Catatan Popular

Selasa, 6 Mac 2012

SILSILAH KE 14 KHWAJAH MUHAMMAD BABA AS SAMASI WAFAT 755H (Uzbekistan) -TAREKAT NAQSHABANDIYYAH

Beliau dilahirkan di sebuah kampung berdekatan Ramitain dipanggil dengan Sammas di Uzbekistan. Beliau mempelajari pelbagai ilmu agama dan ilmu logik sehingga bergelar sebagai seorang 'allamah (sangat alim) di zamannya. Beliau berdamping diri dengan Shaikh 'Azizan ('Ali Ramitani) dan bermujahadah bersungguh-sungguh sehingga mengatasi semua ikhwan seperguruannya yang lain, lalu dilantik oleh gurunya sebagai khalifah. Shaikh Azizan memerintah para murid beliau tunduk dan patuh kepada arahan Shaikh Baba al-Sammasi semenjak hidup beliau lagi.


Syekh Muhammad Baba as-Samasi adalah seorang pelajar al-Azizan yang ternama dan merupakan seorang Cendikiawan dari para Wali dan seorang Wali dari para Cendikiawan. Beliau unik dalam dua jenis pengetahuan, iaitu pengetahuan zahir dan batin. Berkahnya menembus seluruh ummat di masanya.
Dari keinginan belajarnya yang tinggi, beliau menyebabkan ilmu-ilmu ghaib dan rahasia menjadi tampak. Beliau adalah puncaknya  Pengetahuan Hakikat dan Syaria abad ke-8 H. Salah satu tanda keajaibannya adalah mi’raj beliau dari Kubah Batu, yang merupakan hatinya ke maqam ilmuwan dari para kalangan ilmuwan ulamak. Para cendikiawan yang menguasai hikmah kerohanian banyak yang menggali dari ladang ilmunya dan ikut berthawaf mengelilingi Ka’bah dibawah bimbingan beliau.


Kemudian beliau mulai mempelajari Teologi Spekulatif, Logika, Filosofi (’ilm al-Kalam) dan Sejarah, sampai beliau dijuluki orang sebagai ensiklopedia hidup bagi segala bidang ilmu dan seni. Beliau mengikuti Syaikh Ali ar-Ramitani al-’Azizan dan terus-menerus berperang melawan dirinya sendiri.
Beliau melakukan khalwat setiap hari sampai mencapai maqam kemurnian sehingga Syaikhnya mengizinkannya untuk memindahkan Pengetahuan kerohanian yang bersifat Ghaib ke dalam hatinya. Beliau menjadi sangat terkenal dengan kekuatan ajaib dan ketinggian maqam kewaliannya. Syaikh ‘Ali Ramitani memilih beliau sebagai penerusnya sebelum beliau meninggal dan memerintahkan semua murid untuk mengikutinya.


Beliau pernah berkata ketika melewati sebuah desa di Qasr al-’Arifan, ‘Dari tempat ini Aku mencium wangi seorang Pemegang Ilmu Spiritual yang akan muncul dan dari namanyalah seluruh thariqat ini akan dikenal.’  Suatu hari beliau melewati desa itu dan berkata, ‘Aku mencium aroma yang sangat kuat, seolah-olah Pemegang Ilmu itu telah lahir.’ Tiga hari berselang, kakek dari seorang anak mengunjungi Syekh Muhammad Baba as-Samasi dan berkata, ‘Ini adalah cucuku.’
Beliau lalu berkata kepada para pengikutnya, ‘Bayi ini adalah Pemegang Ilmu yang telah kuceritakan kepada kalian. Aku lihat di masa depan dia akan menjadi pemandu bagi seluruh ummat manusia. Rahasianya akan menggapai seluruh orang-orang shaleh. Pengetahuan Surgawi yang telah dicurahkan oleh Allah I kepadanya akan memasuki setiap rumah di Asia Tengah. Nama Allah I akan terukir (Naqsh) dalam hatinya. Dan thariqat ini akan dinamai dengan ukiran tersebut.’

Dari Ucapannya
‘Para pencari harus selalu berusaha untuk mematuhi Perintah Allah I, dan dia harus selalu berada dalam keadaan suci. Pertama dia harus mempunyai hati yang bersih sehingga tidak akan berpaling kepada apa pun kecuali Allah I. Selanjutnya dia harus menjaga agar bagian dalam tubuhnya tetap suci, dan tidak diperlihatkan kepada orang lain. Yaitu melihat dengan pandangan yang benar. Kesucian dada (sadr), terdiri atas harapan dan kepuasan terhadap Kehendak Ilahi. Kemudian kesucian jiwa, yang terdiri atas kesederhanaan dan penghormatan yang tinggi. Kemudian kesucian perut dengan hanya memakan makanan yang halal dan pantangan. Diikuti dengan kesucian badan yaitu dengan meninggalkan keinginan. Diikuti dengan kesucian tangan yang terdiri atas keshalehan dan ikhtiar. Kemudian kesucian dari dosa yaitu dengan menyesali kesalahan yang telah dilakukan. Selanjutnya kesucian lidah, yang terdiri atas dzikir dan istighfar. Kemudian dia harus mensucikan dirinya dari kelalaian dan kealfaan, dengan mengembangkan ketakutan terhadap Akhirat.”

‘Kita harus selalu beristighfar, berhati-hati dalam segala urusan, mengikuti langkah orang-orang yang shaleh, mengikuti ajaran internalnya, dan menjaga hati dari segala godaan.’

‘Jadilah orang yang terbimbing dengan ajaran Syaikhmu, sebab ajaran itu dapat menyembuhkanmu secara langsung dan lebih efektif daripada membaca buku.’

‘Kalian harus menjaga asosiasi dengan seorang Wali. Dalam asosiasi itu kalian harus menjaga hatimu dari gosip dan tidak boleh berbicara di tengah kehadirannya dengan suara yang keras, kalian juga tidak perlu menyibukkan diri dengan shalat dan ibadah sunnah ketika sedang bersamanya. Jagalah kebersamaanya dalam segala hal. Jangan berbicara ketika mereka sedang berbicara. Dengarkan apa yang mereka katakan. Jangan melihat apa yang mereka miliki di rumah, terutama di kamar dan dapurnya. Jangan berpaling kepada Syaikh yang lain tetapi yakinlah bahwa Syaikhmu akan membuatmu tiba di tujuanmu. Jangan menyambungkan hatimu dengan Syaikh yang lain, bisa saja kalian akan terluka karena melakukan hal itu. Tinggalkan apa pun yang telah kalian kumpulkan semasa kanak-kanakmu.’

‘Dalam menjaga kehadirat Syaikhmu, kalian tidak boleh menyimpan sesuatu dalam hatimu kecuali Allah I dan Nama-Nya.’

‘Suatu ketika Aku bertemu dengan Syaikhku, Syaikh ‘Ali ar-Ramitani . Ketika Aku memasuki kehadiratnya, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, Aku kirimkan keinginan mi’raj ke dalam hatimu’ Segera setelah beliau mengatakan hal itu beliau menempatkan diriku ke dalam keadaan dengan panorama spiritual, di mana Aku melihat diriku berjalan siang dan malam, dari negriku menuju Masjid al-Aqsa, Aku memasuki masjid dan Aku melihat seseorang yang bepakaian serba hijau di sana. Beliau berkata kepadaku, ‘Selamat datang, kami telah menantimu sejak lama.’ Aku berkata, ‘Wahai Syaikhku, Aku meninggalkan negriku pada tanggal sekian. Tanggal berapa sekarang?’ Beliau menjawab, ‘Hari ini adalah 27 Rajab.’ Aku sadar bahwa Aku telah melakukan perjalanan selama 3 bulan untuk mencapai masjid itu, dan yang membuatku terkejut adalah bahwa Aku tiba di malam yang sama dengan malam isra mi’raj Rasulullah.

‘Beliau berkata kepadaku, ‘Syaikhmu, Sayyid ‘Ali ar-Ramitani telah menantimu sejak lama di sini.’ Aku masuk ke dalam, dan Syaikhku sudah siap untuk menjadi Imam dalam rangkaian shalat malam. Setelah menyelesaikan shalatnya beliau menoleh kepadaku dan berkata, ‘Wahai anakku, Aku telah diperintahkan oleh Rasulullah untuk menemanimu dari Masjid Kubah ke Sidratul Muntaha, tempat yang sama di mana beliau mengalami mi’raj.’ Ketika beliau selesai berbicara orang yang serba hijau itu membawa dua makhluk yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Kami menunggangi kedua makhluk tersebut dan mengangkasa. Setiap kali kami naik, kami mendapatkan pengetahuan yang terdapat di tingkat antara Bumi dan Surga itu.’
 
‘Mustahil melukiskan apa yang kami lihat dan kami pelajari dalam mi’raj itu, karena kata-kata tidak bisa mengekspresikan apa yang berhubungan dengan hati, kata-kata tidak bisa mengungkapkannya kecuali dengan merasakan dan mengalaminya sendiri. Kami melanjutkan mi’raj kami sampai tiba di maqam Realitas Rasulullah (al-haqiqat al-Muhammadiyya), yang berada di Kehadirat Ilahi. Setelah kami memasuki tingkatan ini, Syaikhku lenyap, Aku pun lenyap. Kami melihat bahwa tidak ada lagi yang eksis di alam semesta ini kecuali Rasulullah e sendiri. Kami rasa tidak ada yang berada di maqam selanjutnya kecuali Allah Isendiri.’

‘Kemudian Aku mendengar suara Rasulullah berkata kepadaku, ‘Wahai Muhammad Baba as-Samasi , Wahai anakku, jalur tempat engkau berada adalah jalur yang paling mulia, dan orang-orang yang telah terpilih untuk menjadi bintang dan penunjuk bagi ummat manusia akan diterima di jalur tersebut. Kembalilah, dan Aku akan mendukungmu dengan segala kekuatanku, dan Allah I mendukungku dengan Kekuatan-Nya. Layanilah Syaikhmu.’ Ketika suara Rasulullah menghilang, Aku menemukan diriku berdiri di tengah Syaikhku. Itu adalah sebuah karunia yang besar, berada dekat dengan Syaikh yang sangat kuat, yang bisa membawamu ke Kehadirat Ilahi.’

Syekh Muhammad Baba as-Samasi q.s. meninggal dunia di Samas pada tanggal 10 Jumada al-Akhir, tahun 755 H. Beliau mempunyai empat khalifah, tetapi hanya diteruskan kepada Sayyid Amir Kulal ibn as-Sayyid Hamza q.s.

Tiada ulasan: