Catatan Popular

Khamis, 6 Jun 2013

FUTUHUL GHAIB KE 53 : MINTA KEREDHAAN ALLAH (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI)




AJARAN KELIMA PULUH TIGA

MINTA KEREDHAAN ALLAH (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI)
 
Mintalah kepada Allah keredhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan sarana untuk dicintai-Nya. Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini, kerana hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu tak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan: "Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih yang tak ditentukan oleh-Nya."Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya kerana meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha agung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi, tak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.

Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, iaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya kerana Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi, dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya, mengingat bahawa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya. Hamba dan segala miliknya milik Tuannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian merupakan rahmat Allah dan kurnia-Nya atas hamba-Nya, kerana Dialah yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya.

Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bahagian duniawi mereka nampak tempang, kecil dan menjijikkan,dan bahagian duniawi yang lain nampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, kerana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.

Mereka menjadi redha kepada takdir-Nya, puas dengan kurnia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bahagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dengan Allah yang Maha mulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang redha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesihatan dan kekuatan ruhani untuk melakukan yang dikehendaki-Nya.


Tiada ulasan: