Catatan Popular

Rabu, 29 Ogos 2018

PESANAN AGUNG HIKMAH Dua Cara Mendekat kepada Allah menurut Imam Ibnu Rajab al Hanbali

Dua cara mendekat kepada Allah Ta’ala dengan mengutip keterangan dari Imam Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullahu Ta’ala.

Laki-laki murah senyum yang juga penulis buku best seller ini memulai penjelasannya dengan mengatakan, “Apa yang kita lakukan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala?”

Berselang detik kemudian, ayah beranak dua yang menjadi inisiator Majlis Jejak Nabi ini menuturkan, “Kata Imam Ibnu Rajab al-Hanbali (Rahimahullahu Ta’ala), ada dua cara yang paling mudah untuk mendekat kepada Allah Ta’ala.”

Apakah dua cara tersebut?

“Satu,” tutur beliau melanjutkan, “kalau kita tidak bisa berlomba dengan orang shalih dalam amal-amal kebaikannya, mari kita berlomba dengan para pendosa dalam istighfarnya.”

Idealnya, kita bergegas dalam melakukan amal shalih dengan penuh keihklasan. Berniat karena Allah Ta’ala, melakukan sesuai petunjuk-Nya, dan membersihkan amal dari segala pengganggu meliputi riya’, sum’ah, atau syirik.

Namun jika belum sampai pada derajat ahli amal shalih, hendaknya kita tidak pernah berputus asa dengan senantiasa beristighfar. Memohon ampun atas dosa-dosa masa lalu dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi.

“Yang kedua,” lanjut dai yang juga pengasuh biro perjalanan umrah Jejak Imani, “mendekatlah kepada Allah Ta’ala dengan hajat yang tidak ada habis-habisnya. Karena Allah Ta’ala paling suka kepada seorang hamba yang merasakan hajat kepada-Nya. Karena saat yang paling berharga yang dinikmati hamba di dalam hidup adalah saat seorang hamba merasa paling berhajat kepada Allah Ta’ala.”

Berhajat kepada Allah Ta’ala dalam semua makna kebaikan. Agar kita merasa butuh dan lemah, kecuali karena kekuatan yang Dia limpahkan. Ialah perasaan rendah di hadapan Yang Mahamulia. Bahwa ketaatan yang dilakukan bukan karena tepatnya strategi, tapi murni karena Pertolongan Allah Ta’ala. Bahkan Dialah yang mulai menggerakkan hati kita hingga berniat melakukan kebaikan.

Berhajat kepada Allah Ta’ala pula dalam memohon kelemahan saat diri tergerak melakukan keburukan, sia-sia, dosa, dan maksiat. Bahwa tatkala Dia melemahkan kita, tiada satu pun makhluk yang mampu memberikan kekuatan.

Dan sebaik-baik hajat yang harus senantiasa kita hadirkan kepada Allah Ta’ala ialah kebutuhan untuk senantiasa dekat dengan-Nya. Sebab itulah keindahan tertinggi, saat diri benar-benar menyandar atau tersungkur hanya kepada-Nya

Tiada ulasan: