Catatan Popular

Sabtu, 13 Julai 2013

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 15 : Kendala-kendala Taubat Orang-orang Yang Bertaubat

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Biasanya taubat orang-orang awam disertai dengan keberatan di
dalam hati karena menganggap jenis-jenis ketaatan dan kebaikan yang
harus dilakukan terlalu banyak. Jika dibandingkan dengan kedudukan
orang-orang yang khusus, hal ini akan menimbulkan tiga kerusakan:

1. Kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan merupakan keburukan menurut
orang-orang yang khusus. Kebaikan orang awam bisa menjadi
keburukan bagi orang yang mendekatkan diri kepada Allah. Dia perlu
bertaubat dari kebaikan-kebaikan yang dilakukannya, karena dia
melalaikan aib dan kekurangannya, karena menganggap kebaikankebaikan
yang dilakukannya itu sudah banyak. Dia mengingkari
nikmat Allah, karena nikmat itu tidak tampak atau ditangguhkan.
Jika engkau menginginkan pemahaman lebih mudah tentang hal ini,
maka perhatikanlah keadaanmu saat membaca Al-Qur'an. Jika engkau
tidak memahami, menelaah dan memikirkannya, menyimak apa yang
dimaksudkan dalam setiap ayat, tidak peduli terhadap seruan yang
seakan ditujukan kepadamu, engkau hanya ingin menamatkan bacaan,
engkau tidak merasakan pengobatannya di dalam hatimu, atau engkau
membacanya secara serampangan, tentu engkau akan merasa bahwa
bacaanmu terlalu banyak. Namun jika engkau menelaah, menyimak
maksud ayat-ayat yang engkau baca, merasa bahwa ayat-ayat itu ditujukan
kepadamu, engkau merasakan pengobatannya di dalam hatimu,
maka engkau tidak merasa bahwa engkau telah membaca satu ayat atau
satu surat dan seterusnya. Begitu pula jika engkau memaksakan hatimu
untuk khusyu' saat mengerjakan dua rakaat shalat sunat, maka shalat
berikutnya akan engkau kerjakan dengan berat hati. Tapi jika hatimu
tidak terbebani dengan hal itu, maka berapa pun rakaat yang engkau
kerjakan tidak akan terasa berat. Bertaubat dengan menganggap
ketaatan terlalu banyak tanpa memperhatikan aib dan kekurangannya,
adalah taubatnya orang awam.

2. Orang yang bertaubat merasa mempunyai hak terhadap Allah, agar Dia
memberikan pahala atas kebaikan-kebaikan yang dia kerjakan, dengan
memasukkannya ke surga dan memberinya kenikmatan serta
keridhaan. Akibatnya, pikiran seperti ini jauh lebih banyak dari porsi
kebaikan yang dia lakukan. Sementara amalan orang yang lebih rajin
dari dia pun belum menjamin dirinya masuk surga dan terbebas dari
api neraka. Tak seorang pun yangbisa selamat dari neraka dengan
amal-nya, kecuali setelah dia mendapat ampunan dan rahmat Allah.

3. Merasa tidak membutuhkan ampunan Allah, padahal dalam kenyataannya
dia masih membutuhkan ampunan dari kesalahannya dan pahala
dari kebaikan dan ketaatannya. Jika dia menganggap ketaatan yang
dilakukannya sudah banyak, lalu membuatnya merasa tidak membutuhkan
ampunan Allah, maka itu benar-benar merupakan kelancangan
terhadap Allah.
Tidak dapat diragukan bahwa hanya sekedar berbuat dengan amalamal
anggota tubuh tanpa disertai kehadiran hati dan menghadap diri
kepada Allah, maka bisa menimbulkan tiga macam kerusakan ini dan juga
lain-lainnya. Yang demikian ini tidak banyak memberikan manfaat di
dunia maupun di akhirat, seperti amal yang tidak memperhatikan ketentuan
perintah dan tidak disertai keikhlasan kepada Allah. Sekalipun amal
itu banyak, tapi tidak banyak bermanfaat dan hanya melelahkan. Sesungguhnya
Allah tidak menetapkan pahala bagi hamba dari shalatnya kecuali
yang dia hayati secara sungguh-sungguh. Begitu pula setiap ibadah yang
mengharuskan adanya kekhusyu'an.
Sedangkan kendala taubatnya orang-orang kelas menengah ialah
menganggap sedikit kedurhakaannya. Tentu saja ini merupakan sikap
yang lancang dan merasa dirinya dalam keadaan terjaga dari kesalahan.
Dengan kata lain, menganggap kedurhakaannya hanya sedikit adalah
perbuatan dosa, sebagaimana menganggap ketaatannya banyak, juga dosa.
Orang yang arif ialah yang memandang kebaikan-kebaikannya remeh
dan dosa-dosanya besar. Selagi kebaikan-kebaikannya dianggap kecil,
maka ia menjadi besar di sisi Allah. Selagi kebaikan-kebaikan itu terasa
banyak dan besar di dalam hatimu, maka ia menjadi sedikit dan kecil di
sisi Allah. Begitu pula sebaliknya yang berkaitan dengan keburukan. Siapa
yang mengetahui hak-hak Allah dan melaksanakan ibadah sesuai dengan
keagungan-Nya, maka kebaikan-kebaikannya tampak menjadi kecil,
dan dia merasa tidak bisa selamat dari siksaan-Nya.
Sedangkan kendala taubatnya orang-orang yang khusus adalah
membuang-buang waktu, lalu lama-kelamaan menjurus kepada
kekurangan, memadamkan cahaya pengawasan dan mengeruhkan
kebersamaan dengan Allah. Maksud membuang-buang waktu di sini
bukan berarti menghabiskan waktu dalam kedurhakaan dan canda atau
meninggalkan kewajiban. Sebab andaikan mereka berbuat seperti ini,
berarti mereka bukan termasuk orang-orang yang khusus, tapi orang-orang
awam. Waktu bagi mereka mempunyai pengertian yang spesifik. Bahkan
di antara mereka ada yang menyebut waktu di sini adalah kebenaran. Ada
pula yang mengartikannya kebenaran yang diselami hamba, atau
pengertian-pengertian lain yang serupa. Kendala taubat golongan ini ialah
dengan membuang waktu-waktu khusus dan yang sebaiknya digunakan
bersa-ma Allah dan tidak dikotori debu.
Ada pula kedudukan taubat yang lebih tinggi dan lebih khusus dari
gambaran-gambaran ini, yang tidak diketahui kecuali orang-orang khusus,
yang menganggap perbuatan, perkataan dan tindakannya masih terlalu
sedikit untuk memenuhi hak kekasihnya. Mereka tidak melihat apa yang ada
pada dirinya kecuali dari sisi kekurangannya saja, melihat keadaan
kekasihnya lebih agung, kekuasaannya lebih tinggi dari sekedar meridhai
amalnya. Mereka adalah orang-orang yang paling menghinakan amalnya
sendiri. Jika mereka merasa tidak mampu memenuhi hak kekasihnya,
maka mereka bertaubat seperti taubatnya orang yang melakukan dosa
besar. Jadi taubat tidak pernah mereka tinggalkan. Taubat mereka merupakan
satu warna tertentu, sedangkan taubat selain mereka merupakan
warna lain yang berbeda, sehingga tampak jelas perbedaannya.
Taubat tidak dianggap sempurna kecuali dengan membebaskan hati
dari maksud-maksud selain Allah, kemudian mengetahui alasan dari
taubat itu, kemudian bertaubat setelah tahu alasan tersebut. Jika sudah
begitu keadaannya, maka dia akan beribadah kepada Allah semata sesuai
dengan perintah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dan memohon pertolong-an
kepada-Nya, sehingga semua yang ada pada dirinya bagi Allah dan
bersama Allah. Yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali orang yang
sudah dikuasai rasa cinta, hatinya dipenuhi cinta kepada Allah, diisi pengagungan,
kepasrahan dan ketundukan kepada-Nya.

Tiada ulasan: