Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FAHTUR RABBANI WACANA 7 : TENTANG KESABARAN

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Pada Hari Ahad,  7 Syawal tahun 545 Hijriyah  di Ribathnya,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, dan tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.

Wahai manusia bersabarlah, karena dunia seluruhnya berupa ujian dan cobaan. Tiada nikmat kecuali disertai sakit, tiada kelapangan kecuali disertai sempit, Berikan dunia dalam hidupmu dan perolehlah bagian darinya melalui dasar-dasar syari’at. Karena ia merupakan penawar dalam pendapatan dunia yang engkau ambil.

Wahai sahaya, ambillah bagianmu melalui ketentuan hukum jika engkau benar-benar murid, dan ambillah dengan tangan perintah, jika engkau termasuk orang benar, dan engkau ambil dengan tangan melalui komando Allah jika engkau orang-orang  yag patuh terhadap perintah Allah.
Kebenaran ada tiga macam; umum, khusus dan terkhusus (Khosul khas).
Umum (al’m) adalah muslim yang bertaqwa, ia menggenggam syari’at dengan kuast, menetapkan syari’at dan tidak melepaskannya. Ia beramal atas dasar firman Allah :
“Dan apapun yang diberikan oleh Rasul kepadamu, maka ambillah, dan apa pun yang Kami larang untukmu, maka jauhilah.”
Bila hal ini sempurna dalam haq-Nya, beramal untuk-Nya, lahir dan batin, jadilah semua itu bercahaya yang mampu menembus Dia. Jika sesuatu diambil darinya melalui syari’at hati tidak menghiraukan, bahkan ia mencintai ilham dari Al-Haq, karena ilham-Nya ada pada setiap sesuatu. Friman Allah :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (Q.S. Asy-Syams  :88).
Maka, takutlah (bergetarlah) hatinya ketika melihat ilham Al-Haq dan tanda-tandanya dalam bentuk lahirnya sesuatu. Dan dia bawa apa yang ada dalam pos-pos hidup ini jadi kekuasaannya, kemudian ia kembali dan ccahaya hati menyinari melihat apa yang terjadi dalam jiwanya – ini terjadi setelah pelaksanaan syari’at, setelah teguh Iman dan tauhidnya – setelah hati keluar dari percaturan dunia dan makhluk lain................... cahaya iman datang kepadanya. Yaitu cahaya kedekatan dengan Tuhan, cahaya amal dan cahaya sabar, cahaya tatakrama dan cahaya ketenangan. Semua ini terjadi setelah syari’at datang menetap.
Adapun abdal mereka disebut “khowasul khos”, mereka berfatwa berdasar syariat, kemudian melihat perintah Allah, perbuatannya, pergerakannya dan ilhamnya. Maka apa pun yang berada di belakang ini adalah kebinasaan di atas kebinassaan, derita di atas derita, haram di atas haram, berputar pada pupus agama, penyakit hati dan kekeringan tubuhnya.

Wahai manusia, pemberian Dia padamu adalah untuk dilihat; apa yang kamu lakukan, apa kamu tetap seperti semula atau lebih bertingkah? Bersedekah atau berdusta? Barangsiapa tdiak menetapi ketentuan-Nya tidak da persahabatan atau kecocokan dengan Dia. Barangsiapa tidak rela atas ketentuan Dia berarti tidak rela pula kepada-Nya, siapa tidak memberi niscaya tidak diberi, siapa tidak mencela tentu tidak terhinggapi dosa cela.

Wahai si dungu,  engkau ingin meorbah dan mengganti kehendak Dia, apa engkau mengaku Tuhan ke dua—setelah Dia – lalu memaksa Allah agar mempersusiakan hal ini atas kebalikannya semata dengan keingkaranmu kepada Al-Haq. Jika keberadaanmu munkar atas jiwamu, kuasakah engkau ingkari diri selain dirimu. Kepatian imanmu yang kuat bisa melenyapkan munkar dalam jiwa. Dan kepastian sifat lemahmu mendudukkan (menetapkan) kamu di pos-pos dan membisukanmu untuk melenyapkannya. Keteguhan iman adalah ketetapannya kala berbentur dengan setan jin dan manusia, juga kokoh saat ujian datang meliputi siksa dan cobaan. Ketuhan imanmu tidak ada ketetapan baginya, karena itu engkau jangan tinggalkan iman. Bencilah semua keberadaan ini dan cintailah sang Pencipta. Segala keberadaan ini jika dikehendaki akan membaut dirimu cinta terhadap sesuatu dari sesuatu yang engkau benci. Hendaknya engkau menjaga diri darinya, karena ia tercinta untukmu. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling kucintai dari dunia ini ada tiga; wewangian, wanita, dan perhatianku dalam shalat.”

Cintailah ia setelah benci, tingglkan zuhud dan berpaling darinya; maka usai sudah hatimu dari selain Dia, sehingga Dia mencintai kemu atas sesuatu yang dikehendaki dari hal itu.

Tiada ulasan: