Catatan Popular

Jumaat, 22 Jun 2018

HIKAM ATHAILLAH SYARAH USTAZ MUHAMAD WAFI KE 36 : DEREJAT WUSHUL


Menurut Kalam Hikmah ke 36 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
"Sinar mata hati  menunjukkan kedekatan kita pada Allah SWT, sedangkan esensi mata hati menunjukkan ketiadaan kita karena wujudnya Allah dan kebenaran mata hati menunjukkan wujudnya Allah (bukan lagi menunjukkan ketiadaan atau wujud kita)"

Dari Hikmah ini Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa derajat manusia dalam wushul (sampai) pada maqam ihsan terbagi menjadi 3 :
1. شعاع البصيرة
Dalam maqam ini manusia hanya mengetahui hakikat dari penciptaan dan rahasia dari alam ini serta mengetahui Allah dengan sifat-sifatNya. Jika manusia telah sampai pada derajat ini maka mereka akan menjadi dekat pada Allah SWT.
2.عين البصيرة
Dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu tidak wujud ( tidak ada ) karena yang ada hanyalah Allah SWT. Semua yang ada di dunia ini pasti ada yang menciptakan dan pencipta tersebut tak lain adalah Allah SWT. Maqam ini juga lebih dikenal dengan maqam Fana' (فناء ).
3حق البصيرة.
Maqam yang ketiga ini adalah maqam yang paling tinggi derajatnya karena dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu ada tapi pada sisi lain mahluk itu juga tidak ada (غير موحود). Manusia tahu bahwa dirinya, keluarganya itu ada tapi juga berasumsi bahwa semuanya itu tidak ada karena yang ada hanyalah Allah SWT. Dalam maqam ini juga sering disebut dengan maqam Baqa' (بقاء )

Termasuk tsamroh (buah) dari maqam yang pertama adalah perasaan manusia bahwa dia itu merasa selalu diawasi oleh Allah SWT (مراقبة الله) sehingga menjadikan mereka takut pada Allah SWT. Seorang pengajar, pegawai, bendahara ataupun majikan akan takut dalam menjalankan tugasnya sehingga mereka tidak akan berani untuk bekerja seenaknya sendiri.

Hurmuz (utusan raja Kisra) pernah datang ke Madinah untuk menanyakan dan mengetahui bagaimana kerajaan Sayyidina Umar Ra. Namun betapa terkejutnya ketika Hurmuz melihat Sayyidina Umar tidur di luar rumah tanpa adanya penjaga. Sayyidina Umar tidak pernah merasa takut pada kematian dan beliau selalu merasa diawasi oleh Allah SWT sehingga selalu berbuat adil kepada rakyatnya.

Nabi Muhammad SAW selalu berkumpul dengan keluarga dan masyarakat namun beliau tidak pernah lupa kepada Allah. Ketika isra' mi'raj beliau berada dalam maqam Fana' karena yang diingat hanyalah Allah, namun setelah kembali ke bumi maka beliau berada pada maqam Baqa' karena kembali berinteraksi dengan masyarakat. Beliau juga berada dalam maqam Fana' ketika beliau sendirian (jauh dari masyarakaut) dan hanya ingat kepada Allah SWT. Para Sahabat Nabi juga demikian, terkadang berada dalam maqam Fana' dan terkadang berada dalam maqam Baqa'.

Dari ketiga maqam di atas, yang paling baik adalah maqam yang ketiga (Baqa'). Adapun masyarakat awam maka mereka baru berada pada maqam yang pertama yaitu hanya memikirkan ciptaan Allah SWT. Pada maqam yang kedua, ketika hamba sedang ingat kepada Allah maka dia akan hilang dan akan kembali lagi jika maqam itu telah pergi. Oleh karena itu maqam yang paling sulit adalah maqam yang ketiga (maqam Baqa')

Tiada ulasan: