Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA WACANA 17 : JANGAN SENTIASA MEMIKIRKAN HARTA DAN KEKAYAAN MU

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Pagi Jum’at , 14 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasahnya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Q.S. Thaha : 27&28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah datang  kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku, maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan – selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal). Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.

Wahai sahaya, ku lihat engkau amat sedikit berma’rifat kepada Allah, Rasul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti Nabi, para khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk).
Apabila Allah menghendaki tentu Dia memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkau rihda.” (Q.S. Thaha : 84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.

Wahai orang Jahil, apa yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan sesuatu.

Wahai sahaya engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan Allah.

Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya. Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan; lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu takutlah.

Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau senang.  Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka selain siksa neraka.

Wahai Allah, k ami mohon perlindungan darimu dari segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di akhirat. Aamiin.

Wahai sahaya, perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.

Wahai sahaya, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.

Wahai sahaya, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.

Wahai sahaya, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit tangannya.” (Q.S. Al-Furqan  : 27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?

Wahai sahaya, engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.

Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.

Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Tiada ulasan: