Catatan Popular

Jumaat, 5 Mei 2023

KITAB TAJUL ARUS BAB 2 : Siapa yang sungguh-sungguh bertaubat, akan mendapatkan cinta Allah Ta’ala

Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atha’illah


Ketahuilah, permulaan maqom-maqom itu adalah Taubat. Dan maqom setelahnya tidak akan diterima kecuali dengan taubat.

Perumpamaan orang yang maksiat itu seperti periuk/kuali yang masih baru dan dibawahnya dinyalakan api, sebentar saja kuali tersebut akan jadi hitam, apabila kamu segera mencucinya, maka kuali akan bersih kembali. Akan tetapi bila kau biarkan, dank au gunakan memasak berkali-kali, maka hitamnya akan semakin menempel. Dan semakin sulit dan akan pecah dan tidak akan berguna dila kau cuci.

Maka dari itu Taubat merupakan perkara yang bisa membersihkan hitamnya hati. Apabila hati sudah bersih lalu akan muncul macam-macam amal baik, yang bau wanginya akan diterima oleh Alloh ta’ala.

Hai orang baik, Berusahalah mencari taubat dari Alloh ta’ala secara terus menerus. Sungguh apabila kamu bisa mendapatkan taubat maka waktumu pasti akan menjadi baik, karena taubat itu salahsatu anugerah pemberian Alloh yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki Alloh ta’ala.  Taubat ini terkadang dihasilkan oleh para budak yang pecah mata kakinya, tidak dihasilkan oleh tuannya.  Terkadang dihasilkan oleh istri perempuan, tidak dihasilkan oleh suami laki-laki. Terkadan dihasilkan oleh pemuda, tidak dihasilkan oleh orang tua.

Jadi apabila kamu diberi anugerah taubat, itu menunjukkan kamu dicintai oleh Alloh.  Karena Alloh ta’ala telah berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya Alloh ta’ala itu cinta pada orang-orang yang bertaubat dari dosa, dan cinta pada orang-orang yang bersesuci dari kotoran”.

Sesungguhnya tidak ada orang yang menginginkan sesuatu, kecuali dia mengetahui kedudukan sesuatu tersebut. Walaupun kamu menebar yaqut/berlian didepan hewan, pastilah gandum yang lebih di senangi dibandikan yaqut tadi.

  Coba fikirkan! kamu termasuk yang mana dari dua golongan ini? Yaitu: Apabila kamu mau bertaubat maka kamu termasuk orang yang dicintai, bila kamu tidak mau bertaubat, kamu termasuk orang-orang yang dholim pada dirinya.

Alloh ta’ala telah berfirman: Siapa saja yang tidak mau bertaubat, mereka termasuk orang-orang yang dholim”. Siapa saja yang bertaubat pasti beruntung, dan siapa saja tidak mau bertaubat pasti akan rugi.

Hai orang baik, jangan kamu putus asa, lalu mengucapkan “berkali-kali aku bertaubat, aku akan rusak/binasa juga. Jangan begitu.. sebab orang yang sakit, masih akan berharap hidup selagi masih ada ruhdalam dirinya.

Tatkala seorang hamba mau bertaubat, surge yang menjdi tempatnya akan merasa senang, langit dan bumi juga senang, Rosululloh saw juga senang.

 

Al haq Allah swt itu tidak ridho bila kamu menjadi orang yang cinta, tapi Alloh ridho kalau kamu menjadi orang yang dicintai. Maka dimanakah kedudukan orang yang dikasihi dan orang yang mengasihi? Sangat tercela seorang hamba yang mengetahui kebaikan Dzat yang memberi kebaikan pada dirinya, lalu dia berani maksiat/durhaka kepada Dzat yang memberi kebaikan.

Orang yang maksiat tidak akan mengtahui kebaikan Dzat yang memberi kebaikan. Dan tidak akan tahu kedudukan dzat yang memberi kebaikan, apabila dia tidak mau meneliti(ngawasi) Dzat yang memberi kebaikan.

Orang yang sibuk pada selain Allah dia tidak akan beruntung.

Orang yang mengerti kalau nafsu itu mengajak pada kerusakan akan tetapi dia masih mau mengikuti ajakannya, mengerti kalau hati itu mengajak kepada kebaikan/kebenaran tapi dia mengingkari ajakannya, dan mengerti kedudukan tuhan yang dimaksiati / durhakai, tapi tetap juga maksiat.

Seumpama orang itu tahu persifatan Tuhan yang didurhakai dengan sifat AgungNya, tentu dia tidak akan menghadapinya dengan melakukan maksiat. Seumpama dia tahu dekatnya Tuhan dan dia selalu di awasi, tentu dia tidak akan berani melanggar semua yang sudah dilarang oleh Tuhannya.  Seumpama orang itu tahu bekas dari dosa baik yang ada di dunia maupun diakhirat baik dalam keadaan tersembunyi maupun nyata, tentu orang tersebut malu pada Tuhannya. Dan seumpama orang itu tahu kalau dirinya dalam genggaman (kekuasaan) Tuhannya, tentu orang itu tidak akan berani mengingkarinya.

Tiada ulasan: