Menurut Kalam Hikmah
ke 36 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu
Athaillah As kandary:
"Sinar mata hati
menunjukkan kedekatan kita pada Allah SWT, sedangkan esensi mata hati
menunjukkan ketiadaan kita karena wujudnya Allah dan kebenaran mata hati
menunjukkan wujudnya Allah (bukan lagi menunjukkan ketiadaan atau wujud
kita)"
Dari Hikmah ini Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa derajat
manusia dalam wushul (sampai) pada maqam ihsan terbagi menjadi 3 :
1. شعاع البصيرة
Dalam maqam ini manusia hanya mengetahui hakikat dari
penciptaan dan rahasia dari alam ini serta mengetahui Allah dengan
sifat-sifatNya. Jika manusia telah sampai pada derajat ini maka mereka akan
menjadi dekat pada Allah SWT.
2.عين البصيرة
Dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu
tidak wujud ( tidak ada ) karena yang ada hanyalah Allah SWT. Semua yang ada di
dunia ini pasti ada yang menciptakan dan pencipta tersebut tak lain adalah
Allah SWT. Maqam ini juga lebih dikenal dengan maqam Fana' (فناء ).
3حق البصيرة.
Maqam yang ketiga ini adalah maqam yang paling tinggi
derajatnya karena dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu ada
tapi pada sisi lain mahluk itu juga tidak ada (غير موحود). Manusia tahu bahwa
dirinya, keluarganya itu ada tapi juga berasumsi bahwa semuanya itu tidak ada
karena yang ada hanyalah Allah SWT. Dalam maqam ini juga sering disebut dengan
maqam Baqa' (بقاء )
Termasuk tsamroh (buah) dari maqam yang pertama adalah
perasaan manusia bahwa dia itu merasa selalu diawasi oleh Allah SWT (مراقبة الله)
sehingga menjadikan mereka takut pada Allah SWT. Seorang pengajar, pegawai,
bendahara ataupun majikan akan takut dalam menjalankan tugasnya sehingga mereka
tidak akan berani untuk bekerja seenaknya sendiri.
Hurmuz (utusan raja Kisra) pernah datang ke Madinah
untuk menanyakan dan mengetahui bagaimana kerajaan Sayyidina Umar Ra. Namun
betapa terkejutnya ketika Hurmuz melihat Sayyidina Umar tidur di luar rumah
tanpa adanya penjaga. Sayyidina Umar tidak pernah merasa takut pada kematian
dan beliau selalu merasa diawasi oleh Allah SWT sehingga selalu berbuat adil
kepada rakyatnya.
Nabi Muhammad SAW selalu berkumpul dengan keluarga dan
masyarakat namun beliau tidak pernah lupa kepada Allah. Ketika isra' mi'raj
beliau berada dalam maqam Fana' karena yang diingat hanyalah Allah, namun setelah
kembali ke bumi maka beliau berada pada maqam Baqa' karena kembali berinteraksi
dengan masyarakat. Beliau juga berada dalam maqam Fana' ketika beliau sendirian
(jauh dari masyarakaut) dan hanya ingat kepada Allah SWT. Para Sahabat Nabi
juga demikian, terkadang berada dalam maqam Fana' dan terkadang berada dalam
maqam Baqa'.
Dari ketiga maqam di atas, yang paling baik adalah maqam
yang ketiga (Baqa'). Adapun masyarakat awam maka mereka baru berada pada maqam
yang pertama yaitu hanya memikirkan ciptaan Allah SWT. Pada maqam yang kedua,
ketika hamba sedang ingat kepada Allah maka dia akan hilang dan akan kembali
lagi jika maqam itu telah pergi. Oleh karena itu maqam yang paling sulit adalah
maqam yang ketiga (maqam Baqa')
Tiada ulasan:
Catat Ulasan