Catatan Popular

Sabtu, 19 Mac 2016

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN KE 34 MENGENAI TASAWUF DAN KETENTERAMAN BERSAMA TUHAN



Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya  Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

Al-Junaid berkata : “Tasawuf merupakan pelestarian saat-saat, yaitu bahwa seseorang tidak mengindahkan apa yang ada di luar batas-batasnya. Tidak mengakui segala sesuatu kecuali Tuhan, dan hanya berurusan dengan saatnya yang tepat.” 

Ibn Atha berkata : “Tasawuf berarti merasa tenteram bersama Tuhan.” 

Abu Ya’qub al-Susi berkata : “Sufi adalah orang yang tidak pernah merasa tidan tenteram kalau ada sesuatu yang di ambil dari padanya, dan tidak pernah repot-repot mencari (apa yang tidak dimilikinya).” 

Al-Junaid ditanya : “Apakah Tassawuf itu?” Jawabnya : “Itu adalah menggantungkan kesadaran pda Tuhan; dan hal ini tidak dapat dicapai kecuali kalau jiwa menjauh dari sebab-sebab (asbab) sekunder, lewat kekuatan ruh, dan tinggal bersama Tuhan. 

Al-Syibli ditanya : “Mengapa orang-orang itu dipanggil Sufi? Dia menjawab : “Karena mereka telah di cap dengan kamaujudan citra dan penegasan gelar (Tuhan). Jika mereka telah dicap dengan ketiadaan citra itu, maka hanya Dia saja yang tetap ada, yang mengadakan citra dan menegaskan gelar itu, dan menuangkan citra-citra itu kepada mereka, Tapi tidak membenarkan bahwa semua orang yang benar-benar tahu mesti memiliki citra atau gelr.” 

Abu Yazid berkata : “Paar Sufi adalah anak-anak yag duduk di pangkuan Tuhan.” 

Abu Abdillah al-Nijabi berkata : “Tasawuf adalah seperti penyakit birsam, (Tumor di perut), pada tahap pertama si sakit meracau; tapi, ketika penyakit itu menguasainya, dia menjadi bisu.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa Sufi pada mulanya melukiskan keadaannya dan berbicara seperti yang diperintahkan oleh keadaannya itu; tapi setelah wahyu diberikan kepadanya, dia menjadi bingung dan menahan lidahnya. 

Saya mendengar Faris berkata : “Selama gagasan-gagasan muncul dalam pemikiran seseorang , menurut suara jiwa, dia pun menemukan dalam hatinya nilai yang lebih tinggi daripada keadaan yang terdahulu, maka jadilah dia membuka rahasia; tapi mengenai pencapaian, itu menyelubungi cara-cara pemenuhan kepuasan, sehingga pada akhirnya dia bisu saja, tak berselera.”  

Ketika Al-Nuri ditanya mengenai Tasawuf, dia menjawab : “Itu merupakan pengungkapan rahasia keadaan, dan suatu pencapaian ketinggain (maqam).” Ketika diminta untuk melukiskan sifat-sifat mereka (yaitu para Sufi), dia berkata : “Mereka membawa kegembiraan ke dalam (hati) orang-orang lain, dan menjauh dari keinginan untuk membahayakan mereka. Tuhan berfirman : “Bersikaplah pemaaf, anjurkanlah berbuat amal kebajikan dan berpalinglah dari orang jahil.” Dengan pengungkapan rahasia keadaan” yang dimaksudkannya addalah bahwa oang Sufi, jka dia mengungkapkan mengenai dirinya sendiri, adalah dalam hubungannya dengan keadaan kejiwaannya sendiri, dan tidak menyinggung keadaan kejiwaan orang lain, secara teoritis; dan yang dimaksud engan “pencapaian ketinggian (maqam),” dia memberitahukan bahwa orang semacam itu terbawa oleh keadaannya sendiri lewat keadaannya sendiri, menjauh dari keadaan orang-orang lain. 



Puisi dari Al-Nuri berikut ini, dengan tepat sekali melukiskan apa yang diucapkannya
“Jangan bicarakan ini” Engkau berkata,
Lalu ke dalam rahasia tanpa kata, Engkau membawa Jiwa kembaraku;
Bisakah ucapan memerikan yang tak terucap?
Tidak semua orang yang berseru,
“Nah, begiliha kau!” Engkau anggap demikian;
Kalau perbuatan-perbuatan telah menampakkan
Bahwa begitulah dia, maka Engkau akui milikmu.

Tujuan kami adalah untuk melukiskan beberapa di antara keadaan-keadaan itu dalam bahasa orang-orang Sufi sendiri, tapi tidak dengan cara berpanjang-panjang, sebab kami tidak menyukai pembicaraan yang panjang. Kami akan menuturkan wacana-wacana para Syekh, hanya yang cukup mudah dimengerti saja, untuk menghindari teka-teki yang gelap dan isyarat-isyarat terselubung. Kami akan memulai dengan Tobat.

Tiada ulasan: