Catatan Popular

Selasa, 5 Februari 2013

KITAB AL-KALIMAT KE 5 : TUGAS HAKIKI MANUSIA IALAH BERIBADAH KEPADA ALLAH DAN MENJAUHI DOSA BESAR

KARYA BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM KITABNYA “RISALAH NUR”

Tugas Hakiki Manusia: Beribadah kepada Allah dan Menjauhi
Dosa Besar

Allah bersama Orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik

Jika engkau ingin mengetahui bahwa mendirikan shalat dan menjauhi
dosa-dosa besar merupakan tugas hakiki yang sesuai dengan
manusia dan hasil fitri yang cocok dengan penciptaannya, perhatikan
cerita imajiner yang singkat berikut ini:
Pada saat terjadi perang di salah satu batalion terdapat dua orang
prajurit: yang pertama terlatih dan menjalankan tugasnya dengan bersungguh-
sungguh; sementara yang lain tidak mengetahui tugasnya dan
mengikuti hawa nafsunya. Orang yang melaksanakan tugasnya dengan
baik sangat perhatian dengan latihan dan urusan jihad. Ia tidak pernah
memikirkan urusan kebutuhan hidup dan persoalan rezekinya. Sebab,
ia sadar dan sangat yakin bahwa penghidupannya, perhatian terhadap
urusannya, pemberian bekal untuknya, bahkan pengobatan untuknya
ketika sakit, serta satu suap yang masuk ke dalam mulutnya adalah
kewajiban negara. Kewajiban utamanya hanya berlatih dan berjuang.
Meskipun demikian, ia sadar kalau kewajiban tersebut tidak menghalanginya
untuk menyiapkan bekal dan mengerjakan sejumlah hal seperti
memasak dan mencuci perabotan. Bahkan di saat mengerjakannya
kalau ditanya, “Apa yang sedang kau kerjakan?” Ia tentu menjawab,
“Aku sedang melaksanakan sebagian kewajiban negara secara sukarela.”
Ia tidak menjawab, “Aku bekerja untuk mencari nafkah saya.”
Adapun prajurit yang lain, yang tidak mengetahui kewajibannya,
malas berlatih dan tidak memiliki perhatian dengan urusan perang. Ia
berkata, “Itu urusan negara. Apa urusannya denganku?” Karena itu ia
sibuk dengan urusan nafkahnya dan terus menumpuk harta sehingga
ia meninggalkan batalion untuk segera melakukan transaksi jual beli
di pasar.
Pada suatu hari temannya yang terlatih berkata, “Wahai saudaraku,
tugas utamamu adalah berlatih dan berperang. Engkau didatangkan ke
sini untuk melaksanakan tugas tersebut. Adapun urusan hidup serahkan
kepada penguasa negara. Ia tidak akan membiarkanmu lapar sebab
itu adalah tugas dan kewajibannya. Di samping itu, engkau tidak berdaya
dan fakir. Engkau tidak bisa memenuhi kebutuhanmu di setiap
tempat. Lebih dari itu, kita sedang berada dalam kondisi jihad dan di
pentas perang dunia yang besar. Aku khawatir mereka menganggapmu
sebagai pembangkang sehingga mendapatkan hukuman.
Ya, ada dua tugas yang tampak di hadapan kita. Pertama tugas penguasa,
yaitu memenuhi kebutuhan kita. Kita kadang dipekerjakan secara
cuma-cuma untuk menunaikan tugas tersebut. Yang kedua adalah
tugas kita, yaitu berlatih dan berperang. Dalam hal ini, penguasa memberikan
kepada kita sejumlah bantuan dan fasilitas yang diperlukan.
Wahai saudaraku, andaikan si prajurit tersebut tidak memerhatikan
ucapan pejuang yang terlatih tadi betapa ia sangat merugi dan menghadapi
bahaya.
Wahai jiwa yang malas, medan yang bergejolak dengan perang
adalah kehidupan dunia ini. Pasukan yang terbagi kepada sejumlah
batalion adalah umat manusia. Batalion itu sendiri adalah komunitas
muslim saat ini. Lalu kedua prajurit tersebut yang pertama adalah orang
yang mengetahui kewajiban agama dan melaksanakan berbagai kewajibannya.
Ia adalah muslim bertakwa yang berjuang melawan nafsu dan
setan agar tidak terjatuh ke dalam dosa dan menjauhi berbagai dosa
besar. Sementara yang kedua adalah orang fasik yang merugi yang sibuk
mencari dunia karena tidak percaya kepada Pemberi Rezeki hakiki.
Dalam menggapai sesuap nasi, ia berani meninggalkan kewajibannya
dan mengerjakan maksiat. Selanjutnya, berbagai latihan yang ada berupa
ibadah, khususnya shalat. Perang adalah perjuangan manusia dalam
melawan diri dan hawa nafsunya, menghindarkan diri dari dosa dan
akhlak tercela, serta melawan setan dari kalangan jin dan manusia guna
menyelamatkan kalbu dan ruhnya dari kebinasaan abadi. Kemudian
kedua tugas di atas, yang pertama memberikan kehidupan dan pemeliharaanya;
yang kedua adalah beribadah dan memohon kepada Sang
Pemberi dan Pemelihara kehidupan, serta bertawakkal, dan percaya
kepada-Nya.
Ya, Dzat yang memberikan kehidupan, yang menciptakannya sebagai
kreasi menakjubkan yang paling bersinar serta menjadikannya sebagai
hikmah rabani yang cemerlang adalah Dzat yang memeliharanya.
Hanya Dia yang menjaga dan terus menyuplai rezeki untuknya. Engkau
ingin mengetahui buktinya? Hewan yang paling lemah dan paling
bodoh mendapatkan rezeki yang paling baik dan paling bagus. Misalnya
ikan dan ulat. Makhluk yang paling lemah dan paling halus bisa
mendapatkan makanan yang paling nikmat dan paling baik. Misalnya
anak-anak kecil.
Agar engkau dapat memahami bahwa sarana untuk mendapatkan
rezeki yang halal bukan berupa kekuatan dan ikhtiar manusia, namun
kelemahan dan ketidakberdayaannya, cukuplah engkau membandingkan
antara ikan yang bodoh dan serigala, antara anak-anak yang tidak
memiliki kekuatan dan binatang buas pemangsa, dan antara pohon
yang tegak berdiri dan hewan yang terengah-engah.
Orang yang memutuskan shalatnya lantaran sibuk mencari dunia
sama seperti prajurit yang meninggalkan latihan dan paritnya kemudian
meminta-minta di pasar. Mencari rezeki di dapur rahmat Tuhan
Pemberi Rezeki Yang Maha Pemurah setelah menegakkan shalat sehingga
tidak menjadi beban bagi yang lain adalah baik dan memiliki
wibawa. Hal itu pun bagian dari ibadah.
Selanjutnya fitrah manusia berikut sejumlah perangkat maknawi
yang Allah tanamkan padanya menjadi bukti bahwa ia tercipta untuk
beribadah. Sebab, mengenai kekuatan dan aktivitas yang diperlukan
untuk kehidupan dunia manusia tidak akan mencapai tingkatan burung
pipit yang paling rendah sekalipun. Namun, manusia merupakan
pemimpin seluruh makhluk dilihat dari sisi ilmu, memohon melalui kepapahannya,
serta ibadah yang diperlukan untuk kehidupan maknawi
dan ukhrawinya.
Wahai jiwa, jika engkau menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan
lalu mengerahkan seluruh potensimu padanya, maka engkau tak
ubahnya seperti burung yang paling hina.
Adapun jika engkau menjadikan kehidupan akhirat sebagai akhir
impian serta menggunakan kehidupan dunia sebagai sarana dan ladang
untuk meraih akhirat, lalu engkau berusaha untuknya, maka engkau
seperti pemimpin seluruh makhluk hidup dan hamba yang memohon
dan tersayang di sisi Pencipta Yang Maha Pemurah. Engkau juga akan
menjadi tamu yang mulia dan terhormat di dunia ini.
Di hadapanmu terdapat dua jalan, pilihlah mana yang kau suka!
Mintalah petunjuk dan taufik kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.


Tiada ulasan: