Catatan Popular

Sabtu, 8 Mei 2021

KITAB ASH SHIDQ : JALAN KESELAMATAN IKHLAS, SABAR dan BENAR.

 SYEIKH ABU SAID AL KHARRAZ (si tukang melubangi sepatu)

Segala puji bagi Allah s.w.t. Salawat dan salām semoga senantiasa dilimpahkan atas hamba pilihan-Nya, Muammad s.a.w., keluarga dan segenap para pengikutnya. Syaikh al-Imām al-Ārif Abū Sa‘īd Amad Ibn Īsā al-Baghdādī al-Kharrāz – semoga Allah s.w.t. senantiasa mensucikan ruhnya dan menerangi pemakamannya – berkata:

“Saya pernah bertanya kepada sebagian ‘ulamā: Apa definisi benar (ash-Shidq)? Apa bentuknya? Apa tujuannya? Dan bagaimana cara mengaplikasinya? Mereka menjawab: “Benar adalah salah satu pilar dari pokok-pokok ajaran agama. Namun sebelumnya, saya akan bertanya terlebih dahulu, apakah kamu butuh jawaban yang ringkas, atau jawaban detail yang menerangkan tentang pokok-pokok ‘ilmu berikut cabang-cabangnya?”

“Saya mau jawaban yang ringkas, namun komprehensif agar bisa dipahami secara utuh untuk kelak dijadikan pegangan hidup.” Jawab saya.

“Semoga Allah s.w.t. senantiasa memberimu taufīq, jawab beliau: Ketahuilah! Setiap murīd yang ingin meningkatkan kadar keimanannya dan bersungguh-sungguh ingin memperoleh jalan keselamatan, harus mengetahui dan melaksanakan tiga hal pokok yang berikut.

Dengan meng‘amalkan ketiganya, maka keimanannya akan menjadi kokoh, hatinya akan menjadi teguh, dan perbuatannya akan menjadi istiqāmah.

Pokok Pertama: Ikhlas

Pokok pertama adalah ikhlas, sebagaimana yang disebutkan dalam sebagian firman Allah s.w.t. berikut ini:

فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ، أَلَا للهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ

Maka sembahlah Allah s.w.t. dengan penuh keikhlasan beragama kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. hanya menerima pelaksanaan agama yang ikhlas.” (az-Zumar: 2-3)

فَادْعُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ

Serulah Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (al-Mu’min 14)

قُلْ إِنِّيْ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ

Katakanlah (hai Muammad!) Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (az-Zumar: 11)

قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِيْنِيْ

Katakanlah! Aku menyembah Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (az-Zumar: 14)

وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوْسَى إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَ كَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا

Dan ingatlah Mūsā (yang disebut) di dalam al-Kitab, sesungguhnya ia adalah seorang yang ikhlas, Rasūl dan juga Nabi.” (Maryam: 51)

Pokok Kedua: Benar.

Pokok kedua adalah benar, sebagaimana yang disebutkan dalam sebagian firman Allah s.w.t. berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ كُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwālah kepada Allah dan berhimpunlah bersama dengan orang-orang yang benar.” (at-Taubah: 119)

فَلَوْ صَدَقُوا اللهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ

Jikalau mereka semua membenarkan Allah s.w.t., tentunya hal itu akan lebih baik buat mereka.” (Muammad: 21)

رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ

Orang-orang yang berlaku benar terhadap apa-apa yang mereka janjikan kepada Allah s.w.t.” (al-Azāb: 23)

وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيْلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ

Dan ingatlah Ismāīl (yang disebut) di dalam al-Kitāb, sesungguhnya dia adalah yang benar janjinya.” (Maryam: 54).

لِيَسْأَلَ الصَّادِقِيْنَ عَنْ صِدْقِهِمْ

Supaya Allah s.w.t. bisa bertanya kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka.” (al-Azāb: 8).

وَ الصَّادِقِيْنَ وَ الصَّادِقَاتِ

Dan laki-laki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.” (al-Azāb: 35)

Pokok Ketiga: Sabar

Pokok ketiga adalah sabar, sebagaimana yang diungkapkan dalam sebagian firman Allah s.w.t. berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اصْبِرُوْا وَ صَابِرُوْا

Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah dan terus tingkatkanlah kewaspadaan.” (Āli Imrān: 200)

وَ لَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِريْنَ

Dan jikalau kalian semua berlaku sabar, tentunya hal itu adalah yang terbaik bagi orang-orang yang bersabar.” (an-Nal: 126)

وَ اصْبِرْ وَ مَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللهِ

Bersabarlah! Dan kamu tidak akan mampu bersabar, melainkan dengan (pertolongan) Allah s.w.t.” (an-Nal: 127)

وَ اصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا

Dan bersabarlah melaksanakan hukum Tuhanmu, karena sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan Kami” (ath-Thūr: 48)

وَ اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ وَ اهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا

Dan bersabarlah engkau atas apa-apa yang mereka katakan, serta hindarilah mereka dengan cara yang baik.” (al-Muzzammil: 10)

وَ اصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَ الْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ

Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang seraya mengharapkan keridaan Tuhannya.” (al-Kahf: 28)

وَ اصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ

Bersabarlah kamu, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar.” (al-Anfāl: 46)

وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155).

Itulah tiga sifat pokok yang utama bagi segala perbuatan. Yaitu ikhlas, benar, dan sabar. Masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda, namun harus selalu menyatu dalam setiap perbuatan. Sebab, setiap perbuatan akan dianggap sempurna, manakala terdapat ketiganya dalam perbuatan tersebut. Namun, bila ketiganya tidak terdapat dalam suatu perbuatan, niscaya perbuatan tersebut akan rusak dan dianggap tidak sempurna. Satu sama lain harus saling menguatkan, sebab jika satu tersingkir, maka yang lainnya pun akan tersingkir pula. Dengan demikian, sifat ikhlas tidak akan sempurna kecuali jika disertai dengan benar dan sabar. Sifat sabar tidak akan sempurna kecuali bila dibarengi dengan benar dan ikhlas. Dan sifat benar tidak akan sempurna manakala tidak diiringi oleh sabar dan ikhlas.

Tiada ulasan: