Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATHUR RABBANI WACANA 8 : JANGAN MEMBANGGAKAN DIRI

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Selasa Petang 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al-Ma’murah,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi agama, dan tidak mengenal wara (memelihara diri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan yang jels haram.
Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap zuhud dan kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan meliputi acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr). Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia bersamamu.
Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk.
Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datag mengitarimu. Takhmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalnalh kepada-Nya dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu; yaitu pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan yang berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam, mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa dan setan-setan penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu sebelum datang kematian sesungguhnya.

Wahai manusia, sambutlah seruku ini, karena aku berdoa kepada Allah untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati perintah-Nya. Aku tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima untung. Wahai orang dungu, mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara bersama nfsumu. Pertama kali yang engkau butuhkan adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh nafsu dan segala sesuatu selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku adalah; orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat dalam kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain, menjadi penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh dari rumah mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling strategis.
Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta kepada setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan izin-Nya.


Tiada ulasan: