Terdapat 7 Fasal
FASAL 1 : FADHILAT AZAN
Bersabda Nabi saw: "3 orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan
kesturi hitam, tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke
atas diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu
diantara manusia. Orang yang tiga itu ialah: orang yang membaca AIquran karena
mengharap akan Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum,
di mana kaum itu senang kepadanya, orang yang beradzan pada masjid dan berdo’a
kepada Allah 'Azza wa Jalla karena mengharap akan WajahNya dan orang yang
berpenghidupan sempit di dunia maka yang demikian itu tiada mengganggukannya
daripada berbuat amalan akhirat".
Bersabda Nabi saw: “Tiadalah yang mendengar seruan adzan
dari orang yang beradzan itu, baik yang mendengar itu jin atau manusia ataupun
sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang beradzan itu pada
hari qiamat".
Bersabda Nabi saw: “Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di
atas kepala muadzin (orang yang beradzan), sehingga selesailah ia daripada
adzannya”. Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah 'Azza wa Jalla
"Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang memanggil kepada Tuhan
dan mengerjakan perbuatan baik"
bahwa ayat ini turun mengenai orang‑orang muadzin.
Bersabda Nabi saw: "Apabila kamu mendengar seruan
adzan, maka ucapkanlah apa yang diucapkan oleh muadzin itu". Mengucapkan
yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai: "Hayya 'alash‑shalaah"
dan "Hayya 'alal‑falaah" maka diucapkan pada yang dua ini ialah:
"Laa haula wa laa quwwata illaa billaah" (Tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah). Dan
pada ucapan muadzin: "Qadqaamatish shalaah" maka pendengar
mengucapkan: “Aqaamahallahu wa adaamahaa maa daamatis samaawaatu wal ardl” (Ditegakkan Allah kiranya shalat itu dan
dikekalkan Allah selama kekal langit dan bumi). Dan pada tatswib, yaitu: ucapan
muadzin pada shalat shubuh: “Ashshalaatu
khairum minan nauum” (Shalat itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengarnya
mengucapkan: “Shadaqta wa bararta wa nashahta” (Benar engkau, telah berbuat
kebajikan engkau dan telah memberi nasehat engkau). Ketika selesai dari adzan,
maka dibacakan do'a, yaitu: "Ya Allah, ya Tuhanku, yang memiliki do’a ini
yang sempuma, dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan,
kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang
telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji".
Berkata Said bin AI‑Musayyab: “Barangsiapa mengerjakan
shalat pada tanah sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang
malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat
(iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat‑malaikat berbaris seperti
bukit".
FASAL 2 FADHILAT SHALAT FARDHU
Berfirman Allah Ta’ala: "Sesungguhnya shalat itu
suatu kewajiban yang ditentukan waktunya untuk orang‑orang yang beriman"
S 4 An‑Nisaa', ayat 103.
Bersabda Nabi saw: "5 shalat diwajibkan oleh Allah
kepada segala hamba. Maka barangsiapa mengerjakan semuanya dan tidak menyia‑nyiakan
suatupun daripadanya, sebagai meringan‑ringankan haknya, niscaya adalah
untuknya pada Allah suatu janji bahwa ia akan masuk sorga. Dan barangsiapa
tidak mengerjakan semuanya, maka tiadalah baginya pada Allah suatu janji. Jika
dikehendaki oleh Allah niscaya diazabkannya dan jika dikehendaki Allah, niscaya
dimasukkannya ke dalam sorga".
Bersabda Nabi saw: "Perumpamaan shalat yang 5 itu
adalah seumpama sebuah sungai yang tawar airnya yang meluap‑luap, di pintu
seseorang daripada kamu. Ia mandi padanya tiap‑tiap hari 5 kali. Apakah
pendapatmu tentang orang itu, apakah masih ada dakinya?" Menjawab para
shahabat: “Tak ada sedikitpun! Maka menyambung Nabi saw: "Sesungguhnya
shalat yang 5 itu, menghilangkan dosa seperti air menghilangkan daki".
Bersabda Nabi saw: "Sesungguhnya shalat‑shalat itu
menghapuskan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan dosa besar".
Bersabda Nabi saw: “Diantara kita dan orang-orang munafiq itu terdapat saksi‑saksi
gelap dan terang, yang tiada sanggup mereka mempengaruhi kedua saksi itu".
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa menjumpai Allah, sedang
dia menyia‑nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh Allah sesuatu daripada
kebajikan‑kebajikannya". Bersabda Nabi saw: “Shalat itu tiang agama.
Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan agama. Ditanyakan
Rasulullah saw: “Amalah apakah yang lebih utama (afdlal)?". Menjawab Nabi
saw: “Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa memelihara shalat yang 5
itu dengan menyempurnakan bersuci dan waktunya, niscaya jadilah shalat itu nur
baginya dan pembuktian pada hari qiamat. Dan barangsiapa menyia‑nyiakannya,
niscaya dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan Haman".
Bersabda Nabi saw: "Kunci sorga itu shalat ".
Dan bersabda Nabi saw: “Tiada diwajibkan oleh Allah kepada makhuk Allah sesudah
tauhid yang lebih menyukakan kepada Allah selain daripada shalat. Jikalau
adalah sesuatu yang lain, yang lebih menyukakan kepada Allah dari shalat, niscaya
telah beribadah dengan dia para malaikat Allah. Para malaikat itu,
sebahagiannya ruku', sebahagian sujud, sebahagian berdiri dan duduk ".
Bersabda Nabi saw: "Barangsiapa meninggalkan shalat
dengan sengaja, maka kufurlah dia", artinya: hampir tercabut daripada Iman
dengan terbuka talinya dan jatuh tiangnya. Sebagaimana dikatakan bagi orang
yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia telah sampai ke kampung itu dan
telah memasukinya.
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa meninggalkan shalat dengan
sengaja maka terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad saw". Berkata Abu
Hurairah ra: “Barangsiapa berwudlu, maka membaguskan wudlunya, kemudian ia
keluar dengan sengaja untuk shalat maka sesungguhnya dia di dalam shalat yang
sengaja ia kepada shalat itu. Dan dituliskan baginya dengan salah satu dari dua
langkahnya kebajikan dan dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi,
kejahatan. Apabila mendengar seorang kamu akan qomat maka tidak wajarlah
baginya mengemudiankan. Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang
terjauh rumah daripada kamu" Bertanya mereka: "Mengapa begitu wahai
Abu Hurairah?". Menjawab Abu Hurairah: "Dari karena banyaknya
langkah. Diriwayatkan: "Bahwa yang mula pertama diperhatikan dari amalan
hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau terdapat shalat itu sempurna,
niscaya diterima shalat itu daripadanya dan amalannya yang lain. Dan kalau
terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu daripadanya dan amalannya yang
lain".
Bersabda Nabi saw: "Hai Abu Hurairah! Suruhlah
keluargamu dengan shalat! Sesungguhnya Allah mendatangkan rezeqi bagimu dari
tempat yang tidak kamu sangka”. Berkata setengah ulama: "Orang yang
mengerjakan shalat itu adalah seumpama saudagar yang tidak memperoleh
keuntungan sebelum kembali pokoknya. Demikian juga orang yang mengerjakan
shalat, tidak diterima yang sunat sebelum ditunaikannya yang fardlu”. Abu Bakar
ra berkata: "Apabila telah datang waktu shalat, maka pergilah ke apimu
yang telah kamu nyalakan, lalu padamkanlah api itu !
FASAL 3 : FADHILAT MENYEMPURNAKAN RUKUN.
Bersabda Nabi saw: “Shalat fardlu itu adalah seumpama
neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh cukup". Berkata Yazid
Ar‑Riqasyi: "Adalah shalat Rasulullah saw itu sama seolah‑olah sudah
ditimbang". Bersabda Nabi saw: "Sesungguhnya dua orang dari ummatku,
keduanya berdiri kepada shalat, di mana ruku' dan sujud keduanya itu satu. Dan
diantara shalat keduanya itu adalah diantara langit dan bumi".
Diisyaratkan Nabi saw dengan sabdanya itu untuk "khusyu"'. Bersabda
Nabi saw: "Allah tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada
menegakkan tulang sulbinya diantara ruku' dan sujudnya". Bersabda Nabi
saw” "Tidakkah takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat, akan
diputarkan oleh Allah mukanya menjadi muka keledai?". Bersabda Nabi saw:
"Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan wudlunya,
menyempurnakan rukunya, sujudnya dan khusu’nya, niscaya shalat itu naik dengan
warna yang putih bersih, seraya mengatakan: "Kiranya Allah menjaga engkau
sebagaimana engkau telah menjaga aku (sholat)!”. Barangsiapa mengerjakan shalat
pada bukan waktunya dan tidak melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan
rukunya, sujudnya dan khusyu’nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang
hitam gelap, seraya mengatakan: “Disia‑siakan oleh Allah kiranya engkau,
sebagaimana engkau telah menyia‑nyiakan aku (sholat)" Sehingga kalau dikehendaki oleh Allah
apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk, maka
dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".
Bersabda Nabi saw: "Sejahat‑jahat manusia mencuri ialah orang yang
mencuri dari shalatnya". Berkata Ibnu Masud dan Salman ra: "Shalat
itu alat penyukat. Maka barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima
sempurna dan barangsiapa menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang
difirmankan Allah, mengenai orang‑orang yang menipu pada sukatan/timbangan.
FASAL 4 : FADHILAT SHALAT JAMAAH.
Bersabda Nabi saw: "Shalat jama’ah itu melebihi dari
shalat sendirian dengan 27 derajat". Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi
saw tidak melihat orang pada sebahagian shalat, lalu bersabda:
"Sesungguhnya aku bercita-cita menyuruh seseorang menjadi imam yang
mengimami shalat orang banyak. Kemudian aku sendiri mencari orang‑orang yang
meninggalkan shalat berjamaah itu Ialu aku bakar rumah‑rumahnya”. Pada riwayat
yang lain: "Kemudian aku mencari orang‑orang yang meninggalkan shalat
jama'ah itu, maka aku suruh mereka. Lalu kalau meninggalkan juga, maka rumah
mereka dibakar dengan unggunan kayu api. Jikalau tahulah seseorang dari mereka
bahwa akan memperoleh tulang yang berminyak atau dua kuku hewan, niscaya
dihadirinya", yakni: "shalat 'Isya". Berkata Usman ra, dimana
perkataannya itu adalah suatu hadits marfu': "Barangsiapa menghadiri
shalat jama'ah 'Isya, maka seakan‑akan ia bangun setengah malam dengan ibadah.
Dan barangsiapa menghadiri shalat jama'ah Shubuh, maka seakan‑akan ia bangun
semalam‑malaman dengan ibadah".
Bersabda Nabi saw: “Barangsiapa mengerjakan suatu shalat
dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya dengan ibadah". Berkata
Sa’id bin AI‑Musayyab: "Tiadalah seorang muadzin melakukan adzan semenjak
20 tahun yang lampau, melainkan saya ada di dalam masjid”. Berkata Muhammad bin
Wasi’: “Tiada aku rindukan dari dunia, selain dari tiga: teman, jikalau aku
bengkok, maka diluruskannya; makanan dari rezeki yang aku peroleh dengan mudah
tanpa menuruti kata orang dan shalat berjamaah yang tak aku melupakannya dan
dituliskan bagiku keutamaannya". Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin Al‑Jarrah
pada suatu kali menjadi imam shalat dari suatu kaum. Tatkala mau pergi, maka ia
berkata: "Terus‑menerus setan tadi padaku, sampai setan itu menampakkan
kepadaku bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari itu, aku tidak mau
menjadi imam shalat selama‑lamanya". Berkata Al-Hasan: "Janganlah
engkau bershalat di belakang orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An‑Nakha'i: "Orang yang menjadi imam shalat dari orang banyak
tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang menyukat air di dalam laut, tidak
mengetahui tambahannya daripada kekurangannya”. Berkata Hatim AI‑Asham:
"Tertinggal aku suatu shalat dari berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu
Ishak AI‑Bukhari sendirian. Dan jikalau meninggallah anakku, maka diratapi aku
oleh lebih dari 10.000 orang, karena bahaya yang menimpakan agama dipandang
manusia lebih mudah daripada bahaya yang menimpakan dunia". Berkata Ibnu
Abbas ra: "Siapa yang mendengar suatu penyeru (suara muadzin) dan tidak
menjawabnya, maka adalah dia tidak menghendaki kebajikan dan kebajikanpun tiada
berkehendak kepadanya". Berkata Abu Hurairah ra: "Adalah lebih baik
bagi anak Adam, telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan
yang tidak dijawabnya". Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran datang ke
masjid, Ialu orang mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah pulang (karena
shalat jama'ah sudah selesai), maka Maimun menjawab: “Innaa lillaahi wa innaa
illaihi raaji’uun! Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah), adalah
lebih baik bagiku daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi saw: "Barangsiapa mengerjakan shalat 40
hari dalam jama'ah, yang tidak tertinggal padanya suatu takbiratul‑ihram, maka
dituliskan oleh Allah baginya dua kelepasan: “kelepasan dari nifaq dan
kelepasan daripada neraka". Ada yang mengatakan bahwa pada hari qiamat
dibangkitkan dari kubur suatu kaum, wajahnya berseri‑seri seperti bintang yang
berkilau‑kilauan. Maka bertanya malaikat kepada mereka: “Apakah amal perbuatan
kamu dahulu?". Menjawab mereka: "Adalah kami apabila mendengar adzan,
lalu bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang lain". Kemudian
dibangkitkan dari kubur suatu golongan, wajahnya seperti bulan, maka menjawab
golongan ini sesudah ditanya: “Adalah kami berwudlu sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan, wajahnya seperti matahari, maka golongan
ini menjawab: "Adalah kami mendengar adzan di masjid”. Diriwayatkan bahwa
ulama‑ulama terdahulu (salaf) adalah meratapi dirinya 3 hari, apabila
tertinggal takbir pertama pada shalat jama'ah. Dan meratapi dirinya 7 hari,
apabila tertinggal shalat jama'ah.
FASAL 5 : FADHILAT SUJUD.
Bersabda Rasulullah saw: “Tiadalah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan
sesuatu, yang lebih utama daripada sujud yang tersembunyi (tidak di muka
umum)".
Bersabda Rasulullah saw: "Tiadalah seorang muslim bersujud kepada Allah dengan satu sujud,
melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu tingkat dan dihapuskan daripadanya
satu kejahatan dengan sebab sujud itu”.
Diriwayatkan: "Bahwa seorang laki‑laki meminta kepada
Rasulullah saw: “Berdo'alah pada Allah kiranya dijadikan Allah aku diantara
orang yang memperoleh syafa'atmu dan diberikan Allah aku rezeki mengawani
engkau dalam sorga". Maka menjawab Nabi saw: "Tolonglah aku dengan
berbanyak sujud". Ada yang mengatakan: "Yang paling dekat seorang
hamba kepada Allah, ialah bahwa ada ia seorang yang sujud", itulah maksud
firman Allah Ta’ala: "Wasjud
waqtarib". (Dan sujudlah dan dekatkanlah diri kepada Allah). S 96 Al
‘Alaq, ayat 19.
Dan berfirman Allah Ta’ala: "Di muka mereka ada tanda‑tanda bekas sujud" S 48 AI‑Fath, ayat
29.
Ada yang mengatakan, yaitu apa yang tersentuh dengan
mukanya dari bumi ketika sujud. Ada yang mengatakan, yaitu nur khusyu', yang
menembus cemerlang dari bathinnya kepada zhahir. Inilah yang lebih benar. Dan
ada yang mengatakan, yaitu cahaya gemilang yang ada pada mukanya di hari qiamat
dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi saw: "Apabila anak Adam membaca ayat sajadah (ayat yang disunatkan sujud
sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah setan sambil menangis dan
berkata: "Alangkah celakanya aku! Orang ini disuruh sujud, lalu ia sujud
maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu aku durhaka, maka bagiku
neraka".
Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas, bahwa ia
bersujud tiap‑tiap hari 1000 sujud. Dan orang banyak menggelarkan Ali ini
dengan gelar "As‑Sajjad", artinya: orang banyak sujud. Diriwayatkan
bahwa Umar bin Abdul‑'Aziz ra tiada melakukan sujud selain atas tanah.
Dan Yusuf bin Asbath berkata: "Hai para pemuda! Bersegeralah mempergunakan
ketika sehat sebelum sakit! Maka tiadalah tinggal seseorang yang aku gemari,
selain orang yang menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya dan telah terdindinglah
diantara aku dan ruku' sujud itu (karena telah lanjut umurnya)"
Berkata Sa'id bin Jubair: "Tiada aku meminta tolong pada sesuatu di
dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbah bin Muslim: "Tiada suatu perkarapun pada hamba yang
lebih disukai oleh Allah selain daripada orang yang menyukai berjumpa dengan
Dia. Dan tiadalah dari Sa’at kehidupan hamba yang lebih dekat kepada Allah,
selain dari Sa'at di mana ia' tersungkur bersujud kepada Allah ".
Berkata Abu Hurairah ra: "Yang lebih mendekati seorang hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla,
ialah apabila ia sujud, lalu membanyakkan do'a ketika itu”.
FASAL 6 : FADHILAT KHUSYU
Berfirman Allah Ta'ala: “Kerjakanlah shalat untuk mengingati AKU “ Surah 20 Thaa Ha, ayat 14.
Berfirman Allah Ta’ala: “Janganlah engkau termasuk orang‑orang yang alpa". S 7 Al
A'raaf ayat 205.
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Janganlah kamu hampiri shalat ketika kamu sedang mabuk, sampai kamu
mengetahui apa yang kamu katakan". S 4 An Nisaa' ayat 43.
Ada yang mengatakan: mabuk dari banyak angan‑angan. Dan
ada yang mengatakan: mabuk dari cinta kepada dunia.
Berkata Wahab:
"Yang dimaksudkan dengan mabuk itu secara zhahirnya saja. Yaitu
memperingati kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh Allah sebabnya, dengan
firmanNya: "Sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan". Berapa
banyak orang yang bershalat yang tidak minum khamar, padahal dia tiada mengetahui
apa yang dibacanya dalam shalat.
Bersabda Nabi saw: "Barangsiapa mengerjakan shalat
dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam dua rakaat itu
mengenai sesuatu urusan duniawi, niscaya
diampunkan baginya apa yang telah Ialu daripada dosanya".
Bersabda Nabi saw: "Sesungguhnya shalat itu
menetapkan hati, menundukkan diri, merendahkan hati, merapati bathin, menyesali
diri. Dan engkau meletakkan dua tangan engkau seraya membaca: "Ya Allah ya
Tuhanku! Ya Allah, ya Tuhanku!”
Barangsiapa tiada berbuat demikian, maka shalat itu penuh ke kurangan -kekurangan”.
Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala berfirman dalam kitab‑kitab
yang dahulu: "Tidaklah tiap‑tiap orang yang mengerjakan shalat itu, AKU
terima shalatnya. Hanya AKU terima shalat orang yang merendahkan diri karena
kebesaranKu, tiada menyombong dengan hamba‑hambaKu dan memberi makanan kepada
orang miskin yang lapar karena Aku”.
Bersabda Nabi saw: "Sesungguhnya diwajibkan shalat,
disuruh mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syiarkan segala ibadah hajji
itu, adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) Allah Ta'ala". Apabila
tidak ada dalam hatimu untuk yang tersebut tadi, yang mana itulah yang dimaksud
dan yang dicari, karena kebesaran dan tidak kehebatan, maka apakah harganya
dzikirmu itu ?".
Bersabda Nabi saw kepada orang yang diberinya wasiat:
"Apabila engkau mengerjakan shalat, maka bershalatlah sebagai shalat orang
yang mengucapkan selamat tinggal". Artinya: Mengucapkan selamat tinggal
kepada dirinya, kepada hawa‑nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada
Tuhannya, sebagaimana berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Hai manusia! Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras dengan
sesungguhnya (menuju) kepada Tuhan, kemudian itu kamu akan menemui Allah "
S 84 AI‑Insyiqaaq ayat 6.
Berfirman Allah Ta’ala: "Bertaqwalah kepada Allah ! Allah mengajar kamu" S 2 AI‑Baqarah
ayat 282.
Berfirman Allah Ta’ala: “Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui
Dia ". S 2 Al‑Baqarah ayat 223.
Bersabda Nabi saw: ”Barangsiapa tidak dicegah oleh
shalatnya daripada perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat
kepada Allah melainkan bertambah jauh”. Shalat itu adalah munajah dengan Allah.
Maka bagaimanakah ada munajah itu serta kelalaian ?
Berkata Bakr bin Abdullah: "Hai anak Adam! Apabila
engkau bermaksud masuk kepada Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan Dia
tanpa juru bahasa, maka masuklah!”. Lalu orang bertanya: “Bagaimanakah yang
demikian itu?.
Maka menjawab Bakr bin Abdullah: "Engkau lengkapkan
wudhumu dan engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau telah masuk kepada Tuhanmu
dengan tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia tanpa ada juru bahasa!”.
Dari Aisyah yang mengatakan: "Adalah Rasulullah saw bercakap‑cakap dengan
kami dan kamipun bercakap‑cakap dengan beliau. Maka apabila datang waktu
shalat, lalu seolah‑olah beliau tidak mengenal kami dan kamipun tidak mengenal
beliau", karena seluruh jiwa raga tertuju kepada kebesaran Allah.
Bersabda Nabi saw: "AIlah tidak memandang kepada
shalat, di mana orang itu di dalam shalatnya tidak menghadirkan hatinya serta
badannya". Adalah Nabi Ibrahim as apabila berdiri kepada shalat, lalu
terdengar detak jantungnya pada jarak 2 mil. Dan adalah Sa'id At Tunukhi
apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus‑putusnya air mata dari dua pipinya
ke atas janggutnya. Rasulullah saw melihat seorang Iaki‑laki bermain‑main
dengan janggutnya dalam shalat, maka beliau bersabda: "Jikalau khusyu’lah
hati orang ini, niscaya khusyu'lah anggota‑anggota badannya ".
Diriwayatkan bahwa Al Hasan memandang kepada seorang laki‑laki
yang bermain‑main dengan batu dan berdo'a: "Ya Allah, ya Tuhanku!
Kawinkanlah aku dengan bidadari!”.
Maka berkata Al-Hasan: "Buruk benarlah pelamar yang
semacam ini! Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau bermain‑main dengan
batu". Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub: "Tidakkah diganggu engkau
oleh lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir lalat itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub: "Tidak aku biasakan bagi diriku sesuatu yang
merusakkan shalatku". Maka ditanyakan lagi: “Bagaimanakah engkau bisa
tahan yang demikian itu?". Menjawab Khalf bin Ayyub: "Orang
menceriterakan kepadaku bahwa penjahat‑penjahat
tahan dari pukulan cemeti‑cemeti sultan, supaya dikatakan: "Bahwa
si Anu itu tahan menderita". Lalu mereka itu merasa bangga dengan
demikian. Adapun aku berdiri dihadapan Tuhanku, maka patutkah aku bergerak
karena seekor lalat?". Diriwayatkan dari muslim bin Yassar, bahwa apabila
ia bermaksud mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya: "Bercakap‑cakaplah
kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar percakapanmu itu!”.
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi, bahwa pada suatu
hari ia mengerjakan shalat di masjid jami’ Basrah. Maka robohlah suatu sudut
dari masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang Muslim tadi tiada
mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada shalatnya itu.
Adalah Ali bin Abi Thalib ra apabila datang waktu shalat,
maka gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya. Lalu ia ditanyakan
orang: "Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai Amirul
mu'minin?". Ali menjawab: "Telah datang waktu amanah yang didatangkan
oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya ini enggan menerimanya
dan merasa berat daripadanya. Dan aku menerimanya”.
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, bahwa apabila ia
mengambil wudlu maka pucatlah warna mukanya. Lalu bertanyalah keluarganya:
“Apakah yang menimpakan kamu ketika berwudlu?". Maka menjawab Ali bin
Al-Husain: "Tahukah kamu dihadapan Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra bahwa ia berkata:
"Berdo'alah Nabi Dawud as dalam munajahnya: "Wahai Tuhanku! Siapakah
yang mendiami rumah Engkau dan dari siapakah yang Engkau terima
shalatnya?". Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud as: "Wahai Dawud!
Sesungguhnya yang mendiami rumahKU dan yang AKU terima shalat daripadanya,
ialah orang yang merendahkan diri karena keagunganKU, menghabiskan siangnya
dengan mengingati AKU, mencegah dirinya dari hawa nafsu karena AKU, diberinya
makanan kepada orang yang lapar, diberinya tempat kepada orang yang merantau
dan dikasihaninya orang yang mendapat mushibah. Itulah orang yang bercahaya
nurnya pada segala langit laksana matahari. Kalau ia berdo’a kepadaKU niscaya
AKU terima dan kalau ia meminta kepadaKU niscaya AKU berikan. AKU jadikan
baginya di dalam kebodohannya, akan kasih sayang, di dalam kelalaiannya akan
peringatan dan di dalam kegelapannya akan nur yang terang benderang. Dia dalam
kalangan manusia, adalah laksana sorga firdaus pada lapisan sorga yang paling
tinggi, tiada kering sungainya dan tiada berobah buah‑buahannya".
Diriwayatkan dari Hatim AI‑Ashamm ra bahwa ditanyakan
orang mengenai shalatnya, maka ia menjawab: ”Apabila datang waktu shalat, maka
aku lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana di situ aku bermaksud
mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu, sehingga berkumpullah
segala anggota badanku. Kemudian aku berdiri kepada shalatku, aku jadikan
Ka’bah diantara dua keningku, titian Ash‑Shiraathal mustaqim di bawah tapakku,
sorga di kananku, neraka di kiriku, malikul‑maut di belakangku, aku menyangka
shalat ini penghabisan shalatku, kemudian aku berdiri diantara harap dan cemas.
Aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca bacaan dengan bacaan yang
baik, aku ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusu' hati, aku
duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kiri, aku tegakkan
tapak kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku
tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra: "Dua raka'at shalat dengan
sempurna tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam
suntuk, sedang hati itu lupa".
FASAL 7 : FADHILAT MASJID DAN TEMPAT SHALAT.
Berfirman Allah Ta’ala: "Hanyalah yang berhak
meramaikan masjid‑masjid Allah, ialah orang‑orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat”. S 9 At Taubah ayat 18.
Bersabda Nabi saw: "Barangsiapa membangun masjid
karena Allah Ta’ala walaupun sebesar sarang burung, niscaya didirikan oleh
Allah baginya sebuah mahligai di dalam sorga".
Bersabda Nabi saw: "Barangsiapa hatinya sayang kepada
masjid, niscaya ia disayangi Allah Ta’ala”.
Bersabda Nabi saw: "Apabila masuk seorang kamu ke
dalam masjid, maka hendaklah ia ruku' (mengerjakan shalat) dua raka’at sebelum
duduk".
Bersabda Nabi saw: "Tak ada shalat bagi orang yang
bertetangga dengan masjid, melainkan dalam masjid".
Bersabda Nabi saw: "Malaikat‑malaikat itu berdoa
kepada seseorang kamu, selama ia masih pada tempat shalatnya, di mana ia mengerjakan
shalat pada tempat itu, dengan doa: "Ya Allah, ya Tuhanku! Berikanlah
rahmat kepadanya! Ya Allah, ya Tuhanku! Kasihanilah dia! Ya Allah, ya Tuhanku!
Ampunilah dosanya, selama dia tidak bercakap‑cakap atau keluar dari masjid
itu!”.
Bersabda Nabi saw: "Akan datang pada akhir zaman,
segolongan manusia daripada ummatku yang mendatangi masjid, Ialu duduk di
dalamnya berlingkar‑lingkaran. Pembicaraan mereka adalah dunia dan mencintai
dunia, maka janganlah engkau duduk bersama mereka! Tiadalah suatu hajat dengan
mereka bagi Allah".
Bersabda Nabi saw: “Berfirman Allah Ta’ala pada sebahagian
kitab‑kitab: "Bahwa rumahKu (rumah tempat menyebut nama Allah dan
mengingati Allah) di bumiKU ialah masjid. Orang‑orang yang berziarah kepadaKU
di bumiKU ialah orang‑orang yang meramaikan masjid‑masjid. Maka selamatlah bagi
hambaKU yang bersuci di rumahnya, kemudian menziarahi AKU di rumahKU. Maka
sebenarnya atas yang diziarahi (dikunjungi) memuliakan yang berziarah (yang
mengunjungi)”.
Bersabda Nabi saw: ”Apabila kamu melihat orang yang biasa
ke masjid, maka naik saksilah baginya dengan keimanan!”. Berkata Sa'id bin AI‑Musayyab:
“Barangsiapa duduk di dalam masjid, maka sesungguhnya ia duduk bersama
Tuhannya. Maka tiada berhak ia mengatakan melainkan yang baik".
Diriwayatkan dalam perkataan shahabat (atsar) atau dalam
hadits Nabi saw bahwa: “Berbicara di dalam masjid itu memakan segala kebajikan,
sebagaimana binatang ternak memakan rumput".
Berkata An‑Nakha'i: "Adalah mereka berpendapat bahwa
berjalan dalam malam yang gelap ke masjid adalah mewajibkan sorga”.
Berkata Anas bin Malik: “Barangsiapa memasang lampu dalam
masjid, niscaya senantiasalah para malaikat dan pemikul 'Arasy meminta ampun
baginya selama masih ada cahaya lampunya di dalam masjid itu".
Berkata Ali ra: "Apabila meninggal dunia seorang
hamba, maka ia ditangisi oleh Musholahnya dari bumi dan oleh pembawa naik
amalannya dari langit". Kemudian Ali membaca ayat. "Langit dan bumi tiada menangisi mereka
dan merekapun tiada diberi tangguh ". S 44 Ad Dukhaan ayat 29. Berkata
Ibnu Abbas ra: "Bumi menangisinya 40 pagi".
Berkata 'Atha' Al‑Khurasani: "Tidaklah seorang hamba
yang bersujud kepada Allah satu sujud pada suatu pelosok dari pelosok‑pelosok
bumi, melainkan pelosok itu naik saksi baginya pada hari qiamat dan menangisi
kepadanya pada hari ia meninggal dunia".
Berkata Anas bin Malik: "Tiadalah suatu pelosok yang
disebutkan nama Allah padanya dengan shalat atau dengan dzikir melainkan
pelosok itu membanggakan diri dengan pelosok‑pelosok lain disekitarnya. Dan
merasa gembira dengan mengingati Allah 'Azza wa Jalla sampai kepada lapisannya
yang paling penghabisan dari 7 lapisan bumi. Dan tiadalah seorang hamba yang
bangun berdiri mengerjakan shalat melainkan terhiaslah bumi karenanya".
Dan ada yang mengatakan: "Tiadalah suatu tempat yang di tempati padanya
suatu kaum, melainkan jadilah tempat itu berdo'a kepada mereka atau
mengutuknya".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan