Catatan Popular

Selasa, 24 April 2018

MASUK NERAKA SEBAB LALAT DAN MASUK SYURGA PUN SEBAB LALAT


"Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Ada seseorang yang masuk surga sebab seekor lalat, dan ada pula seseorang yang masuk neraka sebab seekor lalat ...." (HR Ahmad).


Lebih lengkapnya, marilah kita simak lanjutan hadis di atas.

"Para sahabat bertanya, 'Bagaimana hal itu, wahai Rasulullah saw.?' Beliau menjawab, 'Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang tidak seorang pun diperkenankan melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban (persembahan).


Ketika itu, mereka berkata kepada salah satu dari dua orang tersebut. 'Persembahkanlah kurban untuknya!' Dia menjawab, 'Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat aku persembahkan untuknya.' Mereka berkata kepadanya, 'Persembahkanlah meskipun seekor lalat.' Lalu, orang itu mempersembahkan seekor lalat dan mereka memperkenankan orang itu untuk meneruskan perjalanannya. Maka, dia masuk neraka karenanya.


Kemudian, mereka berkata kepada seorang yang lainnya, 'Persembahkanlah kurban kepadanya.' Dia menjawab, 'Aku tidak patut mempersembahkan suatu kurban kepada selain Allah.' Kemudian, mereka memenggal lehernya. Oleh sebab itu, orang tersebut masuk surga'." (HR Ahmad).


Kita harus meyakini bahwa Allah adalah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, termasuk manusia. Banyak sekali bukti yang mendukung kebenaran hal tersebut. Di antaranya bahwa sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak mungkin ada dengan sendirinya, tetapi pasti ada yang menciptakannya atau ada yang menjadikannya dari yang tidak ada menjadi ada. Tidak mungkin kita, manusia, ada dengan sendirinya, atau tidak mungkin manusia yang telah menciptakan dirinya. Allah SWT menerangkan, "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang telah menciptakan diri mereka sendiri? Atau, merekakah yang telah menciptakan langit dan bumi …?" (Ath-Thur: 35--36).

Bahkan, ada seorang sahabat Rasulullah saw. yang menerima Islam hanya sebab ayat ini.


Yaitu, ketika Jabir bin Muth'im masih dalam keadaan musyrik, ia mendengarkan Rasulullah saw. membaca surat Ath-Thur hingga ketika sampai pada ayat tersebut dia merasa bahwa jiwanya seakan-akan terbang melayang. Itulah awal tertancapnya keimanan di hatinya. Gambaran tersebut kiranya cukup menjadi bukti bahwa hanya Allahlah pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena, selain Allah tidak ada yang mampu.


Selain menciptakan semua makhluk-Nya, Dia juga telah menyediakan rezeki untuk seluruh makhluk-Nya. Rezeki itu adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh mereka. Allah sungguh Maha Adil dan Bijaksana.
Tidak ada satu makhluk pun tercipta, melainkan sudah ditentukan rezekinya. Kita bisa saksikan semut hitam yang kecil berjalan mondar-mandir dalam rangka mencari rezeki hingga akhirnya mendapatkannya.


Setelah menciptakan dan memberi rezeki kepada makhluknya, khususnya manusia, ternyata Allah tidak membiarkan mereka begitu saja. Akan tetapi, Dia mengutus seorang rasul yang membawa risalah bagi mereka pada tiap-tiap masa. Barang siapa menaati rasul itu, niscaya dia akan selamat dan masuk surga, tetapi barang siapa yang mendurhakai dan membangkangnya, maka dia akan celaka dan pasti masuk neraka. Hal inilah yang seharusnya disadari oleh manusia.


Allah telah menciptakan manusia, Allah juga memberi kesempatan kepada manusia untuk menikmati kehidupannya, namun Allah juga mengutus seorang rasul dengan membawa ajaran, aturan, dan pedoman hidup. Jadi, manusia tidak dibiarkan hidup begitu saja untuk melampiaskan hawa nafsunya tanpa aturan dan petunjuk. Jika demikian, apakah perbedaan antara manusia dan binatang. Di sinilah pentingnya seorang rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dengan membawa suatu risalah (ajaran). Maka, rasul harus dijadikan sebagai petunjuk bagi manusia agar manusia tidak keliru dalam menempuh dan menjalani kehidupannya.


Jika tidak mengikuti ajaran rasul, sangat mungkin dia akan melakukan kekeliruan dan kesalahan yang berakibat fatal. Baik hal tersebut dia sadari maupun tidak. Seperti kisah dari hadis tentang lalat di atas.


Hanya seekor lalat bisa menyebabkan seseorang masuk neraka.

Sebaliknya, lalat juga bisa menyebabkan orang yang lain masuk surga.


Meskipun kelihatan remeh, hal tersebut pada hakikatnya merupakan hal yang sangat prinsip. Yaitu menyangkut masalah akidah. Jika manusia yang beriman tidak berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan menentukan sikap, tidak menutup kemungkinan ia akan sangat mudah terjerumus kepada hal-hal syirik yang bisa menggugurkan keimanannya.


Ketika Rasulullah saw. mengabarkan kepada para sahabat bahwa ada seorang yang masuk neraka karena lalat, mereka merasa heran karena seakan-akan hal tersebut adalah remeh. Tetapi, setelah diterangkan oleh Rasulullah saw., mereka menyadari bahwa sebab yang kecil bisa mengakibatkan seseorang terjerumus dalam kemusyrikan.


Ini menunjukkan besarnya bahaya syirik, dan bahwa syirik itu memastikan pelakunya masuk neraka.


Dalam hadis tersebut di atas diterangkan bahwa orang yang pertama masuk neraka karena ia mempersembahkan seekor lalat untuk sebuah berhala. Berhala adalah shanam, yaitu sesuatu yang dipahat dalam bentuk tertentu. Namun, di dalam kitab An-Nihayah disebutkan bahwa segala sesuatu yang disembah selain Allah, dan segala sesuatu yang menyibukkan manusia sehingga ia melupakan Allah, hal itu juga disebut berhala. Mempersembahkan sesuatu kepada (berhala dan lain-lainnya) selain Allah adalah kesyirikan yang nyata.


Mengapa pelaku syirik dipastikan masuk neraka, di dalam kitab Qurratu A'yun disebutkan bahwa karena ia menuju kepada selain Allah dengan hatinya dan tunduk kepadanya lewat amalannya, maka sudah pasti neraka akan menjadi bagiannya. Dalam sebuah hadis marfu dari Jabir disebutkan, "Barang siapa yang bertemu Allah tanpa syirik kepada-Nya sedikit pun, maka dia masuk surga. Dan barang siapa yang bertemu Allah dalam keadaan syirik kepada-Nya, maka dia masuk neraka." Jika hal ini berlaku untuk orang yang memberikan persembahan kepada berhala dengan seekor lalat, bagaimana dengan yang lebih dari itu.


Kita lihat fenomena kemusyrikan dewasa ini. Mereka tidak sekadar mempersembahkan seekor lalat, akan tetapi berupa onta, sapi, kambing, kerbau, dan lain-lainnya, yang mereka persembahkan untuk apa yang mereka sembah selain Allah, seperti untuk orang yang telah mati, untuk makhluk gaib, untuk para thaghut, untuk monumen, pohon, batu-batu, tempat-tempat keramat, dan lain-lainnya. Dan, mereka melakukan persembahan itu lebih hebat daripada perayaan persembahan kurban yang disyariatkan.


Jika dengan lalat saja bisa memasukkan pelakunya ke neraka, apalagi dengan sesuatu yang lebih besar darinya.


Terkadang seseorang jatuh ke dalam syirik yang menyebabkan dia akan masuk neraka tetapi tidak disadari, meskipun orang itu melakukannya hanya karena ingin terbebas dari kejahatan orang-orang yang durhaka dari para pemuja berhala maupun dari yang lainnya.


Di dalam kitab Fathul Majid diterangkan bahwa awalnya orang yang pertama itu adalah muslim. Tetapi, keislamannya batal akibat perilakunya itu.


Lain halnya dengan orang yang kedua, mereka menunjukkan keutamaan tauhid, keikhlasan, serta ketabahan dalam memegangi agama. Yaitu, ketika ia harus mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan akidahnya.


Hendaknya kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Kapan pun dan di mana pun juga kita harus tetap memegangi prinsip akidah kita meskipun nyawa taruhannya. Sebagai orang yang beriman, kita harus berani mengambil risiko keimanan seperti yang dilakukan oleh orang yang kedua. Walaupun harus mati, tetapi ia adalah yang utama, karena justru dengan kematiannya itu, ia akan mendapatkan balasan surga di sisi Allah SWT.


Tetapi, sebagian orang memilih kehidupan dunia ini dan membuang jauh-jauh kebahagiaan akhirat, seperti orang yang pertama dalam kisah di atas. Manusia melakukan hal tersebut bisa jadi karena ketidaktahuan mereka karena tidak mengikuti petunjuk yang dibawa oleh seorang rasul yang diutus kepada mereka.


Selain itu, hendaklah kita mengingat bahwa salah satu dari tiga hal yang apabila diamalkan oleh seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman. Yaitu, "Dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia membenci kalau dilemparkan ke dalam api neraka."



Tiada ulasan: