Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA 12 : LARANGAN MEMOHON SELAIN ALLAH

(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Ahad pagi , 12 Dzulqa’idah tahun 545 Hijriyah,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai Ghulam, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.

Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal.
Engkau pernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia (mengumpatnya).”(Riwayat Bahaiqi & Thayalisi)
Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah.
Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut perumpamaan perseorangan.”
Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”

Wahai sahaya, kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.

Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.

Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.

Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.

Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Q.S. Ath-Thalaq : 1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Q.S. Shad : 47).

Wahai sahaya, tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (QS. Az-Zukhruf : 71).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga untuk lisan.

Wahai sahaya engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang menetukanmu.


Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”

Tiada ulasan: