Seorang salih bercerita:
Ada Raja yang membangun sebuah istana yang sangat
indah, serba serbinya cantik serta megah sekali. Selesai membangunkanya, Raja
pun meresmikan bangunan indah itu dengan mengatur berbagai bagai acara acara
kebesaran , dan tak ketinggalan dengan mengundang semua rakyat nya, dari orang
orang atasan, seperti para menteri dan pengiring istana, hingga kepada orang
orang bawahan seperti pekerja pekerja biasa, para pakir miskin dan sebagainya.
Mereka kemudian dijamu dengan beranika macam makanan
dan minuman, yang bukan main nikmat dan enaknya. Untuk mempastikan keistimewaan
istana itu Raja telah menempatkan beberapa penjaga disetiap pintu istana yang
indah itu untuk bertanya kepada setiap para undangan yang memasukkannya akan
keindahannya, kemegahan serta kekukuhan istana itu, apakah disana terdapat apa
apa cacat meskipun yang paling kecil sekali pun.
Beribu ribu para undangan yang datang mengunjungi
istana itu, dan apabila mereka ditanya tentang istana itu, ternyata jawapannya
semua nya sama, iaitu ia adalah sebuah istana yang paling hebat, indah, megah
dan kukuh, dan sama sekali tidak terdapat apa cacat pun walau pun yang terkecil
sekali .
Sebentar lagi , tibalah pula serombongan orang orang
tua yang bertampal tampalan bajunya memasuki istana itu. Para pejaga menjamu
mereka dengan sempurna, kemudian tidak lupa bertanya kepada mereka tentang
pendapatnya pada istana yang indah itu.
“Terdapat dua cacat besar pada istana indah ini!”
salah seorang antara orang orang tua itu berkata. “Apa kata kau? Ada dua cacat
besar pada istana indah ini?” Tanya penjaga istana itu dengan hairan. “Benar,
terdapat dua cacat besar didalam nya,” jawabnya .
Penjaga istana itu lalu menahan sebahagian orang tua
itu lalu membawa mereka mengadap Raja seraya berkata kepadanya :
Wahai paduka Raja! Hamba telah bertanya kepada
ribuan orang akan kehebatan, kemegahan dan keindahan istana paduka. Semua orang
mengatakan yang istana itu indah bangunanya dan sempurna, dan tidak ada suatu
cacat pun padanya, meski pun yang terkecil. Bahkan mereka telah memuji mujinya
setinggi langit. Tetepi apabila hamba bertanya kepada rombongan orang orang tua
ini justeru mereka telah mengatakan ada dua cacat besar pada istana paduka itu.
Raja pun menganguk anggukkan kepalanya, kemudian
bertanya: ‘Wahai bapak bapak sekalian! Saya tak rela dengan cacat yang sekecil
pun pada istana saya itu, tetapi bapak bapak telah menyebutkan dua cacat besar
padanya, Nah , cubalah sebutkan kedua cacat itu,’ pinta Raja kepada orang orang
tua itu.
Seorang dari orang orang tua itu menjawab ;
‘Bukankah istana indah ini pada akhirnya akan
rusak?!’ Tanya seorang dari orang orang tua itu. ‘Ya, benar katamu itu!’ jawab
Raja. ‘Itulah cacatnya yang pertama.’ ‘Habis apa pula cacatnya yang kedua,’
Tanya Raja. ‘Pemiliknya akan meninggal dunia, itu lah cacatnya yang kedua.’
Jawab orang tua yang lain.
Raja tercengang mendengar jawapan itu, dan mengakui
akan kebenaran kata kata orang orang tua itu. Dia termenung sejenak, kemudian
berkata kepada mereka:
‘Benar, dan sungguh benar jawapan bapak bapak, namun
apakah ada istana yang tak rusak selama lamanya, dan pemiliknya tak kan mati
seterusnya?' Tanya Raja pula.
Orang orang tua itu hampir serentak tersenyum dan
ketawa. Seolah olah mereka sudah menunggu soalan itu daripada Raja, dan mereka
pun sudah ada jawapannya.
‘Ada, wahai paduka Raja, ada,' jawab mereka serentak
. “Dimanakah dia ?” Tanya raja…
“Di syurga! Syurga dan kenikmatannya tidak akan
rusak buat selama lamanya, dan pemiliknya juga tidak akan mati seterusnya!”
jawab mereka lagi. Raja mengangguk anggukkan kepala.
“Alangkah bahagianya sekiranya paduka dapat
memperolihinya, sebab jalan untuk memperolihinya bagi paduka sangatlah terbuka
luas, dan tidak sukar,” tambah orang orang tua itu.
Cuba terangkan , bagaimana cara memperolihinya?
Tanya Raja. Mudah saja! Paduka akan memperolihinya dengan beriman kepada Alah
s.w.t. dengan menjalani semua perintah dan menjauhi segala yang tiada
diperkenankan Nya. Sebaliknya jika paduka tidak mengerjakan semua itu, maka
paduka pun akan menghadapi kecelakaan dan siksaan yang sangat pedih, iaitu yang
berupa api neraka, kekal di sana yang kesakitannya tidak dapat dibayangkan,
jelas mereka sekalian.
Baiklah, kalau begitu aku akan turuti segala nasihat
bapak bapak dan akan aku tinggalkan yang selama ini akan aku pegang. Aku akan
beriman kepada Tuhan Maha Esa , dan aku akan tinggalkan kursi kerajaan ini
untuk bertaubat kepada Nya, balas Raja.
Raja itu benar benar melaksanakan segala apa yang
diucapkannya. Akhirnya jadilah ia sebagai hamba Allah yang salih, taat sehingga
keakhir hayatnya, dengan berkat ajakan hamba Nya yang salih.
Ya Allah! Berilah hamba Mu ini petunjuk dan hidayah
Mu dalam mengarungi kehidupan ini. Amin!!!....
Tiada ulasan:
Catat Ulasan