Dalam untaian Hikam-36 ini Syaikh Ibn
Athaillah as-Sakandari menjelaskan:
"Bias cahaya mata hati dapat
membukakan pandangan dekatnya Allah kepadamu, sedangkan 'ain al-bashirah
(pandangan matahati) dapat membukakan pandangan ketiadaanmu karena adanya
wujud Allah, sementata haqq al-bashirah (kebenaran matahati) dapat membukakan
pandanganmu adanya Allah, bukan ketiadaanmu mu dan bukan pula wujudmu."
Maqalah di atas membahas kedalam pandangan
mata hati. Pertama, syu'a al-bashirahyaitu bias cahaya mata hati
yang masuk ke dalam hati seseorang. Orang dapat memperoleh anugerah ini setelah
menjauhi maksiat lahir dan batin dan istiqomah dalam ibadah. Maka anugerah ini
sering dirasakan oleh para salik tahap pemula yang sudah mencapai tahapan ilmu
al-yaqin dan istiqomah dalam riyadhah mujahadah.
Kedua, 'ainu l-bashirah yaitu
pandangan mata batin yang dirasakan oleh para salik setelah terbuka pemahaman
ilmu hakikat dengan menyadari ketiadaan diri karena begitu nyatanya wujud
Allah. Dalam tahap ini, para salik dalam pandangannya telah menyakini bahwa
tidak ada wujud selain wujud al-Haqq. Anugerah ini dapat dirasakan oleh para
salik yang telah mencapai tahap mutawasith (pertengahan) setelah mencapai 'ainu
l-yaqin.
Ketiga, haqq al-bashirah yaitu pandangan
mata batin yang sudah mencapai tahqiq (keyakinan yg kokoh). Pada
tahap ini pandangannya telah menyakini bahwa yang nyata hanya wujud Allah bukan
ketiadaan diri dan bukan wujud diri. Para salik yang mencapai
tahapan ini telah mencapai haqqu l-yaqin sehingga dalam pandangannya menyakini
yang nyata hanya wujudullah, namun dapat memilah secara proporsional antara
wujud hamba dan wujud Tuhan.
Semoga Allah melimpahkan anugerah
ilmu-ilmu batiniyah dan dapat merasakan kenikmatan tahapan keyaqinan sehingga
dapat menikmati dan merasakan kedalaman matahati.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan