Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA 10 : TIDAK ADA BEBAN DALAM ISLAM.

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi,  14 Syawal tahun 545 Hijriyah,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena taqwa itu jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir dan batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik manusia.

Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan bid’ah – jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaf  : 3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji. Ia  sabar membawa beban berat, ia pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus (penghisap) air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.

Wahai sahaya, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian yang tidak pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau mampu ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat, meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi, sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan. Tanggalkan pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia, keluarlah dari persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter bagi mereka tanpa menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi mempedulikan sikap angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka, pembelakangan mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli lagi akan kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.

Wahai sahaya, fahamilah Pencipta kauniah ini dan bersopanlah di hdapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku tidak sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah dikendarai kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan, karena mereka dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah (pondok tempat khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu menunjukkan penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada kata untung bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan causalita, meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya daripada orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia Sampai kapan penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat? Sesungguhnya setiap individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai dunia dan akhirat dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang pencipta dan yang dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa dihasilkan dalam satu situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian hanyalah dusta. Jauh sebelum ini
Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka menyisihkan iman.”(Riwayat Ahmad)
Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu menunjukkan i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat jelas bagi Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka menerimakan sesuatu kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan dosa-dosamu sebelum berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia, rendahkan untuk-Nya. Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih berarti kamu telah berendah diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena orang berendah diri derajatnya ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di hadapanmu adalah yang engkau lakukan di hadapan orang yang lebih tua darimu.
Nabi saw. Bersabda :
“Barakah itu sebagian besar terdapat dalam orang-orang yang lebih tua darimu.”(Riwayat Ibnu Hibban)
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan cegah dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang tidak menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal, orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan akhirat. Dan penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap Allah. Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu – yang tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata : “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka diketahuinya ketentuannya itu jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam di tempat yang menjadi tempatnya. Bila engkau masuk rumah jangan duduk di tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan rumah untuk mendudukinya.

Wahai sahaya, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu dan menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua adalah para pengembala makhluk (umat) lalu apa yang kamu perbuat dalam penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para pemimpin, orang-orang kaya : Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah kamu sudah bersambung dengan orang fakir, memelihara anak-anak yatim, menafkahkan darinya menurut kewajiban yang Kutentukan atasmu.”

Wahai manusia,  berpetuahlah menurut petuah yang datang dari Rasul saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka engkau wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini. Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini, mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu Allah untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat. Firman-Nya :
Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Q.S. Ar-Rahman : 29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk selainmu.

Wahai sahaya, bila engkau ingin berlapan dada dan memperharum hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini adalah makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak kendati hanya tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan menggantinya. Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena melihat polah manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka. Sehingga terjadilah untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri seluruh makhluk dan keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua keberadaan itu diserahkan kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di antara mereka ada yang tenggelam dan tidak tampak lagi.
Di sana juga ada ketentuan seperti ketampaan itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan sesuatu yang dikehendaki terajdi padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam tambang dan benda-benda lain, kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku menghendaki agar Allah mengajarimu tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang diperagakan oleh tukang-tukang sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan ketinggian hikmah dan kecerdikan. Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah kehendak Dia, yang baisa disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir berkata kepada salah seorang temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.

Wahai sahaya, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat, kapan kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung kesimpulan amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat cahaya ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena takut cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan mempersejuk dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan pintu-Nya atau tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke penemuanmu atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag tidak tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi cobaan pada kami (melebihi kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami agar memperdekat dengan-Mu tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah hati kami, wahai Allah dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk menjauh dari-Mu, tiada juga atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat kepada-Mu, serta tiada api cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus terjadi bersama api coba, maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari kehangusan api yang menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim kekasih-Mu, tumbuhkan di sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di sekitarnya, dan kayakan kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya, jinakan kami, hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami seperti Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum berjalan (tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras sebelum sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah dari bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.

Wahai sahaya, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam kala datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan dari-Nya tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana kebisuan dan kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil mengantongi setiap ilmu yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di hatimu oleh igauan dan kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari dari-Nya.

Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini, lepaskan dari ketergoncangan.

“Dan berrikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”

Tiada ulasan: