Catatan Popular

Isnin, 28 September 2020

BAHAGIAN 2 (a) TARIAN CIRI UTAMA TAREKAT MAULAWIYYAH

Yang membuat terkat ini beda adalah dakwah dengan cara menggunakan tarian-tarian yang disebut sama’ dalam bentuk tarian berputar, dan telah menjadi ciri khas dasar bagi tarekatnya. Akibatya, tarekat Rumi di Barat dikenal dengan sebutan The Whirling Darvish (Para Darwis yang Berputar). Tarian suci ini dimainkan oleh para Darwish (fuqara) dalam pertemuan-pertemuan (majlis) sebagai dukunga eksternal terhadap upacara-upacara (ritual mereka).

Sama’ dilembagakan oleh Rumi pertama kali setelah hilangnya gurunya yang sangat dicintain, yaitu Syamsuddin Tabrizi. Sejak saat itu Rumi menjadi sensitif terhadap musik, sehingga tempaan palu dari seorang pandai besi saja cukup untuk membuatnya menari dan berpuisi.

Bagian-bagian atau tahap-tahap dalam sama’ terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari Naat (sebuah puisi yang memuji Nabi Muhammad), Improvisasi ney (seruling) atau taksim dan “Lingkaran Sultan Walad”.

Bagian kedua terdiri dari empat salam, musik instrumental akhir, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan do’a.

Inilah rinciannya:

 

1.      Bagian Pertama

 

a.       Naat, yaitu semacam musik religius. Naat dalam musik Maulawi disusun oleh Buhuriz Musthafa ‘Itri (1640-1712 M), tetapi puisinya adalah puisi Rumi.

b.      Taksim. Merupakan sebuah improvisasi terhadap setiap makam atau mode, yaitu konsep penciptaan musik yang menentukan hubungan-hubungan nada, nada awal yang memiliki kontor dan pola-pola musik. Bagian ini merupakan bagian yang sangat keratif dari upacara Maulawi.

c.       Lingkaran atau Putaran Sultan Walad, ini disumbangsikan oleh putra sulung Maulana, yaitu Sultan Walad. Selama putaran ini para Darwish yang ikut bagian dalam putaran tari berjalan mengelilingi sang samahane (ruang upacara) tiga kali dan menyapa satu sama lain di depan pos (lokasi tempat pemimpin tekke atau pemimpin upacara berdiri). Dengan cara ini mereka menyampaikan “rahasia” dari yang satu kepada yang lain.

 

2.      Bagian kedua (empat salam), yaitu:

a.       Salam Pertama, melodi biasanya penjang dan irama yang digunakan biasanya disebut “putaran berjalan” atau Devr-i Revan. Bitnya adalah 14/8.

b.      Salam Kedua, pola irama dari salam ini disebut “Evfer” dan terdiri dari 9/8 bit.

c.       Salam Ketiga, dibagi kedalam dua bagian yang meliputi melodi dan irama. Bagian pertama disebut “putaran” atau the cyircle bitnya 28/4. Dan bagian yang kedua disebut “Yoruk semai” bitnya 6/8.

d.      Salam Keempat, pola irama ini juga “Efver” bitnya 9/8, yakni irama lambat dan panjang untuk menurunkan elastasi sehingga sang darwisy bisa konsentrasi kembali. Tiap-tiap salam dihubungkan melalui nyanyian. Pada bagian pertama dan kedua seleksi diambil dari Divan-i Syams atau Mastnawi, sedangkan pada bagian ketiga puisi mawlawi lain dinyanyikan.

 

3.      Musik Intrumental

Dengan berakhirnya salam keempat berarti bagian oral selesai “Yuruk semai” kedua dalam pola-pola 6/8 adalah akhir dari upacara. Setelah seleksi instrumental ini ada taksim seruling. Kadang-kadang musik ini dapat dimainkan melalui alat musik petik (senar).

 

4.      Membaca Al-Qur’an dan Do’a

Setelah musik selesai, seorang hafidz di antara para penyanyi membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Sama’ terus berlangsung sampai bacaan Al-Qur’an dimulai. Ketika hafidz mulai membaca Al-Qur’an kemudian para penari tiba-tiba berhenti dan mundur ke pinggir ruangan dan duduk. Setelah ia selesai, kemudian pimpinan sama’ berdiri dan mulai berdo’a di depan sang syaikh, do’a ini biasanya ditunjukkan untuk kesehatan dan hidup sang sultan atau para penguasa negara.

Tiada ulasan: