Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2023

KITAB AL MAWAKIF WAL MUKHOTOBAT : 18.. BERDIRI DI ANTARA KEDUA “TANGAN ALLAH”

Karya Muhammad Bin Abdul Jabbar Al-Niffari (AL NIFFARI)

“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.

 

Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.

 

“Bila mendatangi engkau Arasy... dengan serba kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.

 

. Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya, memerlukan bantuan Nya.  Adapin Dia maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.

 

“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu  (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.

 

“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan bukan untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.

 

“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.

 

“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan Hadirat Ku”.

 

“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.

 

“Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :

“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”

“Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan dalam zikirku kepada Mu dalam engkau mempersaksikan.

Tiada ulasan: