Catatan Popular

Rabu, 24 Julai 2013

FUTUHUL GHAIB KE 59 : BERSABAR DAN RIDHA TAKDIRNYA (SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANI

AJARAN KELIMA PULUH SEMBILAN

BERSABAR DAN RIDHA TAKDIRNYA

Jika kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar kau bisa redha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan ruhaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati mahupun anasir tubuh.

Bersyukurlah lidah berupa pengakuan bahawa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana sampainya rahmat. Pemberi dan pencipta sejati rahmat iaitu Allah, Yang Maha kuasa lagi maha agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang tak bersikap selayaknya:

"Mereka mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh lalai." (QS 30:7)

Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tak melebihi ini, adalah jahil dan rosak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahawa segala rahmat, kesenangan dan milikan yang kau punyai, berasal dari Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:

"Dan apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)

"Dan (Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)

"Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu menghinggakannya." (QS 14:34)

Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi kurnia selain Allah. Dan bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, bererti kau menyimpang dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:

"Barangsiapa tak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (QS 5:45)

Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tak tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah, menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.

Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.

Tak satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu memberikan mudharat, manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyembuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh ciptaan, baik secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar dan redhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.

Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan dirimu dan akan penjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan berganti dengan kurnia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelapnya malam dan datangnya cerahnya siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan iman."

Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha mulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.

Tiada ulasan: