Catatan Popular

Jumaat, 21 Mei 2021

KITAB MUKASYAFATUL QULUB : BAB 47 Keutamaan Latihan Jiwa Para Ahli Keramat (MENYINGKAP RAHSIA KALBU)

OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI

 

Ketahuilah bahwa Allah 'Azza Wa Jalla kalau menghendaki baik hati seorang hamba, maka hatinya akan waspada terhadap kekurangan dirinya. Barangsiapa yang mata hatinya mampu menerobos, tentu tidak akan merasa khawatir akan semua kekurangannya. Dengan mengetahui kekurangannya, dia akan berusaha mengobati. Namun kebanyakan manusia amat bodoh meneliti kekurangannya. Umumnya mereka mampu melihat kotoran di mata saudaranya dan tidak bisa terlihat batang kurma di matanya sendiri.

 

Orang yang hendak mengetahui kekurangan dirinya ada 4 cara:

Pertama:

"Sering-seringlah duduk bersanding di dekat para kyai. Dia mampu melihat kelemahan diri sendiri dan bisa mengamati bahaya yang samar, menguatkan jiwa, menuruti petunjuk para kyai. Kepadanya akan diperlihatkan semua kelemahan dari segi lahir maupun batin. Dan seorang Kyai akan senantiasa mengingatkannya.

Kedua:

Demikianlah yang seharusnya dilaksanakan orang berakal dan orang-orang besar dari para pemimpin agama. Umar RA berkata:

"Mudah-mudahan Allah akan melimpahkan Rahmat terhadap orang yang menunjukkan kelemahanku".

Umar RA pernah bertanya kepada Salman RA mengenai kelemahan dirinya. Kata Umar RA:

"Apa yang kamu rasakan tentang diriku tentang semua yang membuatmu benci".

Mulanya Salman RA tidak mau berkata, lantas Umar RA mendesak, Salman RA pun berkata:

"Aku mengerti bahwa sesungguhnya kamu mengumpulkan 2 lauk pauk dalam 1 hidangan. kamu punya 2 stel baju; 1 untuk siang hari dan 1 satunya untuk malam hari".

Umar RA berkata:

"Apakah masih ada lagi selain itu".

Jawab Salman RA:

"Tidak".

Kata Umar RA:

"Kalau 2 ini aku telah meninggalkan".

Umar RA juga pernah bertanya kepada Hudzaifah RA:

"Kamu adalah pemilik ilmu rahasia Rasulullah SAW tentang orang-orang munafik; lalu apa kamu melihat jejakku seperti orang munafik".

Umar yang sudah tinggi pangkatnya masih saja mencurigai dirinya seperti itu. Mudah-mudahan Allah meridhoinya. Tiap-tiap orang yang tinggi pangkatnya dan sempurna akalnya, pasti amat sedikit untuk sombong besar diri, dan kecurigaannya lebih besar terhadap dirinya sendiri. Namun hal-hal seperti ini amat sedikit. Di kalangan teman-teman lebih nikmat terhadap kemunkaran dan menjauhi amar ma'ruf; dan dia lebih suka mengabarkan kelemahan-kelemahan dan tidak mau menambah-nambah, maksudnya hanya sekedar yang diwajibkan saja. Makanya di kalangan para sahabat-sahabatmu (temanmu) masih ada yang saling dengki, yakni sekelompok orang yang menganggap bukan suatu cacat dianggap cacat. Untuk itulah Daud Ath Tha'i telah memutuskan dari kerumunan manusia. Dia menjawab;

"Apa yang bisa kuperbuat terhadap orang-orang yang menyembunyikan kelemahan-kelemahanku".

Keinginan kuat bagi orang yang memiliki agama ialah supaya mereka menyadari kelemahan-kelemahannya dengan dasar peringatan dari orang lain. Dan orang semua bagi kita adalah sebaliknya. Orang yang memberitahu kelemahan kita adalah yang kita benci. Ini bukti bahwa kita amat lemah. Dan budi pekerti yang jahat bahayanya laksana ular dan kala yang berbisa. Bila ada orang memperingatkan kita bahwa di baju kita ada kala misalnya, pasti kita akan menerima sebagai suatu anugerah dari orang itu. Kita akan membunuh atau menjauhkan kala dari tubuh kita. Padahal sakit yang ditimbulkan oleh kala (hewan berbisa) hanya bertahan sehari bahkan kurang dari itu. Dan sakitnya budi pekerti yang rendah didasar hati seharusnya lebih ditakuti kelak ketika sesudah mati, sakit selamanya atau bahkan ribuan tahun. Namun kita tidak pernah gembira atas orang yang rela memperingatkan kita atas bahaya budi pekerti rendah. Kita tidak sibuk menghilangkan, malah kita sibuk menandingi ucapan orang yang memberi nasehat. Kita sering berucap:

"Kamu juga melakukan begini dan begini",

Kita lebih sering memusuhinya daripada mengambil manfaat dari nasehatnya.

Bencana ini mirip dengan kerasnya hati yang ditimbulkan banyaknya dosa. Dan pangkal dari semua itu karena lemahnya iman. Maka kita memohon kepada Allah SWT agar Dia memberikan "ilham" buat kita yang seharusnya semua itu petunjuk bagi kita, sehingga kita waspada dengan kelemahan kita, sibuk mengobati, memberikan pertolongan kepada kita dan mensyukuri terhadap orang yang menasehati kita dengan Kemurahan dan Anugerah-Nya.

Ketiga:

Mengambil manfaat dari lidah-lidah musuh demi ingin menarik kelemahan kita, sebab pandangan benci suatu musuh akan nampak jelas suatu kesalahan. Dan bisa saja mengambil manfaat dari musuh yang dibenci lebih mendekatkan ingat terhadap kesalahan daripada memperoleh nasehat dari teman akrab yang selalu mudahanah (suka kejahatan dan tidak mau berbuat baik), senang memuji kita dan menyembunyikan kelemahan kita. Nanun pada dasarnya tabiat manusia tidak mempercayai kata-kata musuh, bahkan sering kita memandang dengan dasar dengki. Dn bagi orang waspada akan tetap mengambil manfaat setiap ucapan musuhnya. Sebab namanya "Kesalahan", tetap suatu hal yang pasti, sekalipun kabar itu datang dari musuh.

Keempat:

Sebaiknya tetap bergaul dengan manusia. Dan setiap yang dilihat mereka ada suatu aib, lalu kita wajib menuntut diri sendiri. Sebab hal ini mampu menyadarkan dirinya (kita) dari hal-hal yang tercela. Sebab orang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain. Dia bisa mengetahui kelemahan-kelemahan orang lain, berikut juga kelemahan-kelemahan kita. Juga tabiat manusia pada dasarnya selalu senang mengikuti hawa nafsu, maka sifat yang dipunyai teman sebaya tidak bisa lepas dari dasar sifat itu, sedikit atau banyak. Maka jalan terbaik ialah melepaskan (membersihkan diri) dari yang dia cela terhadap orang lain. Dan ini merupakan pelajaran buatmu. Andaikan manusia mau meninggalkan apa yang dia benci terhadap orang lain, pasti kamu tidak butuh lagi seorang pengajar. Katanya:

"Sudah tak ada lagi orang yang mengajar aku. Aku melihat kebodohan orang lain suatu hal yang tercela dan aku menjauhinya".

Cara ini adalah orang yang tidak menemukan seorang Kyai yang bijak, cerdas dan waspada terhadap kelemahan-kelemahan jiwa yang menginginkan kebaikan dalam agama. Mereka membebaskan pendidikan jiwanya sendiri dan sibuk dengan mendidik hamba-hambaNya dengan tujuan kebaikan terhadap mereka. Barangsiapa yang menemukan orang seperti itu, sungguh dia telah menemukan seorang dokter. Tekunilah dia, dialah yang mampu menyelamatkan penyakit dan membebaskan kehancuran yang siap mengkoyak-koyak.

Ketahuilah, apa yang kami terangkan diatas; bila kamu merenungkan dengan mengambil pelajaran (nasehat), maka mata hatimu akan terbuka. Kamu akan mampu melihat penyakit-penyakit hati, akan mampu menemukan obatnya dengan cahaya ilmu dan yakin. Tapi kalau merasa lemah (untuk mengerti), maka tidak seharusnya kamu kehilangan kepercayaan diri dan iman, sekalipun caranya mengambil dan meniru pada orang yang berhak ditiru. Sebab iman memiliki tingkatan, sebagaimana ilmu juga punya tingkatan-tingkatan. Ilmu yang berhasil adalah setelah beriman, artinya ilmu seseorang berada dibalik imannya. Allah SWT berfirman:

"Allah pasti meninggikan derajatnya orang-orang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS.58 Al Mujadalah;11).

Barangsiapa yang membenarkan bahwa menentang keinginan nafsu merupakan jalan menuju Allah 'Azza Wa Jalla, serta tidak mau mempelajari atas sebab dan rahasianya, maka dia termasuk orang-orang beriman. Dan bila mau memperhatikan apa yang kami terangkan, maka ia termasuk orang yang diberi ilmu pengetahuan. Allah menjanjikan surga bagi mereka. Dari dalil yang menguatkan bahasan ini (Al Quran dan Hadits) amat banyak sekali. Allah SWT berfirman:

"Dan menahan diri dari keinginan nafsu, maka sungguh surga adalah tempat tinggalnya.” (QS.79 An Nazi'at;40-41).

Firman-Nya:

"Ialah mereka orang-orang yang hatinya diuji Allah untuk bertaqwa.” (QS.49 Al Hujurat:3).

Ialah melepaskan dirinya untuk tidak mengikuti keinginan nafsu.

Nabi SAW bersabda:

"Orang mukmin berada dalam 5 bahaya;

Orang mukmin lainnya mendengki,

Orang munafik membenci,

Orang kafir memerangi,

Syetan menyesatkan, dan

Hawa nafsu merupakan musuh yang saling berebut (menguasai hati), dimana wajib diperangi.”

Diriwayatkan:

Sesungguhnya Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Daud AS:

"Hai Daud, takutlah dan peringatkan kepada teman-temanmu untuk tidak termakan keinginan nafsu, sebab hati yang selalu menuruti keinginan nafsu maka akalnya terhalang dari-KU".

Isa AS berkata;

"Beruntung sekali orang yang meninggalkan keinginan nafsu demi membela sesuatu yang ghaib yang tidak bisa terlihat'.

Nabi SAW pernah bersabda kepada kaum yang baru datang dari jihad (perang):

"Selamat datang kalian, kalian telah datang dari perang kecil menuju perang besar".

Ditanyakan kepada beliau SAW:

"Ya Rasul, perang apa yang lebih besar".

Nabi SAW bersabda:

"Perang melawan hawa nafsu".

Nabi SAW bersabda:

"Bertahanlah kamu ketika datang bahaya dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu yang mengajak durhaka kepada Allah. Andaikan demikian, dia kelak memusuhimu di hari kiamat, lalu sebagian tubuh akan mencari bagian yang lain kecuali Allah mengampuni dan merahasiakan".

Sufyan Ats Tsauri berkata:

"Aku tidak pernah mengobati yang amat tersulit (upaya penyembuhan) kecuali nafsuku sendiri. Suatu hari akan berhasil menahan dan di hari lain aku kalah".

Abu Abbas Al Mushilli berkata kepada nafsunya sendiri:

"Hai nafsu, tidakkah didunia sudah bersenang-senang dengan anak raja tanpa bersungguh-sungguh mencari akherat bersama orang-orang ahli ibadah. Seakan-akan aku bersamamu selalu kamu tahan dalam surga dan neraka".

Yahya bin Mu'adz Ar Razi berkata:

"Perangilah hawa nafsu dengan pedang-pedang Riyadloh (latihan jiwa)".

Riyadloh ada 4 cara:

Makan ala kadarnya.

Tidur seperlunya.

Bicara seperlunya, dan

Sabar menghadapi gangguan para manusia.

Sedikit makan bisa mematikan hawa nafsu, sedikit tidur menjernihkan semua kemauan, sedikit bicara bisa menyelamatkan dari bahaya dan sabar atas manusia bisa meninggikan keutamaan. Tidak ada yang amat sulit bagi seorang hamba kecuali sabar ketika disakiti, sabar ketika nafsu bergerak mengikuti kesenangan dan dosa. Jika demikian, hunuslah pedang-pedang Riyadloh. Sehingga kamu akan selamat dari bahaya nafsu, maka keinginan nafsu akan bersih, bercahaya, berikut rohaniahnya. Akhirnya ia selalu taat mengerjakan kebajikan.

Yahya bin Mu'adz Ar Razi berkata:

"Musuh manusia ada 3;

Dunia,

Syetan, dan

Nafsu.

Sebagian Hukama berkata:

"Barangsiapa yang dikuasai nafsu maka dia menjadi tawanannya, terkurung, tertindas dan terbelenggu. Nafsu itu menarik kemana saja ia mau dan menghalangi hati dari faedah-faedah".

Ja'far bin Humaid berkata:

"Seluruh para ulama atau ahli hikmah bersepakat bahwa kenikmatan tidak akan ditemukan kecuali meninggalkan kenikmatan itu sendiri".

Abu Yahya Al Warraq berkata:

"Barangsiapa yang memuaskan anggota badannya dengan kesenangan, maka ia benar-benar telah menanam pohon penyesalan dalam hatinya".

Ali KW berkata:

"Barangsiapa yang rindu terhadap surga, dia pasti menghindari kesenangan nafsu yang bersifat duniawi".

 

Tiada ulasan: