Catatan Popular

Ahad, 20 November 2016

KITAB RAHSIA ZAKAT IHYA ULUMUDDIN : FASAL 6 Tentang sedekah sunat, tentang keutamaannya, adab menerimanya dan memberinya.



PENJELASAN: keutamaan sedekah.

Diantara hadits-hadits yang menerangkan keutamaan sedekah, yaitu

sabda Nabi saw: “Bersedekahlah, walaupun dengan sebiji kurma. Sesungguhnya sedekah itu menutupkan keperluan daripada orang yang lapar dan memadamkan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api”.

Bersabda Nabi saw: “Takutilah api neraka, walaupun dengan sebelah biji kurma. Kalau tidak kamu peroleh biji kurma, maka dengan perkataan yang baik”.

Bersabda Nabi saw: “Tidaklah dari seorang hamba muslim, yang bersedekah dengan suatu sedekah daripada usaha yang baik –dan Allah tidak menerima, selain yang baik –melainkan adalah Allah yang mengambil sedekah itu dengan tangan kananNya. Lalu diperliharaNya sebagaimana dipelihara oleh seorang dari kamu akan anak lembunya, sehingga biji kurma itu sampai sebesar bukit Uhud”.

Bersabda Nabi saw kepada Abid-Darda’: “Apabila engkau masakan sayuran, maka banyakkanlah airnya, kemudian lihatlah kepada tetanggamu, lalu tuangkanlah kepada mereka daripadanya dengan yang baik !”.

Bersabda Nabi saw: “Tiadalah seorang hamba, yang membaguskan sedekahnya, melainkan Allah ‘Azza Wa Jalla membaguskan penggantinya pada harta peninggalannya”.

Bersabda Nabi saw: “Tiap-tiap manusia itu dalam naungan sedekahnya, sehingga ia diadili diantara segala manusia”.

 Bersabda Nabi saw: “Sedekah itu menutupkan 70 pintu kejahatan”.

 Bersabda Nabi saw: “Sedekah secara rahasia, memadamkan kemarahan Tuhan ‘Azza Wa Jalla”.

Bersabda Nabi saw: “Tidaklah yang memberikan daripada keluasan, dengan pahala yang lebih utama, daripada yang menerima untuk memenuhi hajat keperluan”. Semoga yang dimaksudkan dengan hadits ini, ialah orang yang bertujuan daripada memenuhi hajat keperluannya, adalah menyerahkan seluruh waktunya untuk agama. maka samalah dia dengan orang yang memberi, yang bertujuan dengan pemberiannya itu, untuk memakmurkan agamanya.

Ditanyakan Rasulullah saw: “Sedekah manakah yang lebih utama ?”. Nabi saw menjawab: “Yaitu bahwa engkau bersedekah, dimana engkau dalam sehat dan kikir, bercita-cita kekal dan takut kepada kemiskinan. Janganlah engkau lambatkan bersedekah itu, sehingga apabila nyawa telah sampai kepada nafas yang penghabisan, lalu engkau katakan: untuk si anu sekian, untuk si anu sekian dan adalah itu untuk si anu !”.

Bersabda Nabi saw pada suatu hari kepada para sahabatnya: “Bersedekahlah kamu sekalian !”. Menjawab seorang sahabat: “Padaku ada satu dinar !”.

Maka bersabda Nabi saw: “Belanjakan untuk dirimu !”. Menjawab sahabat itu: “Padaku ada satu dinar lagi !”. Menyahut Nabi saw: “Belanjakanlah untuk isterimu !”. Menjawab sahabat itu lagi: “Padaku ada satu dinar lagi !”. Menyahut Nabi saw: “Belanjakanlah untuk anakmu !”. Menjawab sahabat itu lagi: “Padaku ada satu dinar lagi !”. Menyahut Nabi saw: “Belanjakanlah untuk pelayanmu !”. Menjawab sahabat itu lagi: “Padaku ada satu dinar lagi !”. Maka menjawab Nabi saw: “Engkaulah yang lebih tahu kepentingan, untuk apa uang itu lagi”.

Bersabda Nabi saw: “Tidaklah halal sedekah untuk keluarga Muhammad. Sedekah itu adalah daki manusia”.

Bersabda Nabi saw: “Kembalikanlah kehormatan orang yang meminta, walaupun dengan makanan seperti kepala burung”.

Bersabda Nabi saw: “Kalau benarlah orang yang meminta, maka dia tidak merasa senang kepada orang yang menolak permintaannya”. Berkata Isa as: “Siapa yang menolak orang yang meminta, yang kecewa keluar dari rumahnya, niscaya malaikat tidak masuk ke rumah itu selama 7 hari”. Nabi Kita Muhammad saw tidak menyerahkan dua perkara kepada orang lain: ia sendiri menyimpan air bersuci dan menutupkannya di malam hari dan ia sendiri memberikan sesuatu kepada orang miskin dengan tangannya yang mulia.

Bersabda Nabi saw: “Tidaklah orang miskin itu, yang ditolak oleh sebiji dan dua biji kurma, oleh sesuap dan dua suap makanan. Sesungguhnya orang miskin ialah yang menjaga kehormatan diri. Bacakanlah kalau kamu mau: “Laa yas-aluunan naasa ilhaafaa”. (Mereka tidak mau meminta berulang-ulang). S 2 Al Baqarah ayat 273.

Bersabda Nabi saw: “Tidaklah seorang muslim yang memberi pakaian kepada orang muslim, melainkan adalah ia dalam pemeliharaan Allah ‘Azza Wa Jalla, selama masih tinggal secarik pakaian itu daripadanya”. Adapun atsar, yaitu berkata ‘Urwah bin Az Zubair: “Telah bersedekah ‘Aisyah sebanyak 50 ribu, sedang bajunya sendiri koyak”.

Berkata Mujahid mengenai firman Allah ‘Azza Wa Jalla: “Mereka memberikan makanan dengan kasih sayangnya kepada orang miskin, anak piatu dan orang tawanan (terpenjara). S 76 Al Insaan ayat 8, bahwa: mereka amat rindu kepada makanan itu. Umar ra berdoa: “Ya Allah, ya Tuhanku ! jadikanlah kurniaMu pada orang-orang baik dari kami, mudah-mudahan mereka kembalikan kurnia itu kepada yang berhajat daripada kami”.

Berkata Umar bin ‘Abdul-aziz: “Shalat itu menyampaikan kamu setengah jalan, puasa itu menyampaikan kamu ke pintu kerajaan dan sedekah itu membawa kamu masuk ke dalamnya”.

Berkata Ibnu Abil Ja’d: “Sesungguhnya sedekah itu, menolak 70 pintu kejahatan. Dan kelebihan merahasiakannya daripada melahirkannya, adalah 70 kali lipat. Dan sesungguhnya sedekah itu melepaskan seseorang yang hidup dari tipuan 70 setan”.

Berkata Ibnu Mas’ud: “Bahwa seorang laki-laki telah beribadah kepada Allah 70 tahun lamanya, kemudian tertimpa ke atas dirinya suatu perbuatan keji, maka binasalah amalannya. Kemudian lalulah ia pada seorang miskin, maka ia bersedekah kepadanya dengan sepotong roti. Maka diampunkan oleh Allah dosanya dan dikembalikan kepadanya amalannya yang 70 tahun itu”.

Berkata Lukman kepada puteranya: “Apabila engkau berbuat suatu kesalahan, maka berikanlah sedekah !”.

Berkata Yahya bin Mu’az: “Tiada aku ketahui suatu bijipun yang timbangannya seberat bukit-bukit dunia, selain daripada suatu biji daripada sedekah”.

Berkata ‘Abdul ‘Aziz bin Abi Ruwwad: “Adakah dikatakan, bahwa 3 perkara dari gudang sorga: menyembunyikan kesakitan, menyembunyikan sedekah dan menyembunyikan bahaya (musibah) yang menimpa diri”. Ucapan yang di atas ini, ada yang meriwayatkan sebagai hadits musnad.

Berkata Umar bin Al-Khaththab ra: “Bahwa segala amalan itu bangga membanggakan sesamanya. Maka berkatalah sedekah: “Akulah yang lebih utama daripada kamu semuanya !”.

Abdullah bin Umar bersedekah gula, seraya berkata: “Aku mendengar firman Allah: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, hanyalah jika kamu menafkahkan (mengeluarkan) sebahagian daripada apa yang kamu kasihi”. S 3 Ali ‘Imran ayat 92. Dan Allah Maha Tahu bahwa aku menyukai gula”.

Berkata An-Nakha’i: “Apabila sesuatu itu untuk Allah ‘Azza Wa Jalla maka aku tidak senang, bila ada padanya kekurangan”.

Berkata ‘Ubaid bin ‘Umar: “Dikumpulkan manusia pada hari qiamat, dalam keadaan lapar, yang belum pernah sekali-kali dirasakan mereka. Dalam keadaan haus, yang belum pernah sekali-kali dirasakan mereka. Dan dalam keadaan tak berpakaian, yang belum pernah sekali-sekali dialami mereka. Maka barangsiapa memberikan makanan karena Allah ‘Azza Wa Jalla, niscaya ia dikenyangkan oleh Allah. Barangsiapa memberikan minuman karena Allah ‘Azza Wa Jalla, niscaya ia diberikan minuman oleh Allah. Dan barangsiapa memberikan pakaian karena Allah ‘Azza Wa Jalla, niscaya diberikan pakaian oleh Allah”.

Berkata Al-Hasan: “Kalau Allah berkehendak niscaya IA menjadikan kamu semuanya kaya, tak ada yang fakir pada kamu. Tetapi Ia mencoba sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain”.

Berkata Asy-Sya’bi: “Siapa yang tidak melihat dirinya, lebih memerlukan kepada pahala sedekah, daripada orang fakir yang berhajat kepada sedekahnya, maka sesungguhnya ia telah membatalkan sedekahnya dan telah menamparkan mukanya dengan sedekahnya itu”.

 Berkata Malik: “Kami berpendapat, bahwa tiada mengapa orang kaya itu minum dari air yang disedekahkannya dan yang diserahkannya untuk minuman di dalam masjid. Karena air itu diperuntukkan kepada orang yang haus, baik siapa saja dan tidaklah dimaksudkan khususnya kepada orang yang memerlukan dan kepada orang yang miskin”.

Diceritakan orang, bahwa Al-Hasan didatangi oleh seorang penjual budak belian dan bersamanya seorang budak perempuan. Lalu bertanya Al-Hasan kepadanya: “Relakah kamu harganya sedirham atau 2 dirham ?”. Menjawab penjual budak belian itu: “Tidak !”. Maka sahut Al-Hasan: “Kalau begitu pergilah ! Allah Ta’ala rela pada bidadari dengan sesen dan sesuap makanan”.

Tiada ulasan: