Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA 13 : UTAMAKAN KEPENTINGAN AKHIRAT DARI DUNIA


(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Selasa Petang , 4 Dzulqaidah tahun 545 Hijriyah di Madrasahnya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :

Wahai sahaya, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran akhir.

Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Q.S. Asy-Syura  : 11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Q.S Thaha : 41)

Wahai sahaya, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat  atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.

Wahai sahaya, sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang sesuatu yang  kembali. Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar tujuh kali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak  padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.

Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama Allah.

Wahai cahaya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.

Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.


Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Tiada ulasan: