Catatan Popular

Selasa, 7 April 2020

KITAB MIHAJUL ABIDIN IMAM AL GHAZALI PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI

KITAB MIHAJUL ABIDIN IMAM AL GHAZALI 

PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI


Oleh: Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali

Segala puji tetap bagi Allah SWT. Yang penuh Hikmah, Pemurah, MuLlia, Penyayang , Tuhan yang menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, d an yang menciptakan langit dengan Kudrat-Nya, Mengatur segala urusan dengan Hikmat-Nya, dan tiada Ia menciptakan jin dan manusia melainkan untuk ibadah kepada-Nya.
Jadi, jalan kepada-Nya jelas bagi siapa yang bermaksud, begitu pula bukti yang menunjuk kepada-Nya bagi siapa yang berfikir, namun Allah jua menyesatkan siapa yang ditakdirkan-Nya sesat, dan Ia Pula memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, karena Ia lebih tahu akan orang–orang yang beroleh hidayah.
Semoga sholawat serta salam melimpah atas penghulu segala Rosul beserta keluarganya yang baik-baik lagi suci, semoga Alah SWT. Menyelamatkan dan memuliakan mereka hingga hari pembalasan.


Ketahuilah, saudara-saudaraku semoga Allah membahagiakan anda dan aku dengan keridoan-Nya, bahwa ibadah itu adalah buah dari ilmu, faedah dari umur, hasil usaha dari hamba-hamba Allah yang kuat-kuat, berang berharga dari para aulia, jalan yang ditempuh oelh mereka yang bertaqwa, bagian untuk mereka yang mulia. Tujuan dari orang-orang yang berhimmah, syiar dari goloongan terhormat, pekerjaan dari orang-orang yang berani berkata jujur, pilihan dari mereka yang waspada, jalan menuju surga.


Allah SWT. Berfirman:


“ dan Aku Tuhan kamu sekalian, berbaktilah kepada-Ku”
dalam firman lainya

 “ ini adalah ganjaran bagi kamu, atas usaha kamu yang bersyukur”

hal ibadah telah cukup kami pikirkan, telah pula kami teliti jalanya dari awal hingga tujuan akhirnya yang diidam-idamkan oleh para penempuhnya. Ternyata suatu jalan yang amat sukar, banyak tanjakan-tanjakan (pendakian-pendakiannya), sangat payah, dan jauh perjalanannya, besar bahayanya, tidak sedikit pula halangan dan rintangannya, samar dimana tempat celaka dan akan binasa, banyak lawan dan penyamun, sedikit teman dan penolongnya.
Memang seharusnya begitu, sebab ibadah itu ialah jalan ke surga, jadi semua ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW.

“ Perhatikanlah surga itu dikepung oleh segala macam kesukaran sedangkan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menarik.”

Rosulullah bersabda pula,:

 “ Perhatikan jalan kesorga itu penuh rintangan dan menanjak sedangkan jalan keneraka itu mudah dan rata.”

Semua itu ditambah dengan kenyataan bahwa manusia itu lemah, sedangkan jaman sudah payah, urusan agama mundur, kesempatan kurang, banyak tugas, umur pendek , penguji amat teliti, ajal dekat, perjalanan jauh, taat satu-satunya jadi bekal, karena itu harus taat, tidak dapat tiada.
Namun waktu telah berlalu, tak dapat dipanggil kembali, pendeknya siapa yang taat, dialah yang beruntung, bahagia selama-lamanya. Tetapi siapa yang tidak mau taat, maka rugi dan celakalah dia.
Kalau begitu soalnya sulit dan bahayanya besar, karena itulah maka jarang sekali orang yang memilih jalan ini, diantara yang telah memillihnyapun jarang sekali yang benar-benar menempuhnya.
Diantara yang menempuhnya juga jarang pula yang sampai kepada tujuannya dan berhasil mencapai apa yang dikejarnya. Mereka yang berhasil itulah orang-orang mulia pilihan Allah SWT. Untuk ma’rifat dan mahabbah kepada-Nya. Diberinya taufik dan pemeliharaan terhadap mereka, dan disampaika-Nya dengan penuh karunia kepada keridoan-Nya.
Kita bermohon semoga Allah SWT. Memasukan kita kedalam golongan yang beruntung dengan memperoleh rahmat-Nya.
Oleh karena kami lihat jalan kearah ini begitu keadaannya, kamipun berpikir dan merenungkan bagai mana cara menampuhnya, alat dan perlangkapan apa yang diperlukan si penempunhnya, dengan ilmu dan amal, mudah-mudahan saja ia dapat menempuhnya dengan taufik Ilahi dalam keadan selamat, tidak terhenti dalam tanjakan-tanjakannya sehingga patah disitu dan masuk golongan yang celaka binasa, na’uzubillah.
Itulah sebabnya maka kami berusaha menyusun beberapa kitab tentang jalan kearah itu dan cara menempuhnya, seperti antara lain kitab Ihya, Al Qurbah dsb, akan tetapi , kitab-kitab tersebut banyak mengandung soal-soal yang halus, mendalam sekali, sukar untuk dimengerti oleh kebanyakan orang, sehingga akhirnya mereka benci dan mencela, mengecam apa saja yang mereka belum paham dalam-kitab-kitab tersebut.
Namaun kita tidak harus heran, karena kitab mana yang lebih mulia dan lebih baik dari Al Qur’an, tetapi kitab suci tersebut masih saja dicela oleh orang-orang yang tidak mau menerima, mereka katakan hanya dongengan-dongengan kuno belaka.


Zainal Abidin, Ali bin Ali bin Abu Tholib r. a pernah berkata:

“diantara ilmu-ilmuku, johar mutu manikamnya kusembuyikan, agar tiada terlihat orang yang tidak mampu, karena akhirnya ia akan tersesat.


Hal ini memang telah dipesankan oleh Abu Hasan kepada Husain dan Hasan. Karena terkadang ada johar ilmu yang kalau dibuka tabirnya pasti ada orang yang akan menuduh aku musyrik, dan menghalalkan jiwaku untuk dibunuh, karena dikiranya perbuatan keji itu suatu amal yang baik.”

Keadaan seperti itu menuntut para ulama agar memandang mereka dengan rasa belas kasih, tidak berbantah-bantahan.
Karena itu, lalu aku bermohon kepada Allah Swt. Minta diberi-Nya taufik agat dapat menyusun sebuah kitab yang cocok bagi mereka. Permohonanku itu diluluskan-Nya, diilhami-Nya sehingga dapat mengarang sebuah kitab dengan suatu susunan yang indah, belum pernah kudapat dalam karangan-karanganku sebelumnya, kitab baru itu, ialah (kitab minhajul A’bidin) yang kusajikan sekarang ini.
Adapun hamba Allah itu bila mulai bangun dan ingat untuk ibadah, ia tajarrud dengan membulatkan hati menempuh jalan ibadah, mula-mula ialah karena ada suatu lintasan dihatinya yang suci. Itu adalah pemberian dari Allah Swt. Dengan taufik yang khusus dari Dia, dan ini adalah yang dimaksud dengan firman Allah :

“apakah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah untuk menerima Islam, ia dikarunia Allah dengan suatu nur (apakah dia itu lebih baik atau tidak?)dan telah diisyaratkan pula hal tadi oleh Rosulullah Saw.
Sabda beliau :


“ Nur itu apabila sudah masuk dihati manusia, menjadi lapang dan menjadi lega hatinya.”


Disini ada yang bertanya kepada Rosulullah :


“ Ya Rosulullah, ! apa yang seperti itu ada tandanya sampai bisa diketahui tanda itu?”jawab beliau:

 “ Ada tandanya, yaitu menjauhkan diri dari negri palsu (dunia) dan kembali ke negri kelanggengan serta bersiap untuk mati sebelum mati.”


Apabila hal ini terlintas di hati seseorang maka mula-mula ia akan berkata (kepada dirinya) :
“ Oh ! aku sekarang merasa bahwa diriku ini dikaruniai dengan bermacam-macam kenikmatan oleh Allah, seperti nikmat hidup, nikmat mempunyai sifat kudrat (kekuasan) bisa berbuat apa-apa, bisa berfikir, bisa bicara, dan hal yang mullia lainnya, dan ada padaku kenikmatan, kesenangan, disamping selamatnya aku dari bermacam-maccam ujian dan musibah, banyak musibah yang terhindar dari aku dan aku tahu seemua ini ada pemberinya yang menuntut supaya aku bersyukur kepada-Nya, dan berhidmat kepadanya, dan apabila aku lalai, lupa, tidak bersyukur dan tidak berhidmat, pasti dia akan hilangkan nikmat-Nya dan pasti aku diberi hukkuman dan balasan, dan dia sudah mengutus kepadaku seorang Rosul ( namanya : Muhammad Saw.) dia menndukung rosul itu dan menguatkannya dengan mu’jizat yang luar biasa, diluar kemampuan mannusia..


Rosul itu memberitakan kepadaku bahwa aku hanya mempunyai satu Tuhan yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Maha Berkehendak, Berbicara, Menyurh, Melarang dan Kuasa Menghukum apabila aku durhaka kepada-Nya dan Ia akan mamberi ganjaran apabila aku taat kepada-Nya, Dia tahu segala rahasiaku, dan tahu apa saja yang terlintas dipikiranku, dan Dia sudah menjanjikan sesuatu, dan Dia telah memerintahkan agar aku taat pada hukum-hukum syari’at.
Apabila seseorang sudah berkata begitu dihatinya dia itu faham bahwa ini mungkin, tidak mustahil, ia dengar berita-berita dari

Rosulullah S.A.W (melalui ulama-ulama yang menyampaikan kepadanya) Ia berkata dihatinya :
“ ini mungkin, tidak mustahil, tidak ada kemustahilan bagi yang demikian itu dalam akal, sepintas lalu saja sudah bisa dimengerti. “


disini dia kuatir tentang nasib dirinya karena rasa takut.
Ini namanya lintasan hati yang membawanya takut tetapi engkau sudah mengerti sekarang engkau terikat.
Untuk memutuskan diri daripadanya, tidak ada alasan, apalagi unutk berayal-ayalan, sehingga mendorong dia dengan keras untuk berfikir tetapi berusaha dan mencari jalan keselamatan, bagaimana? Dia ketakutan, bagaimana supaya merasa aman dari apa yang sudah masuk dihatinya atau yang sudah didengar oleh telinganya sendiri?


Tidak ada jalan lain lagi dihadapannya selain dengan otaknya yang sehat, memikirkan dan mencari bukti.
Mula-mula terhadap adanya buatan yang menunjukan adanya si pembuat, adanya alam semesta, ini juga buatan, yang menunjukan adanya si pembuat, yaitu Allah SWT. Agar ada baginya ilmu yakin dan tidak syak wasangka lagi akan hal-hal yang ghaib. Benar, Allah itu tidak dapat dilihat, tetapi bukti akan perbuatannya, yaitu alam semesta yang indah dan unik, yang menandakan adanya Allah.


Disini dia akan yakin bahwa memeng dia mempunyai Tuhan yang memerintah dan melarangnya.


Inilah tanjakan yang pertama, pendakian yang pertama, yang dihadapinya dalam perjalanan ibadah. Yaitu tanjakan ILMU & MA’RIFAT.



DAFTAR ISI:

VII  Tahapan

Pendahuluan

BAB I : Tahapan Pertama: ILMU DAN MAKRIFAT

BAB II : Tahapan Kedua: T O B A T

BAB  III: Tahapan Keempat: KENDALA-KENDALA DI JALAN IBADAH  

BAB  IV: Tahapan Ketiga: GODAAN-GODAAN                  

BAB  V :  Tahapan Kelima: DORONGAN DAN MOTIVASI

BAB VI : Tahapan Keenam: MENGHINDARI PERUSAK IBADAH

BAB  VII : Tahapan Ketujuh : PUJIAN DAN SYUKUR    


Tiada ulasan: