Catatan Popular

Rabu, 10 Disember 2014

Kitab Mengenal Diri Melalui Rasa Hati Bab 4 - Cara-cara Mengamalkan Amalan batin



SETELAH kita mengetahui erti dan maksud amalan batin (hakikat) maka marilah kita mempelajari cara-cara mendapatkan hakikat. Mudah-mudahan dengan mengetahui hal tersebut kita dapat beramal dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya.
Untuk mendapatkan hakikat kita mesti melatih roh kita supaya taat pada Allah. Jasad batin (roh) kita waktu masih berada di alam roh, yakni sebelum dimasukkan ke dalam sangkarnya (jasad lahir) memang sudah mengenal Allah, seperti dalam firman-Nya:
Terjemahannya: (Allah bertanya pada roh) "Bukankah Aku Tuhanmu?". Roh menjawab: Ya, kami akui Engkaulah Tuhan kami.
(Al ‘Araaf: 172)

Sebelum masuk ke badan kita roh sudah mengenal Allah, bahkan sudah menyaksikan ketuhanan Allah dan sudah mengaku kehambaan pada Allah. Tetapi ketika dilahirkan ke dunia, roh dikurung dalam jasad lahir bersama-sama musuhnya nafsu dan syaitan. Tentang nafsu, Allah SWT berfirman:
Terjemahannya: Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan.
(Yusuf: 53)


Dan Nabi pula bersabda:
Terjemahannya: Sejahat-jahat musuhmu ialah nafsumu yang terletak di antara dua lambungmu.
(Riwayat Al Baihaqi)

Sedangkan tentang syaitan, Allah berfirman:
Terjemahannya: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
(Yusuf: 5)

Berhadapan dengan dua musuh batin itu, roh menjadi lemah (rosak atau hilang rasa kehambaan). Walaupun dia sudah mengenal Allah SWT, tahu wujud dan Maha Perkasanya Allah, tetapi roh tidak boleh mentaati perintah Allah. Pujukan serta tarikan syaitan dan hawa nafsu lebih kuat dan berpengaruh.


Roh sudah derhaka pada Tuhan, seakan-akan sudah tidak kenal Tuhan. Roh terbelenggu dalam jasad, dikongkong oleh nafsu dan syaitan itu. Roh sudah tidak takut dan tidak malu lagi pada Tuhan. Roh tidak rindu dan tidak cinta lagi pada Tuhan, tidak merasa hina dan rendah diri serta bersifat ketuanan. Roh sudah sombong, keras, hasad dengki, tamak, pendendam, bakhil, gila dunia, kuat makan, banyak tidur dan lain-lain, menyerupai kehendak nafsu yang terkutuk itu. Roh  sudah dikuasai oleh jasad lahir yang beku (bersifat seperti tanah kerana dicipta dari tanah).


Laksana burung, roh terkurung dalam sangkar. Kerana sangkar itu kuat maka burung terpaksa terkurung di dalam sangkar yang sempit dan menyiksa. Sebaliknya kalau burung lebih kuat dari sangkar, burung akan dapat memecahkan sangkar dan dapat terbang bebas ke seluruh alam. Demikianlah kalau roh kita lebih kuat dari nafsu dan syaitan, roh dapat menundukkan nafsu dan syaitan. Saat itu bukan jasad lagi yang menguasai roh tetapi roh yang menguasai jasad lahir. Roh akan bebas melakukan kehendaknya mentaati perintah Allah SWT. Roh akan terbang bebas kemana-mana dan dapat merasakan perkara-perkara gaib.


Itulah yang terjadi pada roh para Nabi, Rasul dan wali-wali Allah. Roh tidak lagi dibelenggu dalam jasad lahir oleh nafsu dan syaitan tetapi sudah bebas, sudah dapat menundukkan nafsu dan syaitan di bawah kehendaknya. Sudah melihat alam rohani, alam malakut dan alam jin. Jasad lahir tidak bererti apa-apa lagi kerana sudah dikuasai oleh roh untuk menyembah Allah sepanjang masa.


Lain halnya dengan jasad lahir, roh bukan dibuat dari tanah tetapi dari nur (cahaya) yang  serupa dengan malaikat dan jin. Sebab itu roh yang sudah bebas dari kungkungan nafsu dan syaitan akan bergerak bebas seperti cahaya, tembus di setiap ruang dan bidang. Pandangan roh adalah pandangan tembus yang dapat membaca hati dan batin manusia. Kerana itu bersabda Rasulullah SAW:


Terjemahannya: Takutilah Firasat (pandang tembus) orang Mukmin kerana ia memandang dengan cahaya Allah.
(Riwayat At Tarmizi)

Itulah rahsia diri kita yang mesti kita sedari. Bila kita sedar hakikat kejadian kita itu, barulah akan terjadi apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: 
Terjemahannya: Barangsiapa yang kenal dirinya, maka dia pasti kenal Tuhannya. 

Untuk meningkatkan diri mencapai darjat yang mulia itu, kita mesti berusaha bersungguh-sungguh, berjuang dan berkorban. Siapa saja dapat berhasil kalau memenuhi syarat dan cara yang telah ditetapkan iaitu dengan mendidik roh kita kembali untuk mengenal dan mencintai Allah SWT. Caranya adalah mujahadah (berperang) dengan nafsu dan syaitan. Allah berfirman:

Terjemahannya: Wahai orang-orang yang beriman, sabarlah kamu (dalam menegakkan agama Allah) dan sabarlah kamu dalam perjuangan menghadapi musuh (hawa nafsu) dan tetap teguhlah kamu (dalam barisan perjuangan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah moga-moga kamu mendapat kemenangan.
(Ali Imran: 200)

Nafsu yang mesti diperangi di antaranya adalah sifat mementingkan diri sendiri, tamak, gila dunia, kedudukan dan kehormatan diri. Itu semua adalah penghalang yang cukup kuat untuk kita mendapatkan hakikat (amalan batin), juga sebagai hijab yang menghalang kita untuk mendapat sifat kerohanian sebab kita merasakan diri sebagai tuan.


Supaya kita bertambah yakin, maka ada satu kisah pengalaman seorang wali bernama Yazid Bustami:
Satu hari seorang temannya datang pada Yazid Bustami  untuk mengadu, "Saya telah berpuasa setiap hari dan melakukan solat setiap malam selama 30 tahun tetapi tidak juga memperoleh keringanan batin seperti yang engkau ceritakan."


Yazid Bustami pun memotong kata-kata temannya,"Kalaupun engkau melakukan solat dan berpuasa selama 300 tahun, engkau pasti tidak dapat menemukannya."


"Kenapa?" Tanya temannya.
Jawab Yazid, "Sifatmu yang mementingkan diri sendiri dan serakah  menjadi penghalang dan hijab antara engkau dengan Allah."


Teman itu lantas bertanya, "Katakanlah padaku apakah ubatnya?"
"Ada ubatnya," kata Yazid, "Tetapi engkau tidak akan sanggup melakukannya."


Setelah dipaksa oleh temannya Yazid pun berkata:
"Pergilah ke tukang gunting rambut yang terdekat dan guntinglah janggutmu. Bukalah bajumu kecuali ikat pinggang yang melingkari pinggangmu. Ambillah karung yang biasa diisi makanan kuda, isilah buah kenari dan gantungkanlah karung itu di lehermu. Kemudian pergilah ke pasar sambil menangis, teriakkanlah seperti ini, "setiap anak-anak yang memukul batang leherku akan mendapat sebiji kenari." Selanjutnya pergilah ke pengadilan, hakim dan ahli hukum, katakanlah kepada mereka,"Selamatkanlah jiwaku."


Teman itu berkata, "Sungguh aku tidak sanggup berbuat begitu. Berilah cara pengubatan yang lain."


Yazid berkata, "Yang aku ceritakan tadi adalah cara pengubatan pendahuluan yang sangat perlu dilakukan untuk mengubati penyakitmu. Tapi sebagaimana yang aku katakan tadi, engkau tidak dapat disembuhkan lagi."

Yazid Bustami seorang wali Alah yang mukasyafah dapat membaca hati (rahsia batin) temannya yang berjuang untuk nama, pangkat dan sanjungan manusia. Sebab itu Beliau perintahkan sahabat itu bermujahadah dengan nafsunya itu dengan cara menghina diri di pasar dan mengaku jahat di hadapan hakim. Perintah itu memang berat, tetapi bagi Yazid tidak ada jalan lain lagi. Itulah cara majahadatunnafsi yang mesti dilakukan.


Begitulah pentingnya mujahadatunnafsi untuk siapa saja yang ingin meningkatkan kerohaniannya. Selagi nafsu tidak dapat dikalahkan, selama itulah roh tidak akan suci dan bersih. Kalau roh tidak bersih, Allah tidak akan memasukkan taufik dan hidayah ke dalam hati. Sebab benda yang berharga akan Allah letakkan di tempat yang mulia.


Roh seperti wadah. Kalau kotor, maka taufik dan hidayah tidak akan masuk. Kalau tidak ada taufik dan hidayah, roh akan terhijab dan kita tidak akan dapat meningkatkan kerohanian (amalan batin) ke taraf kerohanian yang tinggi. Dan tanpa kerohanian, hati (roh) tidak akan selamat dari penyakit-penyakit mazmumah. Firman Allah:


Terjemahannya: Hari Qiamat ialah hari di mana anak dan harta tidak dapat memberi manfaat kecuali mereka yang mengadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera.
(Asy-Syu’ara: 88-89)

Amalan lahir seperti solat, puasa, walaupun dilakukan sepanjang hari dan solat tahajjud setiap malam (seperti cerita di atas), berjihad, berkorban, belajar, menutup aurat dan lain-lain, tidak dapat menjamin bahwa hati sudah selamat. Yang menjamin selamatnya hati ialah mujahadatunnafsi. Itulah amalan batin yang wajib kita lakukan.


Suatu hari di dalam kuliahnya, seorang ulama sufi, Bisyulhafi bercerita kepada muridnya bahwa, mempunyai isteri yang banyak itu tidak menolak zuhud. Salah seorang muridnya yang mengetahui bahwa gurunya tidak pernah berkahwin, lalu bertanya,
"Tuan, kalau begitu kenapa tuan tidak berkahwin? Bukankah menyalahi sunnah?"


Bisyulhafi pun menjawab, "Aku tidak sempat melakukan sunnah itu kerana sibuk. Sibuk melakukan perkara yang lebih fardhu, yang belum mencapai tujuan iaitu mujahadatunnafsi."


Begitulah pandangan ahli sufi tentang pentingnya mujahadatunnafsi. Mereka tidak pernah berhenti memperhatikan perjalanan nafsu dan syaitan, sehingga nafsu dan syaitan itu selalu dapat diperangi dan dikalahkan untuk menghambakan diri pada Allah SWT.


Kalau kita ingin berjumpa Allah dengan selamat, jalan itulah yang mesti ditempuh. Tanpa menempuh jalan itu, kita akan dapat juga berjumpa dengan Allah (kerana kita semua akan mati) tetapi dalam keadan susah-payah dan hina-dina, wal ‘iyazubillah!


Jalan keselamatan itu adalah melakukan mujahadatunnafsi. Kita mesti bermujahadah atas semua mazmumah yang setiap saat selalu menyerang kita. Mazmumah atau penyakit hati yang dihidupkan oleh nafsu itu adalah semua sifat batin yang bertentangan dengan amalan batin. Penyakit hati saya bahagikan kepada dua iaitu:


1.     Penyakit hati terhadap Allah.
2.     Penyakit hati terhadap manusia.


Penyakit hati terhadap Allah, diantaranya:
-     Tidak khusyuk beribadah
-     Lalai dari mengingat Allah
-     Tidak yakin dengan Allah
-    Tidak ikhlas dengan Allah
-     Tidak takut pada ancaman Allah
-     Tidak harap pada rahmat Allah
-     Tidak redha akan takdir Allah
-    Tidak puas dengan pemberian Allah
-    Tidak sabar atas ujian Allah
-    Tidak syukur atas nikmat Allah
-    Tidak terasa di awasi Allah
-    Tidak terasa kehebatan Allah
-    Tidak rindu dan cinta dengan Allah
-    Tidak tawakal kepada Allah
-    Tidak rindu pada syurga dan tidak takut pada neraka
-    Cinta dunia, membuang waktu dengan sia-sia.
-    Penakut (takut pada selain Allah)
-    Ujub
-    Riya'
-     Gila pujian dan kemasyhuran.

Sedangkan penyakit hati (mazmumah) terhadap manusia diantaranya:
-    Benci membenci.
-    Rasa gembira kalau dia mendapat celaka dan rasa  sedih kalau dia berjaya
-    Mendoakan kejatuhannya
-    Tidak mahu meminta maaf dan tidak memaafkan kesalahannya.
-    Hasad dengki
-    Dendam
-    Bakhil
-    Buruk sangka.
-    Tidak bertimbang rasa.
-    Tidak bertoleransi.
-    Tidak tolong-menolong.
-    Tamak
-    Keras hati
-    Mementingkan diri sendiri.
-    Sombong.
-    Tidak sabar dengan ulah manusia.
-    Memandang hina kepada seseorang
-    Riya'
-    Ujub
-    Merasa diri bersih.

Terhadap semua penyakit itu kita wajib melakukan mujahadatunnafsi. Firman Allah: 


Terjemahannya: Wahai orang-orang beriman, sabarlah kamu (dalam menegakkan agama Allah) dan sabarlah kamu dalam perjuangan menghadapi musuh (hawa nafsu) dan tetap teguhlah kamu (dalam barisan perjuangan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah moga-moga kamu mendapat kemenangan.
(Ali Imran: 200)

Untuk mujahadah melawan penyakit hati (mazmumah) dengan Allah, langkah-langkahnya ialah: memperbanyak ibadah-ibadah hamblumminallah seperti solat sunat (dengan faham, khusyuk dan istiqamah), zikrullah, wirid dan tahlil, membaca Al Quran, berdoa, tafakur dan sebagainya yang akan diuraikan sebagai berikut:


1.     SOLAT
Hal penting yang perlu diambil perhatian saat menunaikan solat adalah khusyuk. Itu didasarkan pada apa yang diingatkan oleh Rasulullah SAW kepada Abu Zar:
"Ya Abu Zar, dua rakaat solat yang dilakukan dengan khusyuk itu lebih baik dari solat sepanjang malam tetapi dengan hati yang lalai."

Solat yang khusyuk dapat diertikan sebagai solat yang sempurna lahir dan batin. Ketika jasad menghadap Allah, hati juga tunduk menyembah Allah. Ketika mulut menyebut Allahu Akbar, hati juga mengaku Allah Maha Besar. Ketika jasad sujud menghina diri, hati juga bersujud menghina diri. Dan ketika mulut memuji mengagungkan Allah dan berdoa pada Allah, hati juga memuja, merintih dan tenggelam dalam penyerahan pada Allah.


Telah bertanya Jibril pada Nabi SAW:
Terjemahannya: Khabarkan padaku apa itu Ihsan? Dijawab oleh Rasulullah, Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia senantiasa melihat engkau.


Kalaulah solat itu dapat dihayati, sebagaimana yang dianjurkan di atas, pengaruhnya akan cukup besar pada diri dan jiwa manusia. Iman akan bertambah seiring dengan bertambahnya rasa tawakal, syukur, redha, sabar dan lain-lain sifat mahmudah.
Cukuplah sedikit rakaat solatnya asalkan khusyuk daripada banyak rakaat solat tetapi lalai. Sebab perkara yang menjadi tujuan ibadah ialah membuahkan iman dan akhlak.


Walaupun banyak rakaatnya tetapi dikerjakan dengan hati yang lalai, maka bukan saja iman dan akhlak tidak bertambah, bahkan ibadah akan menjadi sia-sia. Mungkin Allah akan memberikan pahala juga, tetapi apakah kita akan bangga kalau perniagaan yang kita buat hanya mengembalikan modal, tidak mendapat untung sama sekali? Solat yang lalai tidak akan menambah iman dan menguatkan jiwa sebaliknya hanya akan membuat badan menjadi letih.
Di Padang Mahsyar nanti, Allah akan memanggil manusia yang solat untuk diperiksa solatnya. Waktu itu solat akan dikategorikan pada lima tingkat:

1.  Solat orang jahil.
2.  Solat orang lalai.
3.  Solat orang yang setengah lalai setengah khusyuk.
4.  Solat orang khusyuk.
5.  Solat Nabi-Nabi dan Rasul.


Solat orang jahil ialah solat yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki ilmu tentang solat. Dia tidak tahu tentang rukun dan sunat dalam solat serta solat tanpa peraturan yang telah ditetapkan syariat. Kerana itu sejak awal solatnya tidak diterima bahkan ia berdosa kerana tidak belajar tentang ilmu solat.


Solat orang lalai ialah solat yang walaupun sempurna lahirnya tetapi hatinya sama sekali tidak ikut dalam solat. Bermacam-macam hal yang diingat sewaktu berdiri, rukuk, sujud dan duduk dalam solat itu. Dari awal hingga akhir solatnya, sedikit pun tidak ingat Allah. Solat seperti itu akan dianggap sebagai dosa bukannya mendapat pahala. Allah berfirman:


Terjemahannya: Neraka Wail bagi orang yang solat. Yang mereka itu lalai dalam solatnya.
(Al Maa’un: 45)

Solat yang ketiga ialah solat yang di dalamnya terjadi tarik-menarik dengan syaitan. Ertinya orang itu selalu merasakan  bila syaitan mulai membuat dirinya lalai dari mengingat Allah. Cepat-cepat dikembalikan ingatannya pada Allah. Begitulah seterusnya terjadi hingga akhir solat. Ada waktu lalai dan ada waktu khusyuk. Solat seperti itu tidak berdosa dan tidak juga berpahala, tetapi dimaafkan oleh Allah.


Solat orang khusyuk ialah solat orang yang terus mengingat Allah di sepanjang solatnya serta memahami apa yang dibacanya dalam solat. Orang itu dapat merasakan bahwa dia sedang mengadap Allah. Perhatiannya hanya kepada Allah. Bagi orang tersebut, solatnya bererti menunaikan janji kepada Allah, memohon ampun kepada Allah, mengharap kepada Allah, menghina diri kepada Allah dan mengagungkan Allah.


Solat seperti itulah yang akan menghapuskan dosa, memperbaharui ikrar (yang pernah diucapkan di alam roh), menguatkan iman, mendekatkan hati kita kepada Allah, meningkatkan taqwa dan mengelakkan diri dari perbuatan keji dan mungkar. Itulah keuntungan di dunia. Dan di akhirat Allah akan menganugerahkan pahala syurga yang penuh kenikmatan.


Solat yang kelima ialah tingkat tertinggi iaitu solat para Nabi dan Rasul. Mereka itu khusyuknya luar biasa. Mereka benar-benar melihat Allah dengan mata hati. Dalam solat, mereka seakan-akan sedang bercakap-cakap dengan Allah. Sebab itu mereka tidak pernah jemu melakukan solat. Sebagaimana indahnya perasaaan hati orang yang dapat bertemu kekasihnya, begitulah indahnya perasaan mereka itu dalam solat.


Salah satu perkara utama yang disukai oleh Rasulullah SAW adalah shalat. "Solat penyejuk mataku," sabda Rasulullah. Syurga yang akan Allah anugerahkan pada mereka adalah syurga tertinggi yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang awam seperti kita.


Jadi tugas kita sekarang ialah memperbaiki solat kita sekaligus memperbanyakkannya. Untuk itu sekali lagi kita mesti mujahadah. Hanya dengan mujahadah kita dapat meningkatkan iman dan memperbanyak amal soleh. Serta hanya dengan iman dan amal soleh saja  kita akan dapat membangun dan menghias rumah kita di akhirat nanti.


2.     ZIKRULLAH, WIRID DAN TAHLIL
Semua ibadah zikrullah kalau dikerjakan dengan betul akan meresap ke hati dan menghasilkan iman, ketenangan, serta kebahagiaan di hati. Firman Allah:
Terjemahannya: Ketahuilah bahwa dengan mengingat  Allah itu, hati akan tenang.
(Ar Ra’d: 28)

Syaratnya ibadah itu mesti dilakukan dengan beradab, memahami dan  menghayati maksudnya. 


Misalnya kita menyebut Subhanallah, hati mesti diberitahu bahwa Allah Maha Suci dari kekurangan yang disifatkan pada-Nya. Bila menyebut Alhamdulilah, hati mesti merasakan bahwa segala puji hanya bagi Allah. Segala kebaikan, nikmat dan rahmat yang memenuhi langit dan bumi adalah kepunyaan Allah. Hati mesti merenungkan segala pemberian Allah pada kita sewaktu menyebut pujian itu supaya terasa hubungan  antara kita dengan Allah. Begitu juga ketika menyebut Allahu Akbar, hati mesti sedar bahawa Allah Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Perkasa dan Maha Mengatur seluruh langit dan bumi. Rasakan betapa kerdilnya kita di bawah kekuasaan Allah yang hebat itu.


3.     MEMBACA AL QURAN
Al Quran adalah Kitabullah yang diturunkan khusus untuk kita manusia. Membacanya adalah ibadah, memahaminya adalah ubat, mengikutinya adalah petunjuk dan menghayatinya menambah iman dan taqwa. Maka orang yang menganggap remeh dan ringan terhadap Al Quran akan menderita kerugian besar.


Bertanya Allah dalam surah Al Waaqi’ah:
Terjemahannya: Sesungguhnya Al Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Terdapat dalam kitab yang terpelihara (lauhul mahfuz). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Quran ini? Kamu (mengganti) rezeki (Allah) dengan mendustakan Allah.
(Al Waaqi’ah: 77-82)


Begitulah umat Islam pada hari ini. Mereka menyamakan kitab mulia itu dengan buku ciptaan manusia. Kadangkala, Al Quran dipermainkan dengan tujuan duniawi semata-mata. Alangkah sedihnya.


Mari kita kembali menjunjung pusaka mulia, warisan yang betul-betul ditujukan untuk kita. Mari kita agungkan dengan seagung-agungnya dan kita perjuangkan sungguh-sungguh. Tindakan seperti itulah yang sesuai dengan kemuliaan dan kehebatan yang ada pada Al Quran.
Adab-adab yang perlu dilakukan ketika kita membaca Kitab mulia ini diantaranya adalah:
-     Berwudhu'.
-     Tempat duduk kita bersih dan suci seperti mesjid, surau dan
         lain-lain.
-     Menghadap kiblat.
-     Membaca ta’awwudz "a'udzubillahi minas syaithon nirrajiim"
         sebelum memulai membaca Al Quran.
-     Bacaan dilakukan dengan tertib yakni dengan jelas dan
         perlahan-lahan.
-    Memahami dan menghayati bacaan dengan melakukan apa
         yang dikehendaki oleh ayat yang dibaca. Misalnya kita
         membaca ayat tasbih, maka maka kita berdoa dan bertasbih.
-    Bila membaca ayat doa dan istighfar, maka kita berdoa dan
         meminta ampun.
-    Bila membaca ayat yang menceritakan azab Neraka, maka kita
          berlindung dari Neraka Allah dengan doa "a'udzubillahi min
         dzalika"
-    Bila membaca ayat yang menceritakan nikmat syurga, maka            
kita berdoa "allahumma arzuqna" semoga Allah juga
         menganugerahkannya kepada kita.
-     Bila membaca ayat tentang orang kafir yang mensyirikkan
         Allah, maka kita segera menolak dengan ucapan
         "Subhanallahi ‘amma yasifuun", dan begitulah seterusnya.
-    Ucapan-ucapan itu dapat diucapkan di mulut atau di hati
         tetapi yang penting adalah kesungguhan dan keikhlasan kita
         dalam menyebutnya (mengucapkannya) .
-     Bacaan dibuat dengan suara dan nada yang merdu serta enak didengar.
-     Jangan memutuskan bacaan hanya karena hendak makan atau            
bercakap-cakap. Berhentilah di tempat-tempat yang telah
ditentukan. Sebaiknya diakhiri dengan doa.

Sesungguhnya kalau kandungan Al Quran itu selalu kita perhatikan dengan kefahaman dan keimanan, Insya Allah hati kita akan terdidik, keimanan dan ketaqwaan kita akan bertambah.


4.     BERDOA
Berdoa adalah ibadah. Selain itu berdoa juga merupakan sumber iman dan tempat menggantungkan diri kepada Allah. Orang-orang yang tidak mahu berdoa kepada Allah sebetulnya adalah orang  yang sombong dengan Allah. Bukankah terlalu banyak keperluan, keinginan dan harapan kita yang hanya mungkin tercapai dengan pertolongan Allah?


Kalau begitu, marilah kita berdoa. Kita ceritakan semua masalah pada Allah dan kita gantungkan harapan yang penuh kepada-Nya. Berdoalah di tempat-tempat dan waktu-waktu yang makbul dengan hati yang penuh khusyuk, harap, yakin serta sabar. Insya Allah doa akan menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan.


Sudah menjadi fitrah manusia, bila berada dalam kesusahan ia akan mengalami ketegangan fikiran dan perasaan. Satu-satunya cara mengubati penyakit itu adalah dengan mengadu, mengharap dan menyandarkan diri kepada suatu kuasa yang boleh menolongnya menyelesaikan masalah itu. Kerana itu, agama Islam mengajar kita untuk berdoa. Sebab hanya Allahlah kuasa mutlak yang layak dan mampu berbuat begitu.


Faedah berdoa adalah jiwa yang lemah akan menjadi kuat, hati yang susah menjadi senang dan perasaan yang gelisah akan menjadi tenang.


5. TAFAKUR
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
Terjemahannya: Berfikir satu saat itu lebih baik daripada ibadah setahun.

Anjuran untuk berfikir itu bertujuan untuk menyedarkan manusia tentang sifat wujud Allah dan Maha Kuasanya Allah. Perkara-perkara yang sebaiknya difikirkan adalah tentang keberadaan diri kita di hadapan Allah. Allah memulai penciptaan kita hanya dari setitik air mani. Harga setitik air mani lebih rendah daripada harga sebiji padi, kalau saja  Allah tidak menanamnya di dalam rahim perempuan.


Juga tidak akan berharga kalau Allah tidak memelihara dan menghidupkannya dengan memberi segala keperluan untuk tinggal di dalam rahim. Belum juga berharga sekiranya Allah tidak memudahkan baginya keluar ke atas bumi. Bahkan belum juga berharga kalau Allah tidak membesarkan serta memberi akal fikiran.


Dengan akal yang Allah kurniakan, manusia dapat menjadi raja, menteri, anggota kabinet, tentara, ahli fikir, profesor, doktor, jurutera, pensyarah, guru dan lain-lain yang pandai, kuat, kaya dan hidup secara bebas. Dengan akal fikiran, manusia telah dapat meratakan gunung, membelah angkasa, menyelami lautan dan memperkosa bumi sekehendaknya. Tetapi tidak selamanya begitu. Kita tidak akan boleh selamanya berbuat sekehendaknya atau memperoleh apa yang kita inginkan.


Kita akan mengalami kematian. Bagaimana kita dapat menghalangi datangnya kematian itu? Tidak mungkin. Seperti halnya kita tidak mungkin mendatangkan diri kita ke dunia ini. Firman Allah dalam Al Quran:
Terjemahannya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah kemudian Dia menjadikan kamu sesudah lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menetapkan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa.
(Ar Rum: 54)

Sesudah mati, Allah berjanji untuk menghidupkan dan membangkitkan kita kembali di hari Qiamat. Apakah alasan kita untuk tidak percaya pada janji Allah itu? Siapakah diri kita yang berani menolak kedatangannya?
Firman Allah SWT:
Terjemahannya: Tidaklah susah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) melainkan hanya seperti (mencipta dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(Luqman: 28)

Mari kita fikirkan juga nikmat-nikmat Allah yang kita terima sekarang ini. Mata, telinga, kaki, tangan dan semua anggota tubuh kita sangat penting untuk keperluan hidup. Allah kurniakan kepada kita tanpa meminta bayaran satu sen pun dari kita. Padahal harga sepasang kaki palsu sudah beribu-ribu begitu juga dengan gigi palsu. Apalagi mata, telinga, hati, lidah dan akal yang Allah kurniakan, tentu tidak akan ternilai harganya.


Dengan apa kita akan membalas pemberian yang begitu besar? Renungkanlah apakah kita sudah berterimakasih kepada Allah? Sudahkah kita laksanakan suruhan-Nya? Sudahkah kita berhenti melakukan hal-hal yang dilarang-Nya? Sudah cukupkah amal bakti kita sebagai hamba untuk membalas kemurahan dan kasih sayang Allah yang telah memelihara kita?


Pernah diceritakan bahwa telah meninggal seorang abid (ahli ibadah). Lalu Allah memanggilnya untuk diberitahu bahwa dia akan dimasukkan ke syurga kerana kemurahan dan rahmat Allah kepadanya. Mendengar hal itu, si abid merasa tidak puas kerana ia masuk ke syurga melalui belas kasihan dari Allah sedangkan di dunia dia begitu kuat beribadah. Si abid lalu memohon dimasukkan ke syurga yang setimpal dengan amal ibadahnya yang banyak itu.
Allah SWT memerintahkan malaikat menghitung dan menilai ibadah si abid tersebut. Setelah selesai, Allah mengumumkan bahwa ibadah-ibadah yang telah dibuat oleh si abid itu tidak cukup hanya untuk membayar harga sebelah matanya apalagi untuk mendapatkan syurga? Si abid pun tersipu-sipu lalu memohon agar diberi peluang untuk masuk ke syurga.


Demikianlah satu contoh yang menunjukkan bahwa nilai amal bakti kita masih belum sebanding dengan pemberian Allah pada kita. Meskipun setiap detik dari umur kita, kita gunakan untuk menghambakan diri kepada Allah, itu pun belum memadai untuk menandingi nikmat dari Allah. Apalagi kalau kita sombong, ingkar dan derhaka kepada Allah tentu sangat setimpal bila Allah lemparkan kita ke dalam api neraka dan tersiksa untuk selama-lamanya.


Lihat juga kejadian padi yang kita masak menjadi nasi. Dapatkah batang padi itu tumbuh dengan sendirinya kalau Allah tidak menurunkan hujan dan kalau Allah tidak menggemburkan tanah supaya biji yang di dalam tanah itu dapat menembus naik untuk mendapatkan cahaya matahari? Dapatkah manusia membuat air? Dapatkah manusia melubangi tanah dengan sehalus-halusnya hingga akar batang itu dapat menjalar mencari makanan dan minumannya? Manusia menanam, tetapi siapa yang menumbuhkannya?


Sesudah berfikir dan membuat kesimpulan, sudah selayaknya hati kita terbuka, nampak kewujudan, kemurahan dan kekuasaan Allah SWT. Seharusnya hati akan menyedarkan akal tentang perlunya menyembah Allah. Hati selanjutnya akan memerintahkan kaki, tangan dan seluruh anggota lahir menunaikan perintah Allah dan berhenti dari mengerjakan larangan-Nya. Kalau tidak terjadi seperti itu, maka  selayaknya kita menangis, kerana hati yang buta lebih parah dari akal yang buta.


Kemudian hadapkan muka kita ke langit. Lihatlah matahari yang terbit dan terbenam, memberi panas, membuat perbezaan waktu dan pergantian musim. Bulan yang kecil dan besar, membuat malam kadang-kadang gelap dan kadang-kadang terang, membuat air laut pasang dan surut. Lihatlah bintang-bintang yang berkerlipan menghiasi langit hingga berseri-seri.
Lihatlah semua itu dan ingatlah Allah. Tanamkan dalam hati betapa besar kuasa-Nya dan pemurah-Nya. Dengan begitu mudah-mudahan hati kita menjadi lembut dan tunduk untuk menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah.


Bersabda Rasulullah SAW maksudnya:
"Siapa yang memandang ke langit, melihat bulan dan bintang kemudian terasa betapa kuasanya Allah, maka Allah akan mengampunkan dosanya sebanyak jumlah bintang-bintang itu."

Seseorang yang melihat alam kemudian berfikir tentang Allah, lalu terasa kehebatan Allah hingga hatinya lembut dan tunduk menyembah Allah dengan sedar dan khusyuk, itulah manusia yang sempurna.


Dia menyedari bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah. Segala sesuatu yang dimilikinya merupakan pemberian Allah. Kerana itu ia ingin menyerahkan kembali segala pemberian Allah itu untuk beribadah kepada Allah. Hasilnya dia akan berbahagia di dunia dan akhirat.


Di dalam Al Quran Allah berulang kali menyuruh manusia untuk berfikir serta menggunakan akal yang telah diberikan untuk menyaksikan wujud dan perkasanya Allah. 
Firman-Nya:
Terjemahannya: Tidakkah kamu memperhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan (untuk kepentinganmu) apa yang di langit dan di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan sebahagian manusia masih ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan kitab yang memberi penerangan.
(Luqman: 20)

Terjemahannya: Dan di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikannya di antara kamu kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu sebagai bahan renungan, bagi kaum yang berfikir.
(Ar-Rum: 21)

Terjemahannya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak (menguasai bumi).
(Ar Rum: 20)


Terjemahannya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi dan begitu juga berlain-lainan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(Ar-Rum: 22)

Terjemahannya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari kurnia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
(Ar-Rum: 23)


Terjemahannya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan dan Dia menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
(Ar-Rum: 24)


Terjemahannya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah terbinanya langit dan bumi dengan perintah-Nya. Kemudian apabila Dia memanggilmu dengan sekali panggilan dari bumi, ketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
(Ar-Rum: 25)


Satu hal lagi yang perlu difikirkan adalah tentang dosa kita kepada Allah dan sesama manusia. Berapa banyak dosa kita kepada Allah dan sesama manusia? Selamatkah kita dari siksaan dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat? Mampukah kita berhadapan dengan Munkar dan Nakir di dalam kubur nanti? Sanggupkah kita menghadapi panasnya api Neraka? Renungkan dan fikirkanlah selalu. Insya Allah renungan itu akan melembutkan hati. 


Setelah itu tanamkan keyakinan yang mendalam bahwa kematian itu benar, masuk ke liang kubur itu benar, pertanyaan Munkar dan Nakir itu pun akan kita hadapi. Melintasi Siratal Mustaqim itu benar, pembalasan siksa Neraka dan nikmat Syurga adalah kebenaran yang akan terjadi. Semua itu pasti terjadi tanpa keraguan lagi.


Sekiranya peringatan itu diulang-ulang setiap hari pada hati kita, maka insya-Allah iman yang kuat akan masuk ke dalam hati kita, sehingga tidak mudah digoyangkan walaupun dengan angin taufan yang kuat dan dahsyat.


Usaha lain yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan iman adalah berpuasa sunat, berjuang, berjihad, bersedekah, menziarahi orang sakit atau jenazah dan lain-lain. Kalau amalan-amalan itu dilakukan sesuai dengan adab dan tujuan yang dianjurkan syariat, semuanya akan menambah iman.
Perlu diingatkan pula bahawa setiap dosa baik kecil maupun besar akan meruntuhkan dan membinasakan iman.
Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahannya: Bukanlah seorang yang berzina ketika berzina seorang mukmin.
(Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Ertinya bila seseorang itu sedang berzina maka imannya akan hilang dan rosak. Jadi bagi mereka yang sangat ingin  memelihara dan meningkatkan imannya, janganlah melakukan dosa kecil ataupun besar. Kalau tidak sengaja membuat dosa, maka cepat-cepat istighfar, menyesal dan taubat.
Iman juga boleh turun setelah naik atau boleh naik setelah turun. Itulah sifat iman kita iaitu iman ilmu. Sebab itu supaya tidak mengalami penurunan, iman mesti selalu dipupuk dengan cara-cara yang telah diuraikan di atas. Siapa yang rajin, maka ia akan selamat. Sebaliknya siapa yang lalai akan menerima akibatnya.


Saya tegaskan bahwa ibadah-ibadah di atas mesti dilakukan dengan khusyuk dan tawadhuk. Kalau tidak, ibadah itu tidak akan bererti apa-apa. Perbandingannya seperti orang yang lapar kemudian mengambil nasi hanya untuk dipermainkan bukan untuk disuapkan ke mulut. Apakah laparnya akan hilang?


Begitulah ibadah, kalau tidak dihayati, maka jiwa tidak akan memperoleh apa-apa. Lebih baik tidak solat sunat kalau dilakukan dengan tergopoh-gopoh. Selain tidak beradab dengan Allah, solat itu tidak akan berkesan pada hati kita.


Dengan ibadah-ibadah yang khusyuk kita akan membiasakan hati untuk:
-    Membesarkan Allah,
-    Mengenal Allah,
-    Menghina diri dan malu dengan Allah,
-    Takut ancaman Allah dan harap pada nikmat Allah,
-    Terasa diawasi Allah,
-    Terasa gentar dengan kehebatan Allah di samping rasa cinta kepada-Nya,

Bila perasaan-perasaan seperti itu sudah tertanam di dalam hati, dengan sendirinya hati kita akan melakukan amal soleh, diantaranya:


1. Bila kita menerima nasib buruk, kita akan redha sebab kita yakin Allah yang telah mentakdirkannya. Selain itu  Allah cukup adil dan pengasih kepada makhluk-Nya. Setiap takdir-Nya akan membawa kebaikan, bukan untuk menganiaya dan menyiksa kita. Lagi pula bila dibandingkan nasib buruk itu hanya sedikit sedangkan nikmat-nikmat lain tidak terhitung banyaknya.


2. Bila datang ujian, kita akan sabar. Allah menguji kita atas dua maksud:


a. Untuk menghapuskan dosa
Sebagai manusia kita akan selalu berdosa baik disedari atau tidak. Jadi sudah selayaknya kita diuji untuk mengingatkan kita agar kejahatan itu jangan berulang kembali. Renungilah, bahwa balasan di dunia pun rasanya tidak mampu untuk ditanggung apalagi balasan di Neraka. Dengan begitu kita akan menerima balasan (ujian Allah itu) dengan tenang sambil mengharapkan ujian itu akan berakhir. Dengan demikian dosa kita akan terampun dan hati kita akan tenang kembali.


b. Untuk meninggikan darjat kita. 
Kita akan merasa senang kalau mendapat kenaikan pangkat. Jadi kalau ada ujian Allah yang bermaksud menguji kesabaran kita untuk mendapat kenaikan pangkat maka sudah sepatutnya kita terima dengan sabar dan senang hati. 

3. Bila datang nikmat dari Allah baik lahir mahupun batin, maka kita akan bersyukur. Kita akan merasakan bahwa kesenangan lahir dan ketenangan jiwa kita semuanya adalah pemberian Allah (kuasa Allah dan nikmat dari-Nya). Hasil yang kita capai merupakan izin dan pertolongan Allah. Kerana itu kita selalu merasa berterima kasih kepada Allah.


Perasaan itu akan menolong kita untuk ingat serta cinta kepada Allah. Kita akan redha kepada kehendak-Nya. Selain itu kita memperbanyak ibadah-ibadah yang disukai-Nya dan mengorbankan kepentingan kita untuk beribadah kepada-Nya sebagai tanda syukur kepada-Nya.


4. Setiap kali selesai berusaha, berikhtiar dan beribadah kepada Allah, kita akan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Allah mempunyai hak mutlak untuk menentukan hasilnya baik atau buruk, berjaya atau gagal. Bahkan diri kita pun berada dalam tangan-Nya. Kita serahkan diri kita kepada-Nya dengan penuh baik sangka kepada-Nya untuk diatur mengikut kehendak-Nya.

5. Setiap kali kita membuat dosa, kita akan takut pada Allah. Hukuman Allah di dunia dan di Akhirat pasti menimpa kepada siapa yang berdosa. Hendaklah kita bertaubat (menyesal dan berjanji tidak akan membuatnya lagi). Kemudian, kita mengharapkan pengampunan Allah kerana Allah adalah Tuhan yang Maha pemaaf, Maha sopan santun dan lemah lembut.


6. Kita akan selalu beradab dan malu dengan Allah yakni senantiasa menunaikan kehendak-Nya dengan penuh takut, rindu, harap dan cinta kepada-Nya. Kita cukup merasa malu untuk sombong kepada-Nya, tidak menghiraukan-Nya dan menjauhi-Nya. Ertinya kita senantiasa merendahkan diri terhadap Allah dan khusyuk dalam beribadah. Selain itu kita berhati-hati, bimbang dan cemas, jangan-jangan kita telah membuat kesalahan dengan Allah.

7. Kita juga akan selalu merenung dan menyesali diri. Apakah kita sudah mendapat keredhaan dan keampunan dari Allah. Kita yang selalu lalai, lemah serta berdosa, layakkah mendapat keredhaan dan pengampunan-Nya? Waktu untuk beribadah terlalu pendek dibandingkan dengan waktu yang kita gunakan untuk bercakap-cakap kosong, berangan-angan memikirkan bagaimana untuk meluaskan dunia kita, bermegah-megah dengan harta, anak dan pengikut serta bermacam-macam kelalaian lagi.


8. Layakkah kita masuk ke dalam Syurga? Belum pernah bulu roma kita tercabut kerana berjuang di jalan Allah. Sedangkan ahli syurga seperti Nabi dan para sahabat pernah tercabut gigi, pecah muka, remuk tulang dan hilang nyawa kerana berjuang mempertahankan agama Allah.


Pengorbanan apa yang telah kita buat yang perbandingannya mampu menebus kita dari api neraka?

9.  Jika yang kita inginkan, tidak kita peroleh, kita akan redha sebab kita sedar bukan kita yang menunaikan hajat tetapi Allah. Dialah yang memberi dan menyempitkan rezeki. Sebab itu kita tenang, redha dan sabar, sesuai dengan kehendak dari Allah.
Renungilah siapa diri kita. Sepatutnya kita merasa lemah, kita merasa tidak mampu menunaikan keperluan kita sendiri tanpa bantuan Allah. Kita merasa malu pula untuk tidak redha dengan Allah.


Nyawa yang ada pada diri kita itu pun kepunyaan Allah. Kalau Allah matikan kita, tentu akan terasa berat. Semuanya terserah pada Allah. Dengan begitu kita merasa tidak keberatan bila nikmat yang diberi oleh Allah itu sedikit. Kita hanya boleh meminta bukan memaksa. Meminta itu sifat hamba sedangkan memaksa itu sifat tuan.


Kalaulah perasaan-perasaan (amalan-amalan batin) yang telah dihuraikan di atas tidak ada dalam jasad batin kita, itu tandanya mujahadah kita tidak kuat dan ibadah kita belum sampai tujuannya (untuk mendidik jiwa). 


Usaha kita mesti ditambah. Kalau ibadah kita cukup dan sampai pada tujuan, maka kita akan menjadi orang yang bahagia dan selamat dari sakit jiwa. Sebab hanya orang yang mempunyai tasawuf (kerohanian) yang tinggi saja yang mampu mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Mereka lah yang membangun dan mendapatkan syurga untuk dunia dan Akhirat mereka.

Amalan-amalan mereka lahir dan batin akan menyelamatkan mereka di dunia dan Akhirat. Hati mereka yang selamat di dunia, juga akan selamat di Akhirat. Mereka akan mendapat kemanisan iman, kelezatan beribadah karena hatinya benar-benar cinta Allah dan Rasul serta benci kepada mungkar dan maksiat.


Bersabda Rasulullah SAW:


Terjemahannya: Tiga perkara ini, siapa yang memilikinya akan mendapat kemanisan iman:
1.     Mencintai Allah dan Rasul lebih daripada lainnya. 
2.     Mencintai seseorang semata-mata kerana Allah.
3.     Benci kembali kepada kekufuran sebagaimana benci
     dilemparkan ke Neraka. 
   (Riwayat Ahmad, Al Bukhari dan Muslim, 
At Tarmizi, An Nasai dan Ibnu Majah)

Bila mendapat kemanisan iman, penderitaan menjadi kecil dan dunia tidak ada lagi dalam ruang hatinya. Hatinya asyik dengan Allah. Itulah yang terjadi pada sahabat-sahabat Rasulullah. Bilal, waktu dijemur di tengah panas serta diazab untuk dipaksa kembali kepada kekufuran, dengan tenang dia menjawab, "Ahad, Ahad." Azab tidak terasa azab lagi.


Peristiwa lain juga terjadi pada seorang sahabat. Untanya dicuri  orang di waktu malam ketika sedang shalat. Dia tidak langsung menghentikan shalatnya. Dia merasa kemanisan iman dan ibadah hingga lupa bertindak terhadap pencuri itu.


Cerita lain, ada dua orang sahabat yang Rasulullah lantik untuk mengawal tentara Muslimin di satu peperangan di waktu malam. Seorang tidur sementara seorang lagi berjaga dan melakukan shalat. Tiba-tiba datang mata-mata musuh, dan terlihatlah kedua sahabat tadi. Ia menarik busur panah dan memanah sahabat yang sedang solat.


Sahabat itu tidak memutuskan solatnya. Dipanah lagi, sampai tiga kali barulah ia membangunkan sahabatnya dan berkata, "Kalau tidak takut, sesuatu akan menimpa umat Islam niscaya aku tidak berhenti solat." Begitulah kemanisan iman yang dirasakannya.


Mujahadatunnafsi terhadap mazmumah kita kepada manusia seperti hasad, dengki, dendam, buruk sangka, mementingkan diri sendiri, gila pangkat, serakah, bakhil, sombong dan lain-lain juga bisa dilakukan dengan cara menentang sifat-sifat itu.


Dalam buku saya bertajuk Iman dan Persoalannya, telah dinyatakan tiga contoh bagaimana melakukan mujahadah terhadap sifat bakhil, sombong dan takut.


(bersambung)

Tiada ulasan: