Menurut Kalam Hikmah ke 36
Al-Arifbillah
Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
“ ’Sinar mata hati’ membuatmu menyaksikan
kedekatan-Nya denganmu. ‘Penglihatan mata hati’ membuatmu menyaksikan
ketiadaanmu karena keberadaan-Nya. ‘Hakikat mata hati’ membuatmu menyaksikan
keberadaan-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula keberadaanmu”
Sinar mata hati sering disebut dengan cahaya akal dan ‘ilmu yaqin.
Penglihatan mata hati sering disebut dengan cahaya ilmu dan ‘ainul yaqin.
Hakikat mata hati sering disebut dengan cahaya kebenaran dan haqqul yaqin.
Cahaya-cahaya ilahi tersebut akan menyinari hati seorang salik. Setiap
cahaya tersebut memiliki buah dan manfaatnya sendiri-sendiri.
Seseorang berkata, “seorang hamba tidak akan sampai pada hakikat tawadhu’,
kecuali saat terpancarnya cahaya musyahadah dari hatinya.” Saat itu,
nafsunya akan larut dan tunduk pada Sang Khalik dan bersikap rendah hati
dihadapan makhluk.
Melalui hikmah ini, Ibnu Atha’illah menjelaskan bahwa orang yang terbuka dengan
cahaya yang pertama akan merasa kedekatan Allah. Ia akan selalu sadar
pengawasan Allah dan malu kepada-Nya. Ia merasa bahwa pandangan Allah tidak
pernah luput darinya, baik itu saat ia melaksanakan perintah-Nya maupun saat
menjauhi larangan-Nya.
Orang yang terbuka dengan cahaya kedua akan merasa ketiadaan segala wujud
karena wujud Tuhan Yang Maha Haq. Ia akan melihat bahwa alam semesta ini tidak
ada dan tidak memedulikannya lagi karena wujud alam semesta ini hanyalah akibat
wujud Yang Maha Haq. Wujud hakiki hanyalah milik Allah swt. Dalam pandangannya,
tak ada lagi yang dijadikan sandaran atau tempat berkeluh kesah, kecuali Allah.
Ia hanya akan bertawakkal kepada-Nya, rida, dan memasrahkan diri kepada-Nya.
Sementara itu, orang yang terbuka dengan cahaya ketiga akan memiliki dzat
dan jiwa yang suci. Ia akan merasa kefanaan secara total. Kefanaan yang abadi
karena luluh dengan wujud Tuhannya. Rahasia-rahasia Ilahi pun terkuak di
hadapannya. Jika ia naik dari kefanaan total itu, ia akan menempati maqam
keabadian.
Penulis al’-Awarif berkata,
“Orang yang abadi di satu maqam tidak akan dihalangi Allah dari makhluk
dan tidak akan dihalangi makhluk dari Alah, sedangkan orang yang fana akan
terhalangi oleh Yang Maha Haq dari makhluk.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan