Catatan Popular

Selasa, 13 Oktober 2020

Doa Abu Salamah untuk isterinya

Dia juga mengikuti perang pada masa Rasulullah Saw, yakni perang badar dan perang Uhud. Bahkan Rasulullah Saw pernah mengutusnya memimpin perang yang tidak diikuti oleh beliau.

Ketika banyak cobaan dan penyiksaan dialami oleh kaum muslimin, Abu Salamah beserta istrinya Ummu Salamah ikut berhijrah meninggalkan Makkah bersama beberapa sahabat lainnya menuju ke Habasyah (sekarang disebut Ethiopia), tepatnya pada bulan Rajab tahun kelima kenabian, pada saat itu Rasulullah Saw memang mengizinkan para sahabat beliau hijrah ke Habasyah Etiopia ( Afrika).dengan membawa bekal keimanannya. Di negeri inilah Ummu Salamah melahirkan keempat anaknya.

Kemudian mereka mendengar berita bahwa Makkah telah dikuasai oleh orang muslim kemudian keduanya bersama keempat anak-anaknya kembali ke Makkah. Tetapi ternyata kabar tersebut tidakah benar, sehingga mereka kemudian harus hijrah kembali ke Madinah. Ada suatu kisah ketika mereka hendak kembali berhijrah ke Madinah. Pada saat itu keluarga dari Ummu Salamah melarang mereka untuk membawa putranya Salamah berhijrah.

Keluarga Ummu Salamah kemudian mengambil dan membawa Salamah secara paksa sampai salah satu tangan anak mereka Salamah cedera.

Peristiwa tersebut membuat Abu dan Ummu Salamah bersedih, tetapi tidak lama kemudian datanglah bantuan dari seseorang yang kasihan melihat keduanya, sehingga Salamah akhirnya bisa kembali kepangkuan kedua orang tuanya.

Setelah peristiwa tersebut, berangkatlah Abu Salamah bersama seluruh anggota keluarganya berhijrah ke Madinah dan membangun hidup berdampingan dengan Rosulullah Saw.

Tidak lama setelah mereka tinggal di Madinah, kemudian berkecamuklah perang Badar. Saat perang tersebut Abu Salamah juga ikut andil sebagai salah satu pahlawan yang gagah berani membela dan berjuang demi kebenaran ajaran Islam. Sehingga perang Badar dimenangkan oleh kaum muslimin meski dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit dari kaum kafir. Kemudian dalam perang Uhud, kembali Abu Salamah ikut terlibat dalam kancah peperangan.

Dalam perang Uhud tersebut, Abu Salamah mendapatkan luka yang cukup serius pada lengannya karena terkena panah. Luka tersebut kemudian dapat diobati hingga satu bulan lamanya. Meski belum mendapatkan kesembuhan secara total, Abu Salamah ikut dalam barisan bersama seratus lima puluh orang lainnya ke Qathan pada bulan Muharram. Sepulangnya dari Qathan, Abu Salamah merasakan sakitnya kambuh lagi.

Dalam kondisi tersebut, Ummu Salamah sang istri terus mendampinginya hingga kemudian Abu Salamah meninggal pada bulan Jumadil Akhir tahun 4 Hijriyah di kota Madinah.

Sebelum Abu Salamah meninggal, Ummu Salamah pernah berkata kepadanya:” Aku telah mendengar bahwa seorang wanita yang suaminya tiada dan suami itu termasuk ahli surga kemudian wanita tersebut tidak menikah lagi sepeninggal suaminya, maka akan Allah mengumpulkan mereka berdua di surga.

Mari kita saling berjanji agar engkau tidak menikah lagi sepeninggalku dan akupun tidak akan menikah lagi sepeninggalmu.”   

Mendengar perkataan istrinya tersebut Abu Salamah kemudian berkata:” Apakah engkau mau taat kepadaku?” Kata Ummu Salamah “Ya.”

Abu Salamah berkata lagi “Kalau aku kelak tiada menikahlah! Ya Allah berikan pada Ummu Salamah sepeninggalku nanti seseorang yang lebih baik dari padaku yang tidak akan membuat berduka dan tidak akan menyakitinya.”

Ummu Salamah memang perempuan yang setia, setelah Abu Salamah wafat meninggalkannya, Ummu Salamah selalu berkata: “Siapakah yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah?”

Meninggalnya Abu Salamah memang menyisakan duka yang mendalam di hati Ummu Salamah.

Ketika Abu Salamah meninggal Rasulullah Saw melayat kematiannya dan memejamkan matanya dengan tangan Beliau. Rasulullah Saw juga memberi kabar gembira bahwa kelak Abu Salamah di mahsyar adalah yang pertama kali mendapat daftar dengan tangan kanannya.

Sepeninggal Abu Salamah, dan begitu masa iddah selesai dilaluinya, banyak para sahabat yang mengetuk pintu rumah Ummu Salamah untuk melamarnya, diantaranya adalah Abu Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Tetapi Ummu Salamah menolaknya secara baik-baik. Setelah para sahabat ini ditolak oleh Ummu Salamah, kemudian datanglah seseorang yang kembali mengetuk pintu rumahnya, tidak lain adalah Rasulullah Saw.

Beliau juga hendak meminang Ummu Salamah, kepada Rasulullah Saw, Ummu Salamah berkata: “Wahai Rasulullah sesungguh aku adalah wanita yang sudah cukup berumur dan aku juga memiliki anak-anak yatim, lagi pula aku adalah wanita yang sangat pencemburu.

Kemudian Rasulullah menjawab:”Dari segi usia aku lebih tua daripadamu, Adapun anak-anak maka Allah akan mencukupinya. Sedangkan kecemburuanmu mk aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menghilangkannya.”

Setelah itu menikahlah Ummu Salamah dengan Rasulullah. Akhirnya doa Abu Salamah sebelum meninggal bahwa dia berharap agar istrinya dapat menikah lagi dengan orang yang lebih baik daripadanya terjawab.

Pernikahan ini sempat membuat salah satu istri Rasulullah Aisyah RA merasa cemburu.

Karena Ummu Salamah memang dikenal dengan seorang perempuan yang mempunyai paras yang cukup cantik dan menarik. Ummu Salamah adalah termasuk Ummul Mukminin (ibu dari orang-orang yang beriman), dia juga termasuk salah seorang yang banyak meriwayatkan hadis. Ummu Salamah juga orang yang diberi karunia umur yang panjang. Dia meninggal pada tahun 61 Hijriyah pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah di usianya yang ke 84.

Ummu Salamah meninggal tidak lama setelah mendengar kematian Husain bin Abi Thalib.

 

Tiada ulasan: