Catatan Popular

Selasa, 14 Januari 2014

QALBU, RUH, NAFSU DAN AKAL



Qalbu, ruh, nafsu dan akal adalah istilah yang jarang dipakai oleh kalangan tokoh para ulama. Jarang pula orang yang mengetahui makna tersebut sehingga sulit menjelaskan perbedaan makna dan batasan-batasannya.

Karena yang demikian itu sehingga kita seringkali memberi makna yang salah terhadap qalbu, ruh, nafsu, maupun akal. Pada bab ini akan kita kupas beberapa istilah tersebut.

Makna qalbu

qalbu, ada yang menyebut hati. Hati itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yakni hati dalam arti dahing dan hati dalam arti sesuatu yang halus, bersifat rabbaniyah (ketuhanan).

Hati dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh kita yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Tempatnya didada sebelah kiri. Bentuknya seperti buah shanaubar, sehingga sering orang mengatakan hati sanubari.

Pada daging hati itu terdapat lubang dan jaringan yang halus. Didalam lubang atau rongga terdapat pula darah hitam yang menjadi sumber ruh. Namun kita tidak perlu menguraikan tentang hati dalam arti daging ini. Karena hal itu sudah dibahas secara terperinci dalam ilmu biologi maupun kedokteran.

Makna lain dari hati ialah merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah (ditubuh kita ini).

Hati yang halus itulah hakikat manusia. Dialah yang mengetahui, yang mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Dialah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut oleh tuhannya.

Hati dalam pengertian ini, mempunyai kaitan dengan jasmaniah, yaitu keterkaitan dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati juga menentukan sifat serta watak manusia yang tampak secara lahiriah.

Makna ruh

secara umum ruh dapat dipahami sebagai nyawa. Ia berkaitan dengan tubuh manusia sehingga kita bisa hidup. Namun disisi lain, mengandung makna sebagai sesuatu yang halus dan ghaib. Ruh yang terakhir inilah yang berurusan dengan alam kubur. Akhirat dan tuhan.

Tuhan kita bisa hidup karena ditopang oleh jaringan-jaringan yang halus dan sistem yang rumit. Didalam tubuh kita terdapat organ jantung yang mengalirkan darah ke sekujur badan melalui urat-urat kecil dan besar.

Semua organ tubuh kita disebut sistem. Jika sistem tidak berjalan (berhenti) seseorang akan mati. Kita bisa hidup karena ada ruh yang tetap bekerja sesuai dengan sistemnya. Ibarat sebuah lampu diruangan, maka lampu itu adalah pusat jantung atau pusat organ utama. Ia memancarkan cahaya ke segala penjuru ruangan. Begitu pula ruh, ia akan memberikan kekuatan kepada segenap organ tubuh. Kita bisa bergerak, berbicara, berpikir, melihat, mendengar dan sebagainya karena sistem jaringan tubuh atau ruh tersebut.

Ruh atau nyawa ibarat lampu. Jika ia hidup tentu dapat memancarkan cahaya. Sama halnya ruh jika ia masih berada didalam tubuh, kita masih tetap hidup. Jika ia terlepas, kita akan mati.

Akan tetapi ruh dalam pengertian agama adalah sesuatu yang gaib, yang berkaitan dengan tuhan. Ruh juga kelak akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat. Ruh inilah yang disiksa di alam kubur atau di neraka. Ruh pula yang merasakan kebahagiaan surga. Karena itu dalam tataran keagamaan, ruh adalah sesuatu yang sangat rahasia dan sukar dipahami oleh akal. Hanya Allah yang mengetahuinya.

“Katakanlah : Ruh itu termasuk urusan tuhanku. (QS. Al-Isra' 85)

Makna Nafsu

ada dua makna tentang nafsu. Pertama, dipahami sebagai sesuatu yang menghimpun kekuatan, marah dan syahwat dan manusia. Istilah ini sering digunakan oleh ahli tasawwuf dalam menjelaskan tentang qalbu.

Mereka memberi pengertian bahwa nafsu adalah sesuatu yang menghimpun sifat-sifat tercela pada diri manusia. Mereka, para ulama sufi itu, mengajarkan agar kita melawan nafsu agar tidak memiliki sifat buruk.

“Paling berat musuhmu adalah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu.” (Hr. Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas ra)

pengertian kedua, bahwa nafsu adalah sesuatu yang halus. Secara hakikat, dialah yang membentuk manusia dan dzatnya. Tetapi nafsu itu disifati dengan sifat-sifat yang bermacam-macam keadaannya.

Jika nafsu itu tenang, menurut perintah-perintah yang baik maka diistilahkan sebagai nafsu muthmainah. Allah swt. berfirman : “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanMu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. (QS. Al-Fajr :27-28)

jika tidak sempurna ketenangannya dan mendorong syahwat maka disebut nafsu lawwammah. Nafsu ini memprotes pemiliknya apabila teledor dalam beribadah kepada tuhannya. Nafsu ini setingkat lebih rendah daripada muthmainah. Seringkali nafsu lawwamah memunculkan penyesalan jika kita berbuat tidak baik.

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S Al-Qiyamah :2)

Ada satu lagi nafsu yang disebut amarah, yaitu nafsu yang tidak menghiraukan nasihat tetapi tunduk kepada dorongan-dorongan setan dan hawa nafsu. Nafsu ini cenderung kepada sesuatu yang buruk dan jahat.Allah swt. berfirman untuk menceritakan tentang yusuf alaihis salam dan istri Al-Aziz.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. (QS. Yusuf :53)

kadang-kadang bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan selalu menyuruh kepada kejahatan, adalah nafsu falam arti secara umum.

Makna Akal

istilah akal juga mengandung banyak pengertian. Namun dapat dibedakan menjadi dua. Kadang-kadang akal itu, secara umum dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan tentang hakikat-hakikat perkara. Maka akal adalah ibarat dari sifat ilmu yang tempatnya didalam hati.

Namun dapat pula dipahami sebagai hati yang halus. Kita ketahui bahwa setiap orang berilmu, ia mempunyai akal yang membaur dalam sifat mereka. Karenanya dapat pula diartikan bahwa akal adalah sifat orang berilmu yang mengetahui tentang sesuatu. Barangkali itulah yang dimaksudkan sabda Rasulullah, “Pertama yang diciptakan oleh adalah akal."

Tiada ulasan: