk di hisab. (Al- Hasan ibn Ali ibn Abi Talib )

Dalam thariqat kita, untuk menghilangkan kegelapan dalam hati, adalah penting  bagi semua pencari untuk menyiapkan sebuah buku tulis dan menulis sifat-sifat buruk dari ego masing-masing. Setiap orang boleh mencatat sedikitnya 200 kelakuan-kelakuan buruknya.

Dengan menuliskannya akan menjadi kunci untuk menghancurkannya. Siapa yang belum pernah melakukannya, maka harus segera melaksanakan nya.  Diantara sifat-sifat buruk ini adalah mencuri, berbohong dan marah. Salah satu yang paling buruk 
adalah kemarahan. Jika kalian marah pada seseorang, maka kendalikan diri sendiri selama 40 hari. 

Syaikh Nazim menulis bagi diri beliau sendiri lebih dari 100 kelakuan buruk, jadi kita tidak mungkin kurang dari itu. Ketika kalian mengamati sifat-sifat buruk ego itu, kalian akan merasa jijik.

Proses ini akan merobohkan ego yang menghasut (an-nafs al –ammara ). 
Jika kalian menulis apa yang masuk dalam hati dengan  bantuan spiritual syaikh, maka ego akan takut. Jika ada yang menemukan buku catatan kalian, biarkan  mereka melihatnya, karena lebih baik merasa  malu dalam dunia ini daripada di hari Pengadilan kelak.

Sebagai tambahan, para pencari harus menyediakan waktu di setiap akhir hari untuk menghitung diri sendiri : apa yang telah dia perbuat dan mengapa dia melakukannya? 

Apakah dia telah lalai dan mengapa ? Siapa yang dia jahati dan siapa yang telah dia tolong ? Lalu ambil tasbih dan minta ampunan Tuhan (istighfar ) bagi tiap kesalahan dalam perbuatan atau kelalaian itu.

Keseimbangan berawal dari diri sendiri, karena diri ini adalah akar  dari segala masalah dalam spiritualiti

Dalam mendekatkan diri pada Hadirat Tuhan, para pencari harus membangun aspek ilahiah dari dirinya. Seseorang mungkin akan bergegas dalam ibadah-ibadah sunah dan puasa, bersedekah lebih banyak, dll. Namun, dalam mencari kebenaran, hal-hal tersebut tidaklah cukup. Karena biasanya orang-orang yang beribadah akan melewatkan sebuah langkah yang penting iaitu al muhasabah penghisaban/pemeriksaan diri sendiri.

Tanpa aspek ini, seluruh ibadah yang dilakukan adalah dalam  keyakinan bahwa kita sedang meraih tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi, padahal faktanya hal itu menjadi penghalang kemajuan kita. Bagaimana boleh ? Ketika  ibadah-ibadah itu tidak secara murni dilakukan demi mencari ridha Allah semata dan kita terus  melanjutkannya dibawah prasangka berpuas diri bahwa seluruh apa yang kita lakukan  adalah untuk meningkatkan  perkembangan kerohanian kita. Pada saat itu, kita kemudian bersantai-santai menikmati kesuksesan dalam disiplin dan pekerjaan kerohanian

Tiada ulasan: