Qalbu, ruh, nafsu dan akal adalah istilah yang jarang dipakai oleh kalangan tokoh para ulama. Jarang pula orang yang mengetahui makna tersebut sehingga sulit menjelaskan perbedaan makna dan batasan-batasannya.
Karena
yang demikian itu sehingga kita seringkali memberi makna yang salah terhadap
qalbu, ruh, nafsu, maupun akal. Pada bab ini akan kita kupas beberapa istilah
tersebut.
Makna qalbu
qalbu,
ada yang menyebut hati. Hati itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yakni hati dalam arti dahing dan hati dalam arti sesuatu yang
halus, bersifat rabbaniyah (ketuhanan).
Hati
dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh kita yang tersimpan dan terlindungi
oleh tulang belulang. Tempatnya didada sebelah kiri. Bentuknya seperti buah
shanaubar, sehingga sering orang mengatakan hati sanubari.
Pada
daging hati itu terdapat lubang dan jaringan yang halus. Didalam lubang atau
rongga terdapat pula darah hitam yang menjadi sumber ruh. Namun kita tidak
perlu menguraikan tentang hati dalam arti daging ini. Karena hal itu sudah
dibahas secara terperinci dalam ilmu biologi maupun kedokteran.
Makna
lain dari hati ialah merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan),
ruhaniyah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah
(ditubuh kita ini).
Hati
yang halus itulah hakikat manusia. Dialah yang mengetahui, yang mengerti dan
yang mengenal diri sendiri. Dialah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan
dituntut oleh tuhannya.
Hati
dalam pengertian ini, mempunyai kaitan dengan jasmaniah, yaitu keterkaitan
dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati juga
menentukan sifat serta watak manusia yang tampak secara lahiriah.
Makna ruh
secara
umum ruh dapat dipahami sebagai nyawa. Ia berkaitan dengan tubuh manusia
sehingga kita bisa hidup. Namun disisi lain, mengandung makna sebagai sesuatu
yang halus dan ghaib. Ruh yang terakhir inilah yang berurusan dengan alam
kubur. Akhirat dan tuhan.
Tuhan
kita bisa hidup karena ditopang oleh jaringan-jaringan yang halus dan sistem
yang rumit. Didalam tubuh kita terdapat organ jantung yang mengalirkan darah ke
sekujur badan melalui urat-urat kecil dan besar.
Semua
organ tubuh kita disebut sistem. Jika sistem tidak berjalan (berhenti)
seseorang akan mati. Kita bisa hidup karena ada ruh yang tetap bekerja sesuai
dengan sistemnya. Ibarat sebuah lampu diruangan, maka lampu itu adalah pusat
jantung atau pusat organ utama. Ia memancarkan cahaya ke segala penjuru
ruangan. Begitu pula ruh, ia akan memberikan kekuatan kepada segenap organ
tubuh. Kita bisa bergerak, berbicara, berpikir, melihat, mendengar dan
sebagainya karena sistem jaringan tubuh atau ruh tersebut.
Ruh
atau nyawa ibarat lampu. Jika ia hidup tentu dapat memancarkan cahaya. Sama
halnya ruh jika ia masih berada didalam tubuh, kita masih tetap hidup. Jika ia
terlepas, kita akan mati.
Akan
tetapi ruh dalam pengertian agama adalah sesuatu yang gaib, yang berkaitan
dengan tuhan. Ruh juga kelak akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat.
Ruh inilah yang disiksa di alam kubur atau di neraka. Ruh pula yang merasakan
kebahagiaan surga. Karena itu dalam tataran keagamaan, ruh adalah sesuatu yang
sangat rahasia dan sukar dipahami oleh akal. Hanya Allah yang mengetahuinya.
“Katakanlah
: Ruh itu termasuk urusan tuhanku. (QS. Al-Isra' 85)
Makna Nafsu
ada
dua makna tentang nafsu. Pertama, dipahami sebagai sesuatu yang menghimpun
kekuatan, marah dan syahwat dan manusia. Istilah ini sering digunakan oleh ahli
tasawwuf dalam menjelaskan tentang qalbu.
Mereka
memberi pengertian bahwa nafsu adalah sesuatu yang menghimpun sifat-sifat
tercela pada diri manusia. Mereka, para ulama sufi itu, mengajarkan agar kita
melawan nafsu agar tidak memiliki sifat buruk.
“Paling
berat musuhmu adalah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu.” (Hr.
Al-Baihaqi dari Ibnu Abbas ra)
pengertian
kedua, bahwa nafsu adalah sesuatu yang halus. Secara hakikat, dialah yang
membentuk manusia dan dzatnya. Tetapi nafsu itu disifati dengan sifat-sifat
yang bermacam-macam keadaannya.
Jika
nafsu itu tenang, menurut perintah-perintah yang baik maka diistilahkan sebagai
nafsu muthmainah. Allah swt. berfirman : “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah
kepada tuhanMu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. (QS. Al-Fajr :27-28)
jika
tidak sempurna ketenangannya dan mendorong syahwat maka disebut nafsu
lawwammah. Nafsu ini memprotes pemiliknya apabila teledor dalam beribadah
kepada tuhannya. Nafsu ini setingkat lebih rendah daripada muthmainah.
Seringkali nafsu lawwamah memunculkan penyesalan jika kita berbuat tidak baik.
“Dan
aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S
Al-Qiyamah :2)
Ada
satu lagi nafsu yang disebut amarah, yaitu nafsu yang tidak menghiraukan nasihat
tetapi tunduk kepada dorongan-dorongan setan dan hawa nafsu. Nafsu ini
cenderung kepada sesuatu yang buruk dan jahat.Allah swt. berfirman untuk
menceritakan tentang yusuf alaihis salam dan istri Al-Aziz.
“Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan. (QS. Yusuf :53)
kadang-kadang
bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan selalu menyuruh kepada kejahatan,
adalah nafsu falam arti secara umum.
Makna Akal
istilah
akal juga mengandung banyak pengertian. Namun dapat dibedakan menjadi dua.
Kadang-kadang akal itu, secara umum dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan
tentang hakikat-hakikat perkara. Maka akal adalah ibarat dari sifat ilmu yang
tempatnya didalam hati.
Namun dapat pula dipahami sebagai hati yang halus. Kita ketahui bahwa setiap orang berilmu, ia mempunyai akal yang membaur dalam sifat mereka. Karenanya dapat pula diartikan bahwa akal adalah sifat orang berilmu yang mengetahui tentang sesuatu. Barangkali itulah yang dimaksudkan sabda Rasulullah, “Pertama yang diciptakan oleh adalah akal."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan