Dalam bahasa Arab, nafs, mempunyai banyak arti, dan
salah satunya adalah jiwa. Nafs dalam
arti jiwa telah di bicarakan para ahli sejak kurun waktu yang sangat lama.
Persoalan nafs telah dibahas dalam berbagai kajian disiplin ilmu. Dalam psikologi
misalnya, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang di selidiki
oleh psikologi adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-gejala
dari jiwa. Teori-teori psikologi, baik psikoanalisa, behaviorisme maupun
humanisme memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada di belakang tingkah laku
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, nafsu dipahami
sebagai dorongan hati yang kuat untuk berbuat burukpadahal dalam al-Quran nafs
tidak selalu berkonotasi negative.
Kajian tentang nafs merupakan kajian tentang hakikat
manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa menempatkan dirinya
menjadi subjek dan objek sekaligus. Ini tercermin dari banyaknya kajian tentang
manusia dalam berbagai disiplin ilmu. Surat al-Rad 13: 11
mengisaratkan bahwa perbuatan manusia berhubungan erat dengan apa yang
ada dalam nafs mereka. Di balik perbuatan seseorang atau suatu kaum ada sesuatu
yang bersifat psikologis yang menentukan keberhasilan atau kegagalannya. Apakah
perbuatan itu bernilai positif atau bernilai negative. Oleh karena itu kajian
tentang konsep nafs dalam al-Quran, adalah penting dan tidak hanya terbatas
pada kebutuhan pengetahuan, tetapi pada kepentingn mengurai, meramalkan, dan
mengendalikan tingkah laku manusia, baik secara individual maupun secara
kelompok baik dalam kaitannya dengan bidang dakwah atau pendidikan maupun
social. Oleh karena itu penulis berupaya mengungkap konsef nafs menurut
al-Quran.
Jiwa dalam Term nafs Al-Quran menyebutkan nafs dalam
bentuk kata jadian anfus, nufus, nafs, mutanaffisun, yatanaafasu, tanaffasa.
Dalam bentuk mufrad, nafs disebut 77 kali tanpa idhafah dan 65 kali kali dalam
bentuk idhafah. Dalam bentuk jamak anfus disebut 158 kali. Sedangkan kata
tanaffasa, yatanaafasu dan al-mutanafisu masing-masing hanya disebut satu kali.
Dalam Bahasa
Arab, kata nafs mempunyai banyak arti, tetapi yang menjadi objek kajian dalam
tulisan ini adalah nafs seperti yang dimaksud dalam al-Quran. Term nafs dalam
al-Quran semuanya disebut dalam bentuk isim atau kata benda, yakni nafs, nufus
dan anfus. Sedangkan kata tanaffasa dalam surat al-Takwir / 81 : 18 : dan kata
yatanaafasu dalam surat al-Muthaffifin / 83 : 26 meskipun kata-kata itu berasal
dari kata nafisa atau nafasa, dalam kata jadian seperti itu mempunyai arti yang
tidak berhubungan langsung dengan nafs.
Dalam Bahasa Arab, kata nafs, mempunyai arti untuk
menyebut diri atau seseorang , sementara kata roh digunakan untuk menyebut
nafas dan angin. Namun setelah al-Quran turun, masyarakat didunia islam
menggunakan kata nafs dan roh dalam literatur arab secara silang, dan keduanya
digunakan untuk menyebut rohani, malaikat dan jin. Bahasa arab juga menggunakan
nafsiyun dan nafsaniyun untuk menyebut hal-hal yang berhubungan dengan nafs
Dalam al-Quran, kata nafs mempunyai aneka makna, di
antaranya :
Nafs Sebagai Totalitas Manusia Kata nafs di gunakan ai-Quran untuk
menyebutkan manusia sebagai totalitas , baik manusia sebagai mahluk yang hidup
di dunia maupun manusia yang hidup di akhirat. Misalnya, al-Quran,.s. Yaasin/
36: 54 );
Maka pada hari ini seseorang tidak akan dirugikan
sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecil dengan apa yang telah kamu kerjakan.
Dari
penggunaan term nafs untuk menyebutkan manusia yang hidup di alam dunia maupun
di alam akhirat melahirkan pertanyaan tentang pengertian totalitas manusia.
Sebagaimana yang sudah menjadi pemahaman umum bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki dua dimensi, yaitu jiwa dan jasad. Tanpa jiwa dengan fungsi-fungsinya,
manusia di pandang tidak sempurna, dan tanpa jasad, jiwa tidak dapat
menjalankan fungsi-fungsi. Al-Quran, Surat Yaasin / 36 : 54 mengisyaratkan
bahwa di samping manusia hidup di alam dunia lain, yakni alam akhirat di mana
manusia nanti harus mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia. Jadi
totalitas manusia menurut al-Quran tidak hanya bermakna manusia sebagai makhluk
dunia, tetapi juga sebagai makhluk akhirat, yakni manusia juga yang harus
mempertanggungjawabkan perbuatanya nanti di alam akhirat.
2. Nafs
sebagai sisi Dalam Manusia
Al-Quran,.
Surat al-Rad / 13: 10, mengisaratkan bahwa manusia memiliki sisi dalam dan sisi
luar.
Sama saja
(bagi tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapanya, dan siapa yang
berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan
yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.
Kesanggupan
manusia untuk merahasiakan dan berterusterang . Kemampuan mengucapkan kata-kata
merupakan petunjuk adanya sisi dalam dan sisi luar dari manusia. Al-Quran juga
menyebutkan hubungan antara sisi dalam dan sisi luarnya. Jika sisi luar manusia
dapat dilihat perbuatan lahirnya, maka sisi dalam, menurut al-Quran berfungsi
sebagai penggeraknya. Surat al-Syam / 91:7 ) secara tegas menyebutkan nafs
sebagai jiwa. Jadi sisi dalam manusia adalah jiwanya.
Minimal al-Quran dua kali menyebutkan nafs sebagai
sisi dalam yang mengandung potensi sebagai penggerak tingkah laku, yaitu pada
surat al-Rad / 13 dan 11 dan surat al-Anfal / 8 : 53:
Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dengan di muka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kebutuhan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya ; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia. (QS. al-Rad/ 13: 11).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan