Catatan Popular

Rabu, 3 Januari 2024

KITAB AN NASHA’IH KE – 14 Hati-hati terhadap Perselisihan di Kalangan Umat

SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”

 

Sahabatku! Seluruh bidang ilmu, ibadah, dan semua yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah baik. Hanya saja aku lebih menganjurkan kalian supaya mengenal semua fardhu yang memberi penekanan pada hati beserta seluruh anggota tubuh, mengenal tentang wara’ dalam berusaha, tentang kondisi lahir dan batin, tentang amal yang dibarengi dengan niat yang baik dan tentang keikhlasan karena Allah dalam berbuat.

 

Janganlah mengabaikan sedikitpun di antara beberapa hal tersebut. Sesungguhnya, telah sampai kepada kami bahwa Allah SWT. Berfirman :“Tidak selamat dari-Ku hamba-Ku kecuali dengan melaksanakan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” Ingat, bersegeralah dalam menunaikan segala yang fardhu. Tidak disukai oleh Allah SWT. Orang yang mengabaikannya; sebaliknya, akan beruntunglah hamba-hamba yang melaksanakannya.

 

Aku mengingatkanmu dalam memandang dan membahas tentang perbedaan umat. Bukankah telah sampai kepadamu tentang tragedi yang menimpa mereka karena perselisihan dan perpecahan tersebut, juga tentang peristiwi yang menimpa mereka karena mengikuti kemauan nafsu yang menyesatkan dan karena melanggar larangan, sebagaimana yang pernah ditimbulkan oleh kelompok Qadariyah, Murji’ah, Rafidhah, Jahmiyah dan Hururiyah, mereka saling memerangi, saling memusuhi dan saling membenci.

 

Bahkan mereka saling bersaksi tentang kekafiran dan kesesatan sampai pada tindakan menghalalkan darah kelompok yang tidak sejalan dengan mereka, padahal sebelumnya mereka bersaudara dalam urusan Allah dan saling bersepakat. Tetapi ketika mereka diuji dengan kemampuan untuk membahas dan memperdalam (ilmu pengetahuan dan agama), akhirnya mereka terpecah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan di antara mereka berargumentasi dengan ayat-ayat Mutasyabihat dan dengan atsar  (Jejak Rasul dan pendapat sahabat) yang sejalan dengan keinginan mereka sehingga mereka tersesat dan menyesatkan banyak orang.

 

Diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. Memegang jenggot Umar ra. Dan berkata : Wahai Umar! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” ‘Umar pun jadi penasaran dan bertanya : “ Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah, atas apa engkau ucapkan kalimat itu? Rasulullah saw. Menjawab : “ Baru saja Jibril mendatangiku dan berkata ‘Wahai Muhammad Inna lillahi wa inna ilaihu raji’un, sesungguhnya umatmu sesudahmu akan difitnah dengan hal yang sedikit bukan dengan hal yang banyak. ‘Aku tanyakan : “Wahai Jibril fitnah kesesatan atau fitnah kekafiran? Ia menjawab : “Dua-duanya akan terjadi.’ Aku katakan : Bagaimana mereka tersesat dan bagaimana bisa menjadi kafir, sedangkan aku telah meninggalkan bagi mereka kitab Allah.’ Jibril menyambung : ‘Dengan kitab Allah mereka tersesat, karena masing-masing golongan akan menakwilkannya sesuai dengan keinginan mereka, maka dengan begitulah mereka menjadi sesat.”

 

Ingat, sadarilah pengawasan Allah, hindarilah mendalami dan menyelidiki tentang hal yang mereka selisihkan, karena perkara ini bagaikan samudra yang dalam, yang di dalamnya telah banyak orang-orang tenggelam. Dari bidang teologi, misalnya telah muncul bberapa aliran sehingga membuat orang yang berakal dan berilmu pun menjadi bingung. Maka bagaimana pula dengan orang seperti kita yang memiliki kekurangan baik akal maupun ilmu pengetahuan? Kalau begitu, berpegan sajalah pada apa-apa yang telah disepakati dan tidak diperdebatkan, terutama dalam Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, kepada Kitab, Pra Rasul dengan Hudu-Nya, dengan segla yang fardhu, dengan syariat agama-Nya, dan dengan apa yang telah menjadi kesepakatan para salaf, karena di sanalah terletak tuntunan dan kebenaran.

 

Telah sampai kepada kita bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak akan bersepakat umatku dalam kesesatan.” Yaitu perkataannya yang berisi kebenaran bahwa umatnya tidak bersepakat dalam kesesatan, merupakan ucapan yang benar adanya tanpa tanpa diragukan, hanya saja setanlah yang menimpakan bencana atas mereka dengan terjadinya perselisiha. Ingat, hindarilah mendalami permasalahan yang  mereka perselisihkan, sesungguhnya untukmu dalam hal yang mereka sepakati di antara batasan-batasan agama sudah merupakan kesibukan yang cukup menyita perhatian, terutama dalam masalah yang belum diketahui ilmunya.

 

Wahb bin Munabbih berkata : “Dulu di Masjdi al-Haram terdapat sekelompok orang yang berkata tentang Al-Jabr dan al-qadar lalu aku katakan : “Aku telah membaca tujuh puluh dua buku yang  diturunkan dari langit, aku juga bergabung dengan orang-orang yang luas ilmu pengetahuannya dan aku mengetahui banyak hal yang belum diketahi oleh orang lain. Maka aku mendapati bahwa orang yang paling banyak berbicara dalam masalah ini ternyata yang paling bodoh di antara mereka tentangnya. Dan juga aku mendapati bahwa orang paling banyak berdiam diri terhadapnya justru yang paling dalam ilmunya dalam masalah ini.

 

Aku mendapati bahwa orang yang memandang masalah ini seperti orang yang memandang sinar matahari, semakin lama ia memandang kepadanya akan semakin  bertambah kebingungannya dalam masalah tersebut.”

 

Ali bin Abi Thalib ra. Berkata : Hindarilah berbantah-bantahan dalam masalah agama, karena pekerjaan itu hanya akan menyibukan hati serta akan menyemaikan bibit-bibit kemunafikan di sana.” Seorang tokoh berwasiat kepada saudara-saudaranya : Bismillahirrahmanirrahim! Ketahuilah bahwa keinginan-keinginan hawa nafu semacam ini telah mewabah di kalangan masyarakat. Dan jalan keluar dari masalah ini hendaklah kamu selalu berpegan teguh pada apa yang mereka sepakati serta hendaklah kamu bersepakat ketika mereka berselisih, karena orang yang baik dan orang yang jahat semuanya bersepakat bahwa Allah adalah hak, Rasulullah saw. Adalah hak, Al Qur’an dan para Rasul adalah hak, Kitab dan Malaikat adalah Hak, kebangkitan surga dan neraka adalah hak, tidak terdapat perselisihan di antara mereka.

 

Bahwa shalat yang lima waktu beserta wudhunya, mandi dari janabah, puasa Bulan Ramadhan, zakat, haji, berbakti kepada orang tua, menunaikan amanah, mencegah kejahatan, serta menyadarkan orang lain, adalah wajib atas setiap Muslim, dan apa yang dikatakan oleh Allah SWT adalah hak : Diharamakan atas kamu (mengawini) ibu-ibu kamu, anak-anak kamu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan ... (Qs. An-Nisa’ 23 sampai akhir ayat). Bahwa menikahi mereka adalah haram.

 

Juga khanrs (minuman keras), mencuri, bezina, berlaku curang, menipu, khianat, bohong, dan sejenisnya adalah haram. Bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara kelompok yang baik dan yang jahat, demikian pula antara Ahlussunnah dan Ahlu bid’ah, mereka semua bersepakat, tiada perselisihan di antara mereka. Maka siapa yang bersikap seperti ini dan mengamalkan apa yang ada padanya niscaya tidak akan membuatnya binasa apa-apa yang belum ia ketahui di balik semua hal di atas, Insya Allahu ta’ala.

 

Oleh karena itu, peganglah ini dan jangan melampaui batas! Kemudian, jika ada yang bertanya kepada kalian tentang hal ini, katakan saja bahwa kami beriman kepada Al Qur’an beserta isinya, semuanya berasal dari Tuhan kami, lalu diamlah, jangan diteruskan lagi jawabannya, apalagi bila sampai berbuat lebih jauh.

 

Tetapi jika engkau beralasan bahwa kami melakukan itu karena kami suka untuk mengetahui yang benar dari yang salah dalam masalah yang mereka perselisihkan, lalu engkaupun menyelam lebih jauh, menyeelediki dan mendalami, niscaya tindakan seperti itu tidak dijamin akan selamat dari fitnah kecuali bila dikehendaki oleh Allah SWT. Maka terimalah nasihat ini, jangan engkau melampaui batas dan jangan terlalu jauh melangkah  dalam masalah tersebut. Karena pada setiap fardhu dalam maslah ini terdapat syariat-syariat, batasan-batasan dan sunnah-sunnah, maka pergunakanlah itu.

 

Pelajarilah ia supaya dengan itu menjadi sempurna shalatmu, menjadi baik pula dengannya usaha-usahamu, dan engkau pun tidak jatuh kepada riya’. Sibukanlah dirimu untuk mempelajari kewajiban-kewajiban dalam agama mu, serta sibukanlah dirimu dalam mempelajari batasan-batasan agama, dan itulah yang terbaik untukmu. Sebab, apabila engkau telah mendalami ilmu, tentu engkau tidak bisa lepas dari kesalahan orang yang tidak sepaham dengan ilmu yang ada padamu, sehingga engkau melihat permasalahan demi permasalahan tanpa memperdulikan etika, padahal kalian tidak pernah disuruh untuk hal itu.

 

Adapun jika kalian sengaja melihat kepada perselisihan tersebut tanpa didasari ilmu yang mendalam, tanpa bergaul dengan para ulama serta berdialog dengan mereka, tentu tidak ada jaminan bagimu untuk tidak diuji dengan sesuatu yang segera menyusup ke hati berupa fitnah.Dikatakan, tidak ada kesesatan kecuali dibalikya ada perhiasan. Setelah itu, barangkali engkau akan meninggalkan kebenaran lalu hatimu pun akan enggan untuk menerima kebenaran itu sesudahnya.

 

Ketahuilah, ciri-ciri orang yang memperhatikan sunnah itu yaitu waspada terhadap langkah yang terlalu jauh ke dalam bid’ah, karena kesadarannya tentang kehalusan kalimat, kerumitannya dan pendalamannya tentang hal ini. Maka tidak usah heran bahwa orang yang paling takut terhadap perdebatan adalah orang yang paling banyak ilmunya, paling tajam pemikirannya, dan paling banyak pemahamannya. Sebaliknya, orang yang berani terjun dalam perdebatan adalah orang yang paling sedikit ilmunya, paling lemah pemikirannya, dan paling rendah pemahamannya.

Oleh karena itu, waspada dan waspadalah, sesungguhnya kalian telah diperingatkan. Telah dikatakan kepada kami, hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang lemah, agama orang-orang badwi dan agama anak-anak (Yakni dalam hal tunduk dan membenarkan). Kemudian terimalah nasihat supaya jangan sampai engkau termasuk orang-orang yang dikatakan dalam ayat berikut : “ tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. “ (QS. Al A’raf,79).

 

Ingat! Hati-hatilah kepada Allah, Saudara-saudaraku, terimalah nasihat orang yang prihatin terhadap nasibmu karena setan tidak pernah lalai dalam usahanya menghalangimu dari jalan kebenaran. Ia selalu menjadikanmu suka untuk menggapai kemenangan dalam perselesihan umat, dengan alasan demi mengenal kebenaran berdasarkan praduganya serta demi memilih yang benar, seolah-olah ia sebagai nasihat bagimu.

 

Akan tetapi, sesungguhnya setan itu, melalui hawa nafsu dan fitnah akan membawamu kepada bencana dan melalaikanmu dari mengingat hari kebangkitan. Duhai, kesibukan hati yang bukan untuk pendekatan bahkan sebaliknya untuk menjauhakn dari Tuhan mu, Ingat, janganlah engkau menolak bencana dengan cara mengikuti hawa nafsu, semoga Allah melindungi kita semua dari hal demikian. Aamiin.

 

Tiada ulasan: