Catatan Popular

Khamis, 12 Januari 2017

Patahnya Kaki Adullah bin Atiq ra (Ibnu ‘Atiq ) dalam Tugas berbahaya

Dahulu, di zaman Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam ada seorang yahudi bernama Sallam bin Abil Huqaiq yang berkunyah Abu Rafi’, seorang bangsawan tersohor, dia adalah seorang pembesar yahudi Khaibar. 

Lelaki yang jahat ini selalu memusuhi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia membantu Ghothofan dan musyrikin Arab lainnya untuk menyakiti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam perang Ahzab, dia banyak membantu musuh-musuh Allah dalam memerangi Allah dan Rasul-Nya.

Akhirnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus lima orang sahabat Anshar dari Khazraj dipimpin Abdullah bin ‘Atiq Radhiyallahu’anhu untuk melaksanakan sebuah tugas berbahaya. Mereka diberi tugas untuk membunuh Abu Rafi’ di tengah-tengah benteng Khaibar yang kokoh dan sulit untuk ditembus. Dengan izin Allah subhanahu wata’ala.

Dipengujung bulan Dzul Qa’dah, tahun ke-5 Hijriyah, tepatnya setelah perang Ahzab dan perang perang Bani Quraidzah keluarlah mereka berlima melangkahkan kaki menuju Khaibar. Kota subur yang dipenuhi pohon-pohon korma, tempat Abu Rafi’ tinggal di benteng Yahudi.
Tugas menembus benteng yang kokoh dan membunuh pembesar Yahudi di tengah-tengah komunitas mereka tentulah sebuah tugas berat dan butuh sebuah strategi, dan itu bukan pekerjaan gampang.

Abdullah bin ‘Atiq Radhiyallahu’anhu telah mempersiapkan cara agar berhasil masuk ke dalam benteng Khaibar.

Sesampainya di Khaibar, Abdullah bin ‘Atiq Radhiyallahu’anhu berkata kepada kawan-kawannya: “Tetaplah kalian duduk disini, aku akan mendekati penjaga pintu, semoga aku bisa masuk ke dalamnya.”

Saat matahari tenggelam dan orang-orang Yahudi telah masuk ke dalam benteng, Abdullah berjalan seorang diri mendekati benteng sambil menutup kepalanya seperti layaknya orang yang buang hajat, menutup muka agar tidak terganggu bau yang tidak enak.

Allahu Akbar! Strategi ini berhasil, tanpa rasa curiga penjaga benteng mendekati Abdullah bin Atiq Radhiyallahu’anhu tanpa ada sedikitpun prasangka bahwa ia adalah utusan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk membunuh tuannya.

Penjaga benteng berkata: “Wahai fulan, kalau mau masuk bersegeralah, jangan berlama-lama, aku akan segera menutup benteng ini”.

Abdullah segera memanfaatkan kesempatan itu, ia berhasil masuk benteng tanpa kecurigaan penjaga. Saat memasuki benteng, tidak lupa Abdullah perhatikan dimana kunci-kunci benteng digantungkan.

Kini, Abdullah sendiri ditengah-tengah musuh di dalam benteng Khaibar yang kokoh, sementara empat sahabatnya menanti di luar benteng dengan harap dan cemas.
Ketika malam telah menyelimuti benteng Khaibar, dengan sangat hati-hati diringi suara binatang-binatang malam, Abdullah mengambil kunci-kunci untuk membuka pintu-pintu benteng yang menuju ke rumah Abu Rafi’  Sallam bin Abil Huqaiq.

Malam semakin larut, sementara para penghuni benteng telah tertidur lelap, di tengah keheningan malam mulailah Abdullah membuka pintu benteng satu demi satu, setiap kali pintu dibuka, ia kunci kembali dari dalam. Begitu seterusnya hingga Abdullah berhasil masuk bagian paling dalam dari benteng Khaibar dan sampailah ia di sebuah ruangan dimana Abu Rafi’ tinggal.

Gelapnya malam membuat Abdullah tidak mampu melihat dimana Abu Rafi’, terlebih kedua mata Abdullah telah lemah.

Abdullah ingin menyelesaikan pekerjaan tanpa membuat kegaduhan, dan tanpa melukai siapapun apalagi anak-anak dan kaum wanita, karena tugasnya hanya satu yaitu, membunuh Abu Rafi’.

Abdullah berseru berpura-pura memanggil Abu Rafi’: “Wahai Abu Rafi’!”
Abu Rafi’ terkejut mendengar karena ada seseorang yang memanggilnya: “Siapa engkau!” jawabnya.

Abdullah mendekati sumber suara dan langsung menebaskan pedangnya, namun tebasan pedang Abdullah tidak berhasil mengenai sasaran.

Abdullah berseru kembali dengan suara yang dia rubah: “Wahai Abu Rafi’!.
Demikian yang dilakukan Abdullah, dia memanggil Abu Rafi’ dengan suara yang dirubah-rubah, hingga akhirnya berhasil membunuh Abu Rafi’ Al-Yahudi dengan mudah, tanpa keributan dan tanpa menyakiti seorangpun dari keluarga Abu Rafi’.

Setelah berhasil membunuh Abu Rafi’ Abdullah segera keluar melalui ruangan demi ruangan dan tidak lupa mengunci pintu setiap ruangan yang dia lalui satu demi satu.
Disaat Abdullah keluar beliau mendapat musibah, ia terjatuh dari tangga –karena pandangannya yang lemah- hingga kakinya patah, kemudian beliau ikatkan sorban yang dipakainya pada kaki yang patah sekedar untuk menegakkan tulangnya agar bisa bangkit berjalan keluar benteng.

Subhanallah, pertolongan Allah menyertai Abdullah bin ‘Atiq. Ia berhasil keluar dari benteng Khaibar meskipun dengan kaki yang patah dan pincang untuk menemui sahabat-sahabatnya yang telah lama menanti. Mereka berlima kembali ke Madinah menemui kekasih Allah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketika Abdullah bersama sahabat lainnya datang menemui Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Sungguh wajah-wajah kalian adalah wajah orang-orang yang beruntung.”
Setelah mereka menceritakan perjalanan panjang ke Khaibar, Rasul bersabda kepada Abdullah: “Wahai Abdullah, bentangkan kakimu.”


Lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusap kaki Abdullah bin ‘Atiq Radhiyallahu’anhu, dan subhanallah seketika itu pula Allah sembuhkan kaki yang patah seakan-akan tidak pernah sakit. Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Tiada ulasan: