Catatan Popular

Ahad, 20 November 2016

PENYAIR SUFI : ABU AL ATAHIYAH (W. 211 H/ 828 M),



       Seorang penyair zuhud sezaman dengan Abu Nawas. Ia terkenal akan kezuhudannya, dengan syair-syairnya ia banak memberikan peringatan-peringatan yang jujur kepada penguasa waktu itu ( khalifah Harun Ar Rasyid), sehingga kadang sang khalifah tersedu-sedu mendengar ajaran yang diberikan lewat sair-sairnya.

       Nama Ismail bin Qosim bin Suweid al Anzi, panggilanya Abu Ishak, dan terkenal dengan nama Abul Atahiyah, karena konon sering merasa bingung. Masa kecilnya tinggal di Kufah dan kemudian menetap di Baghdad. 

       Ia selalu mempunyai hubungan yang baik dengan para khalifah, sehingga dirinya sangat dikenal oleh mereka. Ia pernah meninggalkan profesi sebagai penyair, tetapi kemudian kembali lagi menjadi penyair. Ia orang yang sangat tanggap dan dalam syair-syairnya banyak kreasi baru. Dalam sehari ia mampu membuat 100 bait. Diantara syair-syairnya yang terkenal dan sangat bagus adalah masalah kezuhudan, kata-kata mutiara, peribahasa dan nasehat.
     
 Ia meninggal di Baghdad.

Peranan & Pemikiran

      Ia merupakan penyair zuhud yang terkenal pada zaman khalifah Harun al rasyid dan sering mengingatkan sang khalifah apabila lalai.Apabila sang khalifah sudah sampai kegembiraan, sehingga lupa akan kewajibannya dan kemiskinan rakyat, ia dengan syairnya memberikan peringatan-peringatan yang jujur. Sehingga kadang-kadang Harun Al rasyid tersedu-sedu mendengarkan ajaran yang diberikannya.
      Para ahli sejarah tidak berhasil mengumpulkan semua syair-syairnya, karena jumlahnya sangat banyak. Imam Yusuf bin Abdullah al Qurthubi menulis syair-syair beliau dalam satu jilid. Manuskripnya masih ada hingga sekarang di perpustakaan Mesir dan belum diterbitkan.
      Salah seorang sastrawan kristen pernah membaca dan menyalinnya, dan menyusun syair-syairnya berdasarabjad hijaiyah dan menerangkan sebagian kata-katanya yang diberi judul Al Anwar az Zahiyah fi Diwan Abil Atahiyah.

NASEHAT ABUL 'ATAHIYAH

" ( Jangan Terpedaya dengan Gemerlapnya Dunia )

Sepotong roti kering yang engkau makan di pojokan….


Dan secangkir air dingin yang kau minum dari mata air yang jernih….


Dan kamar sempit yang meraja jiwamu kosong di dalamnya…


Atau mesjid yang terasing dan jauh dari manusia, lalu engkau berada di sudut mesjid tersebut…


Engkau membaca Al-Qur'an sambil bersandaran di sebuah tiang mesjid…


Seraya mengambil ibroh/pelajaran dari kisah-kisah orang-orang terdahulu yang telah tiada…


Itu lebih baik daripada berlama-lama di dalam istana-istana yang megah…


Yang akhirnya mengakibatkan dosa yang menyebabkan engkau masuk dalam api yang panas…
Ini adalah washiatku yang mengabarkan tentang dirinya…


Sungguh beruntung orang yang mendengarnya…demi Allah washiat ini sudahlah cukup (memberi pelajaran…)


Maka dengarlah nasehat orang yang sayang dan khawatir kepadamu yang dikenal dengan Abul 'Ataahiyah..


Sungguh indah sya'ir Abul 'Ataahiyah di atas, terutama bagi yang mengerti bahasa arab. 

Sedikit waktu yang disempatkan untuk membaca Al-Qur'an di pojokan mesjid jauh dari pandangan manusia…

Ternyata jauh lebih bernilai dari kemegahan istana yang hanya sementara.

Benarlah jika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan ;

"Sholat sunnah dua rakaat qobliah subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya"

Janganlah terpedaya dengan kenikmatan dunia…sesungguhnya ia adalah kenikmatan yg semu dan sementara…

Ingatlah akan kenikmatan akhirat yg jauh lebih baik dan abadi.

Jika seseorang di suruh memilih mendapatkan kenikmatan secangkir susu, akan tetapi kapan saja bisa ia minum dan tersedia, atau memilih kambing guling akan tetapi hanya sekali saja bisa santap, tentu orang yg berakal akan memilih secangkir susu –meskipun sedikit- akan tetapi terus tersedia selama puluhan tahun, kapan saja siap untuk diminum.

Maka bagaimana lagi jika perkaranya sebaliknya…kambing guling yg terus siap tersedia kapan saja bisa disantap, dibandingkan dengan secangkir susu yg hanya bisa sekali diminum??

Bagaimana lagi dengan hanya secangkir air putih…???

Demikianlah…kenikmatan dunia selain sedikit iapun fana dan akan sirna. 

Adapun kenikmatan akhirat sangat banyak dan abadi…

Jika engkau terpedaya dan terkagum-kagum bahkan kepingin tatkala melihat kenikmatan dan kemewahan benda-benda dunia, sedangkan engkau sedang menghadapi sulitnya kehidupan dunia maka agar engkau tidak terpedaya… ucapkanlah doa yg diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


"Yaa Allah tidak kehidupan yg hakiki kecuali kehidupan akhirat" (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Doa ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan tatkala Nabi dan para sahabat kaum muhajirin dan anshor sedang menggali parit dalam perang Khandak, sementara perut-perut mereka keroncongan karena kelaparan, bahkan mereka mengikatkan batu ke perut- perut mereka untuk menahan rasa lapar.

Nasehat Syair Abu al ‘Atahiyah

Tatkala pintu-pintu rizki terbentang pada masa Abbasiyah, banyak manusia terfitnah dengan harta dan kekayaan. Mereka pun condong kepada permainan dan kemewahan serta menjauh dari amal shalih yang kelak akan memberikan manfaat pada akhirat mereka. Hal itu membuat para ulama, pemberi nasehat dan penyair untuk menyeru manusia agar beramal shalih dan bersikap zuhud di dunia ini. Karena hal itu akan mengantarkan mereka pada jalan keselamatan dari adzab di hari akhir kelak.
Dan diantara penyair yang terkanal dengan zuhud adalah Abu al ‘Atahiyah, yang mempunyai nama lengkap Ismail bin al Qasim bin Suwaid Abu Ishaq. Ia lahir pada tahun 130 H / 748 M dan meninggal di Baghdad pada tahun 211 H / 868 M. 

Dia mengajak manusia untuk memikirkan kematian dan beramal untuk akhirat dengan bait syairnya.
 Duhai, sungguh manusia sangat mengherankan!, seandainya mereka mau berfikir dan mengintrospeksi diri, mereka akan tahu (bahwa dunia adalah tempat singgah)
Dan mereka akan menyeberang dunia menuju tempat lain (akhirat), karena dunia tiada lain hanyalah jembatan!
Sesungguhnya kebaikan, yang tidak samar lagi, adalah semua hal yang diperintahkan Allah dan kejelekan adalah  segala yang diingkari
Kematian adalah suatu kepastian dan setelahnya adalah dikumpulkannya manusia di padang mahsyar (untuk dihisab), dan itulah janji terbesar..
Tidak ada kebanggaan kecuali kebanggaan ahli taqwa, esok tatkala manusia dipertemukan satu sama lain di padang mahsyar
Agar manusia mengetahui bahwasannya ketaqwaan dan kebaikan adalah harta simpanan terbaik
Sungguh aku heran terhadap manusia yang sombong lagi congkak, sementara esok mereka akan dikubur dalam tanah
Apalah artinya kesombongan bagi sesuatu yang awalnya adalah setetes mani dan akhirnya adalah bangkai ?!
Dia tidaklah mampu menyegerakan hal yang ia senangi, tidak pula mengakhirkan urusan yang ia benci !!
Dan semua urusannya kembali pada Allah, segala hal yang telah ditetapkan dan ditakdirkan


Sungguh menakjubkan,
Apabila manusia memikirkan,
Mengoreksi diri dan menghitung hitung kesalahan,
Sadar diri penuh pemaham.

      Dan niscaya mereka tinggalkan dunia,
      Menyeberang ke negeri lainnya.
      Bukankah dunia ini bagi mereka,
      Sekadar jembatan menuju kesana?

Tiada kemuliaan yang patut dibangga,
Selain kemuliaan orang yang takwa,
Esok saat berkumpul mereka,
Di padang Mahsyar yang perkasa.

       Hendaklah manusia sekalian
       Menyadari benar tentang kenyataan,
       Bahwa takwa dan kebajikan
       Adalah sebaik baik harta simpanan.
.

Tiada ulasan: